Cempedak

53 5 0
                                    

Dahulu kala, ada seorang pemuda yang bernama Balang Direja memiliki istri dan anak yang cantik. Direja dikenal sebagai pedagang yang sukses. kekayaan dimilikinya tak membuat istri dan anaknya sombong. Mereka sangat senang berbagi dengan orang lain. Setiap hari jumat mereka selalu menyumbangkan 3 keping perak kepada saudaranya yang kurang mampu.

Anak semata wayangnya itu diberi nama Abinaya. Ia selalu tersenyum manis dan sangat ramah karena sudah diajarkan oleh orang tuanya saat masih kecil bahwa setiap orang harus saling menghargai Karena keramahannya itulah yang membuat orang tua dan warga sekitar menyayanginya. Sebagai pemuda yang tangguh, Ia pandai menggunakan panah untuk berburu. Karena pasar sangat jauh dari rumahnya dan ia berpikir bahwa jika memburu akan lebih murah, berburu merupakan solusi yang baik. Ia ditemani oleh temannya yang bernama Gigih Sudira anak dari petani sekitar. Gigih juga teman kecil Abinaya. Biasanya mereka mendapatkan 4 ekor burung saat berburu. Sehabis berburu ia akan memberikannya kepada ibu dijadikan makan malam yang lezat. Jika makanan tersebut sisa, biasanya ia akan memberikannnya kepada yang kurang mampu.

Musim panas tiba, sungai- sungai mengering, daun-daun berjatuhan, dan rerumputan menjadi layu. Disaat musim panas biasanya hasil buruan mereka berkurang, biasanya mendapatkan 4 kini hanya 2 yang bisa dibawa masing-masing. Di pasar juga tidak menjual daging saat musim panas karena kekurangan buruan lantas Abinaya untuk berekelana ke negeri seberang, katanya di sana terdapat rusa-rusa yang gemuk. Setelah mendapatkan izin dari kedua orang tuanya berangkatlah Abinaya bersama Gigih, dengan bekal anak panah, beberapa uang, dan burung bakar.

Sesampainya di negeri seberang mereka memutuskan untuk menginap di pusat kota, karena hari sudah hampir malam mereka beristirahat dahulu. Esoknya mereka membeli bekal di pasar dan menanyakan tempat di mana hutan itu berada kepada penjual.

" Apakah Bapak tahu di mana lokasi hutan yang katanya terdapat rusa yang gendut?" tabi Abinaya

" Hutan tersebut berada di pinggir kota sini, dan hati-hatilah di sana terdapat raksasa yang haus darah manusia, jika ingin memburu rusa cukuplah 3 buruan perhari," Jawab penjual

" Terimaksih pak, " ucap Gigih.

Berangkatlah mereka ke hutan di negeri itu. Ternyata benar di sana rusa-rusanya gendut, tanpa pikir panjang berdua mengambil busur dan mulai membidik. Tak sadar mereka telah membunuh 4 rusa. Tiba-tiba datanglah raksasa yang sangat besar, tingginya 7 kali lipat dari manusia biasa, matanya hanya satu, tubuhnya terbuat dari kayu, dan dilehernya terdapat sebelas tengkorak. Dengan spontan mereka berdua lari karena tak memiliki pengalaman bertarung. Sudah lama mereka berlari akhirnya mereka mengetahui bahwa tak ada gunanya lari lagi. Kemudian terlintas rencana di benak Abinaya, kemudian ia memberi tahu rencananya kepada Gigih. Disaat raksasa datang Abinaya menembakkan panah ke atas langit, kemudian panah itu menembus matahari dan jatuh tepat di mata raksasa itu.

" Sekarang Gigih, panah jantungnya," ujar Abinaya

Gigih sudah memanah jantung raksasa itu tetapi raksasa itu masih hidup bahkan mata yang sudah dipanah Abinaya kembali normal. Ternyata itu bukan raksasa biasa raksasa itu dapat menyembuhkan diri dengan cepat. Setelah berulang-ulang melakukan strategi yang sama mereka kehabisan anak panah mereka, dengan cepat mereka segera melarikan diri di saat berlari mereka melihat goa dan segera memasuki goa tersebut. beberapa saat tak ada tanda-tanda raksasa datang. Mereka memakan bekal mereka dan berisitirahat. Sesaat mereka beristirahat, mereka memikirkan bagaimana caranya mengalahkan raksasa tersebut, jikalau raksasa tersebut datang.

" Aku tak tahu bagaimana lagi cara agar kita dapat mengalahkan raksasa tersebut," keluh Gigih.

" Bagaimana jika kita mengalahkannya dengan membakarnya, dia terbuat dari kayu bukan," jawab Abinaya

"Bukankah engkau sudah memanah matanya dengan api matahari," sela Gigih

"Karena hanya satu tempat yang aku incar, dia dapat memadamkannya dengan cepat, Tetapi jika kita membakar semuanya maka dia akan susah memadamkannya," kata Abinaya

"Dan bagaimana caranya membakar seluruh badannya?" tanya Gigih

"Nanti saat kita melemparkan batu ke matanya, ikatlah dia dengan sulur pohon dan aku akan mengambil anak panah yang ada di dadanya." kata Abinaya

"Baiklah" jawab Gigih

Beberapa waktu kemudian terdengarlah hantaman kaki dari raksasa itu. Keluarlah Abinaya dari gua dengan membawa batu besar dan melemparkannya ke mata raksasa itu. Dengan segera Gigih mengambil sulur dari pohon terdekat untuk mengikat raksasa itu. Disaat raksasa lengah ia mengikat raksasa itu dengan sulur. Sesudah diikat sulur, Abinaya mengambill anak panah dan memanah dengan api matahari ke sulur yang ada di tubuh raksasa itu. Saat api menjalar ke semua tubuh raksasa itu, raksasa itu bergerak-gerak sehingga apinya sampai menjalar ke pohon lainnya, disaat hutan terbakar, mereka berlari ke arah pinggir hutan sesampainya di sana mereka menemukan sebuah rumah dan meminta izin pemilk rumah untuk beristirahat sejenak. Di saat disambut oleh anak pemilik rumah, mata Abinaya tak bisa berhenti menatapnya. Perempuan itu begitu cantik.

Saat dirasa sudah aman Abinaya dan Gigih akan pulang. Sesampainya di luar terkejutlah mereka melihat sekitar yang awalnya hutan lebat sekarang hanya tanah yang tersisa. Bangkai raksasa tadi tumbuh pohon cempedak. Tak berlama-lama terkejut mereka pulang ke rumah masing-masing. Kedua orang tua Abinaya terkejut karena anaknya pulang dengan tangan kosong lantas Abinaya menceritakan apa yang telah terjadi. Beberapa bulan kemudian Abinya ingin mengunjungi rumah yang dulu ia pakai untuk berlindung untuk memberi kain sebagai tanda terima kasih. sesampainya di sana, tanah yang awalnya rata sekarang sudah penuh dengan pohon cempedak.

Gigih keluar rumah untuk buang air betapa terkejutnya dia karena hutan yang lebat tadi sudah rata menjadi tanah. Kecuali bangkai raksasa yang ditumbuhin tanaman cempedak lama makin lama sekitar rumah itu ditumbuhi banyak pohon cempedak. Setelah kembali ke kampung halamannya Abinaya menceritakan semua yang terjadi kepada orang tuanya. Dan Abinaya mengatakan dia akan menikah dengan perempuan pemilik rumah di sana. Setelah menikah mereka membuat rumah di dekat rumah orang tuanya. Bertahun-tahun berlalu mereka sudah mempunyai keturunan yang banyak disitu. Karena sudah banyak tempat tinggal disitu mereka menamai tempatnya sebagi dusun cempedak karena dahulunya tanah yang mereka tempati adalah bekas ditumbuhi pohon cempedak.

Oleh: AryayudhaSatria Jati 

HikayatWhere stories live. Discover now