JANGGAL 2

166 29 4
                                    

"Mereka tidak bisa berjalan, tapi melayang, bahkan berteleportasi ke depanmu dan mengambil alih tubuhmu"

•••●●●•••

Bell pulang berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bell pulang berbunyi. Kami bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Semuanya harap tenang, mari kita berdoa bersama-sama sesuai kepercayaan masing-masing.. " kata bu Cristina sambil melipat kedua tangan didepan dada. Kami pun menunduk dan berdoa sesuai keyakinan yang kita anut.

"Semoga Tuhan Yesus mencintai kami semua.. Memberkati anak-anakku dan melindungi kami dari kesengsaraan " doa bu Cristina.

Setelah selesai berdoa, kami pun keluar dari kelas. Aku merasa seseorang menggenggam tanganku. Aku menoleh ternyata Famella.

"Terimakasih tadi kau memelukku saat aku ketakutan melihat siswi yang kerasukan itu.. Aku sangat panik jika melihat kejadian seperti itu " kata Famella. Ya, sebenarnya kami tidak terlalu akrab dari pertama bertemu. Famella tidak pernah ikut bergabung saat kami berkumpul. Kami sama sekali tidak mengucilkannya. Bahkan kami berusaha mengajaknya. Namun dia selalu menolak dengan halus. Entah kenapa. Dia memang gadis yang misterius.

Aku tersenyum mendengarnya. "Kita kan teman.. Jangan panik ya.. Insya Allah setelah ini, semuanya akan baik-baik saja" kataku.

"Amen" kata Famella. "Baiklah.. Aku harus pulang" sambungnya. Aku mengangguk. Tiba-tiba aku teringat dengan buku Ekonomi yang dititipkan Ragil padaku untuk Famella.

"Emm.. Famella.. Tunggu" aku mengejarnya sebelum dia melewati gerbang sekolah. Langkah Famella terhenti. Dia membalikkan badannya dan menatap diriku.

"Emm.. Ini buku Ekonomi dari Ragil" kataku. Famella menerimanya.

"Kamu sama Ragil sepupuan? " tanyaku. Famella mengangguk. "Aku belum pernah melihat kalian barengan" kataku setengah bertanya.

Dia tersenyum. "Ragil sering bertanya soal dirimu padaku" kata Famella. Aku mengerutkan keningku. Itu bukan jawaban dari pertanyaanku.

Mobil Papaku terhenti didepan gerbang. Kulihat Papaku melambaikan tangannya kearahku.

"Emm.. Aku harus pergi kataku pada Famella. "Tunggu" kata Famella. Dia memberikan rosario padaku. Aku pun menerimanya.

"Aku tahu kepercayaan kita berbeda. Tapi aku yakin rosario ini bisa melindungimu dari bahaya.. Terutama dari.. Mereka yang tidak terlihat " kata Famella. Entah kenapa kata-katanya itu membuatku merinding.

"Terimakasih.. Aku akan membawanya pulang" kataku. Famella mengangguk. "Jika mereka datang, teruslah pegang rosario ini untuk melindungi dirimu.. " kata Famella. Aku merasa bulu kudukku berdiri.

"Viola.. " kudengar ayahku memanggil. "Baiklah.. Sampai jumpa, Famella" kataku sambil melambaikan tanganku kemudian berlalu keluar dari gerbang menuju mobil Papaku. Setelah aku memasuki mobil, Papa melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

JANGGALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang