D E V O N

407 31 16
                                    

Untuk beberapa detik kedua netra mereka saling menatap. Ada kehangatan yang menjalar dikedua pipi Khansa.
Devon merasakan getaran- getaran yang terasa begitu indah.

Terdengar suara bu Aminah berdehem. Membuat Devon dan Khansa tersadar dari suasana yang ... romantis itu.

Dengan segera Devon menarik tangan yang berada di atas punggung tangan Khansa. Tangan yang lembut itu seakan meninggalkan jejak di telapak tangannya. Aihhh, setan sedang bekerja untuk  membuai dirinya.

Aisyah yang sempat melihat adegan itu, entah mengapa ada yang terasa nyeri di dadanya. Bergegas ia mengalihkan perhatiannya dengan mengeluarkan sayuran dari kantong belanjaan.

"Maaf ya, Aisyah, ibu ...." Khansa berdiri dan memasang wajah penuh rasa bersalah.

"Ya udah, gak pa-pa," kata bu Aminah.

"Aku ganti nanti, ya."

"Gak usah, masih banyak kok stok mangkoknya," imbuh bu Aminah.

Khansa menggigit ujung bibir bawah. Rasa bersalah menghinggapinya.

Devon mengambil sapu dan serok.

"Biar aku aja yang nyapu, Pak," kata Khansa.

"Gak usah, biar saya aja." Devon mulai menyapu lantai yang bertaburan pecahan mangkuk.

Khansa mendekati Aisyah yang berdiri di dekat meja makan. Ia memandangi bubur ayam yang di bawa Devon. Heran, karena ada kuah yang terbungkus di plastik bening.

"Kok ada kuahnya? Kaya soto?" Khansa merasa aneh. Karrna biasa makan bubur ayam Bandung tidak ada kuahnya.

Devon tersenyum mendengarnya. Ia masih sibuk membersihkan lantai.

"Bubur Samarinda emang pake kuah, Sa," jelas Aisyah.

"Orang luar Kalimantan pasti aneh, karna biasa makan bubur ayam gak ada kuahnya. Ya kan?" Devon memasukan pecahan mangkuk itu ke dalam plastik yang sudah terpasang di dalam keranjang sampah.

"Iya," angguk Khansa.

"Kamu harus coba. Enak lho," kata bu Aminah.

"Entar kapan- kapan kenalin dia sama mandai. Biar tau makanan unik orang sini," kata Devon sembari matanya ke arah Aisyah.

"Ah, iya mandai. Kamu harus coba nanti," kata Aisyah.

"Monday???" Khansa mengerutkan dahinya. Semua terbahak mendengar ucapan Khansa.

"Man- dai, bukan monday," sela Aisyah sambil menahan tawanya.

"Ohhh." Khansa nyengir."Emang makanan apa itu?"
Khansa penasaran.

"Ada deh," sahut Aisyah.

"Nanti ibu buatin, kalo sudah musim cempedak. Pokoknya enak deh, kali aja Khansa suka," kata bu Aminah.

Devon telah selesai membersihkan pecahan yang berserakan di lantai. Kemudian mengambil sisa mangkuk yang masih tersisa di rak kayu itu. Mengambilnya sebanyak empat buah.
Lalu meletakannya di meja.

"Cempedak? Apa lagi itu?" tanya Khansa.

"Kurang jalan-jalan ni bocah," canda Devon.

"Kan baru mau empat bulan di sini, Pak. Jarang jalan karna kerja dan kuliah," kata Khansa.

"Entar kita jalan-jalan, ya," ujar Aisyah.

Bu Aminah memindahkan bubur ayam ke dalam mangkuk menyiramnya dengan kuah yang menguarkan aroma mirip soto.

"Harus terbiasa sama makanan sini. Kali aja, dapat jodoh suami orang Balikpapan," ujar Devon yang membuat pipi Khansa mendadak merona, sedang Aisyah melirik Khansa dan Devon bergantian.

D E V O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang