"Apa yang akan kau lakukan ketika kau melihat seseorang yang berdiri didepanmu, tapi dia menatapmu seakan dia bisa melihatmu, padahal kau adalah hantu"
•••●●●•••
Aku segera bersembunyi dibelakang tubuh Famella. Anak kecil itu terus mengikutiku.
"Famella, aku takut.. Aku takut " kataku menggerutu.
"Kak Viola takut sama aku? Padahal kakak kemari membawa kakak itu" kata gadis kecil itu sambil menunjuk kebelakangku. Aku menoleh.
Disudut ruangan itu berdiri wanita berseragam SMA. Dia wanita yang sama yang sudah beberapa kali menerorku dan meneror teman-temanku disekolah. Bahkan tadi dia hampir menghabisi nyawaku.
"Aku tidak membawanya" kataku menggerutu. Famella tertawa. "Kenapa kau malah tertawa? " tanyaku kesal.
"Setiap waktu dia mengikutimu" kata Famella. "Apa? Lalu kenapa kau tidak mengatakannya padaku? " tanyaku menggerutu. "Jika aku bicara, kau bisa ketakutan sepanjang hari " kata Famella.
Wanita itu menatapku dengan tajam. Aku masih ketakutan. Bukan hanya dia. Semua makhluk halus yang ada di ruangan ini bisa kulihat. Makhluk yang merangkak di langit-langit ruangan dan tangan-tangan yang muncul dari anak tangga. Jadi begini rasanya bisa melihat hantu?
Famella pasti tertekan karena bisa melihat mereka sejak lahir. "Tenang saja.. Dia tidak bisa memasuki ruangan ini, dan juga kamarku.. " kata Famella. Ya, karena terdapat salib di ruangan ini.
Gadis kecil itu terus menghampiriku. Dia menyentuh tanganku. Aku jadi tidak tega juga. Masa aku terus menghindar darinya.
"Ini Ardina, adikku" kata Famella. "Haiii.. Aku senang sekali ada seseorang yang mengunjungi rumahku.. Biasanya tidak ada teman kak Famella yang mau berkunjung kemari.. Puji Tuhan sekarang kak Viola yang cantik dan manis datang kemari dan menemani kakakku yang kesepian.. " ceroscos gadis kecil itu. Aku sedih sekali mendengarnya. Apa benar? Tidak pernah ada yang berkunjung ke rumah ini? Bahkan untuk sekedar menemui Famella?
Aku menyentuh pipi bulat Ardina yang terasa begitu dingin. "Kalau begitu, kak Viola akan selalu datang kemari untuk berkunjung" kataku. Kedua mata bulatnya berbinar dan seketika memelukku. Aku merasa kedinginan.
"Dina sayang kak Ola" kata Ardina. Aku tersenyum kemudian membalas pelukannya. Aku melirik Famella yang tersenyum.
"Apa kau mau menemui wanita itu? " tanya Famella dengan tatapan tertuju pada wanita yang terus berdiri disudut ruangan dan masih menatap diriku.
"Untuk apa? Bagaimana jika dia melukaiku? " aku menggerutu kesal. "Sudah kubilang dia tidak bisa melukaimu " kata Famella meyakinkanku. Kami pun berjalan menghampirinya.
Kini kami berdiri dalam jarak sekitar tiga meter. Lama-lama, tatapan tajamnya itu membuat aku muak.
"Sebenarnya kau siapa? Kau kenapa? Dan apa tujuanmu? " tanya Famella pelan. Wanita itu menunjuk diriku.
"Sepertinya, pertanyaanmu terlalu banyak" kataku berbisik di telinga Famella.
"Siapa kau? " tanya Famella lagi.
"Dinda" jawabnya dengan suara menggeram. Aku dan Famella saling pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGGAL
HorrorDia disana, tatapannya tertuju padaku. Kedua mata merahnya menyiratkan kemarahan atau mungkin dendam. Sementara aku tidak tahu kenapa dia menerorku dan teman-temanku selama ini? Padahal kami tidak pernah berbuat apapun padanya. Dan yang jelas, dunia...