"Kami juga punya hati dan punya kehidupan.. Kalian ambil rumah kami, maka kami ambil raga kalian"
••●●●•••
Kerasukan massal terjadi lagi. Bahkan ini bukan jam yang sama seperti biasanya. Aku melihat jam tangan yang menunjukkan pukul 9 pagi. Tiba-tiba aku mendengar suara teriakan dari dalam kelas. Aku dan Famella segera melihat ke kelas. Aku terkejut, ternyata bukan hanya siswi kelas IPA yang kerasukan, siswi kelasku pun kena imbasnya. Beruntung murid laki-laki kelas IPS lebih banyak. Mereka dengan sigap membawa siswi yang kerasukan ke ruangan khusus untuk menangani kerasukan ini.
Aku melihat hantu-hantu itu masuk lewat jendela dan merasuki siswi-siswi yang sedang kosong pikirannya. Tiba-tiba Famella berteriak histeris, semua brosur ditanganya juga berterbangan. Pandangannya tertuju ke langit-langit kelas. Ternyata ada kuntilanak yang merangkak diatas sana. Dia menatap Famella dan tersenyum mengerikan. Famella berlari. Namun kuntilanak itu bergerak cepat dan menempel ditubuh bagian depan Famella.
Aku segera berdoa dalam hati saking takutnya. "Famella! Berdoa! " teriakku. Kuntilanak bergaun merah itu membuka paksa mulut Famella. Aku ingin sekali menolong, namun aku sendiri sangat takut. Kuntilanak itu berhasil membuka mulut Famella hingga mulut Famella terbuka lebar. Dengan cepat, kuntilanak itu memasukkan tangannya ke mulut Famella sampai ke sikutnya. Tampaknya Famella kehabisan napas. Aku berdoa keras-keras. Kuntilanak itu menoleh kearah diriku. Aku semakin mengeraskan suaraku dan menutup mataku. Aku tidak lagi mendengar suara teriakan Famella. Aku berhenti berdoa dan perlahan kubuka mataku. Kulihat Famella berdiri didepanku dengan mata yang terlihat bagian putihnya saja. Aku ketakutan dan mundur, namun dengan cepat, Famella mencengkram leherku.
"Terlalu banyak bicara " geram Famella. Namun itu bukanlah suara Famella.
"Famella! Lepaskan aku! Sadarkan dirimu! Berdoalah! Dia telah menguasai tubuhmu!! " teriakku. Namun aku malah dibantingnya hingga berbenturan dengan dinding.
Beberapa siswa memasuki kelas. Mereka meringkus Famella dan membawanya pergi dari kelas. Kulihat Famella terus meronta. Napasku terengah-engah karena takut. Aku bangkit. Namun sebuah tanga muncul dari lantai dan menyeret tubuhku hingga beberapa meter. Aku merasa pahaku terluka. Aku berusaha bangkit, namun napasku tercekat saat melihat kursi dan meja melayang didepanku. Bukan hanya itu, aku melihat dia berdiri disana dengan mengangkat kedua tanganya. Jadi dia yang mengendalikan kursi dan meja ini. Dia menyeringai lebar. Aku menggeleng. Namun dia mengangguk. Beberapa kursi dan meja itu menghantam diriku dengan cepat dan keras. Aku merasa kepalaku sakit karena terhantam meja dan berbenturan dengan dinding. Aku pun terkulai lemas.
Aku mendengar langkah kaki menghampiri diriku. Langkah kaki yang samar. Aku mendongkak, siapa lagi kalau bukan hantu yang merupakan saudarinya Dinda.
"Aku tidak sudi merasuki tubuh haram anak Haryanto.. " geramnya. Aku menutup mataku beberapa detik. Aku membuka kembali mataku. Kulihat sebilah pisau ditangannya.
"Matilah!! "
"Aaaa!!!!! " aku berteriak kencang. Namun aku merasa sebuah pelukan yang aku terima. Aku mengenali parfum maskulin ini Perlahan kubuka mataku. Laki-laki yang memelukku melepaskan pelukannya. Kini kulihat dengan jelas wajahnya, dia Ragil.
"Ra.. Ragil.. " gumamku. "Sutttsss" dia mengangkat tubuhku. Aku memegang erat baju seragamnya. Dia membawaku keluar dari kelas. Aku melihat banyak sekali hantu yang melayang di udara, hantu itu keluar dari tunggul pohon beringin. Bahkan dari tunggul pohon beringin itu keluar serangga-serangga aneh dan ular.

KAMU SEDANG MEMBACA
JANGGAL
HororDia disana, tatapannya tertuju padaku. Kedua mata merahnya menyiratkan kemarahan atau mungkin dendam. Sementara aku tidak tahu kenapa dia menerorku dan teman-temanku selama ini? Padahal kami tidak pernah berbuat apapun padanya. Dan yang jelas, dunia...