#Devon_1
#CerbungTerimakasih kepada para moderator yang sudah approve tulisan saya.
Terimakasih kepada para pembaca yang sudi mampir di cerbung ini.Author masih amatir, masih harus banyak belajar.
Silakan krisan dan komen ya.*****
Devon berlari di selasar rumah sakit, tak peduli dengan tatapan orang- orang yang lalu lalang mungkin sedikit kesal karena beberapa kali nyaris menabrak orang yang lewat. Dia panik, jantungnya terpompa kencang.Dia sudah berdiri di depan kamar mayat, seorang suster keluar dari sana. Dia langsung bertanya padanya prihal korban kecelakaan beberapa jam lalu. Suster itu membenarkan pertanyaannya dan mengijinkannya masuk.
Dengan nafas yang terengah dan tubuh yang gemetar, perlahan dia mendekati ranjang yang suster tadi tunjukan padaku.
Dia berdiri di antara dua ranjang yang di sana terbaring kaku jasad seseorang. Dia menahan nafas dan pelan di buka kain putih pada bagian yang menutupi wajah. Dia tertegun, nafasnya seakan terhenti.
Dia menoleh ke jasad yang satu lagi, di sebelah kanannya. Hal yang serupa dia lakukan seperti pada mayat sebelumnya, dan lagi- lagi dia merasa sulit bernafas. Wajah adiknya, penuh luka dan bekas goresan pecahan kaca. Dia menoleh ke jasad yang di sebelah kiri, mami ... wajahnya pun penuh bekas luka.Devon menutup mulutnya, menahan isakan. Dia luruh ke lantai yang dingin. Tubuhnya lemas.
Hari itu, seakan bumi berhenti berputar. Seakan semua gelap.Seorang wanita masuk bersama putrinya yang masih usia sekolah dasar, berlari mendekati jasad yang ada di sebelah jasad adikku. Mereka meraung- raung. Putrinya berteriak," ayah!!!" Gadis itu memanggil ayahnya yang sudah tak bernyawa lagi.
*****
Devon terjaga dari tidurnya, dengan wajah dan tubuh yang berpeluh serta nafas yang tersengal- sengal, dia duduk di ranjang. Dia mengusap wajah dengan telapak tangan, berusaha mengatur nafas. Kemudian menyingkirkan selimut yang menutupi kakinya."Aku mimpi lagi ...." Ia bergumam.
Mimpi yang selalu sama. Sepertinya dia memang sulit melupakan kejadian yang sudah sebelas tahun berlalu. Apa karena terlalu merasa kehilangan sehingga dia selalu dibayangi peristiwa menyedihkan itu?
Devon menghela nafas, lalu turun dari ranjang. Menyalakan lampu kamar. Dia melirik jam dinding yang tertempel di seberang tempat dia berdiri. Jarum pendeknya tepat di angka tiga dan jarum panjangnya berada di angka dua belas.
Dia pun melangkah ke luar kamar, pergi ke kamar mandi dan berwudhu.
*****
Devon mendorong pintu kaca yang cukup tebal itu, aroma kue yang menggoda selera menyambut kedatangannya. Beberapa pembeli sedang memilih- milih kue dan cemilan yang terpajang di rak dan etalase. Dua pelayan wanita sedang melayani mereka dengan ramah, di meja kasir seorang karyawan pria sedang melayani pembayaran dengan seorang ibu yang membeli begitu banyak kue.Semua karyawan itu tersenyum hormat kepadanya. Devon membalas senyuman mereka sambil melangkah melintasi deretan kue khas Kalimantan seperti bingka gula habang dan bingka waluh habang. Ada juga kue- kue modern, serta cemilan khas Kalimantan Timur seperti gabin Samarinda, amplang ikan pipih, dodol Kandangan, wadai ilat sapi. Semua itu tersusun rapi di etalase dan rak kaca.
Devon membuka pintu berwarna putih yang bagian depannya tertulis " Office dan Kitchen". Saat pintu itu terbuka, aroma kue yang sedang dipanggang dan dikukus menguar. Wangi dan membuat lapar.
Empat orang yang sedang asyik mengolah kue menoleh padanya dan tersenyum ramah penuh hormat. Dia membalas senyuman mereka.
Aroma kue ... dia sudah sangat akrab. Sejak delapan belas tahun lalu, dia terbiasa dengan aroma ini. Setiap subuh atau sore hari, aroma seperti ini hadir di rumahnya, tepatnya di dapur. Di sana, seorang wanita cantik dan selalu terlihat ceria, mami. Ia sibuk mengolah kue, dibantu oleh gadis ceriwis dan berwajah manis, adiknya. Selain hobi, membuat kue menjadi mata pencaharian mami. Sejak papi tiada, dia berjuang mencari nafkah untuk menopang hidup mereka, membiayai sekolahnya dan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E V O N
General FictionKehilangan orang- orang yang dicintainya, membuat ia merasa sepi. Hingga akhirnya ia berjumpa dengan mahasiswi nya yang bermata biru kehijauan itu. Ada semangat baru dalam dirinya.