Ada sebuah dusun di Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman yang bernama Dusun Sruni. Dusun Sruni diambil dari kata berbahasa Jawa "Seru" yang artinya keras. Dari "Seru" akhirnya dinamailah dusun itu menjadi Dusun Sruni.
Alkisah, ada sebuah dusun yang berada di dekat suatu gunung aktif yang bernama Gunung Merapi. Sering sekali Gunung Merapi itu meletus. Jarak antara Gunung Merapi dan dusun tersebut cukup dekat. Gunung Merapi terkenal dengan letusan dahsyatnya yang pernah menenggelamkan seluruh Yogyakarta.
Dusun tak bernama itu dihuni oleh warga yang kesehariannya bertani. Entah mengapa dusun itu belum bernama meskipun sudah dihuni. Dusun itu dipimpin oleh seorang tetua yang bernama Ki Broto. Ki Broto adalah seorang tetua yang memiliki kekuatan dan ilmu sakti. Beliau sering bersemedi di tempat-tempat yang bisa dijadikan sumber kekuatan. Dengan kekuatan dan ilmu sakti yang Ki Broto punya, beliau bisa menggunakan kesaktiannya untuk membantu warga yang terkena penyakit atau sebagainya dan untuk melawan hal-hal yang buruk.
Suatu hari, Ki Broto bermimpi. Ki Broto bermimpi bahwa Ki Broto harus melakukan semedi di salah satu gua yang ada di Lereng Gunung Merapi. Karena Ki Broto tahu bahwa Gunung Merapi sangat berbahaya, maka Ki Broto memutuskan untuk tidak pergi ke sana. Di hari selanjutnya, Ki Broto juga memimpikan hal yang sama, tetapi tetap saja Ki Broto masih tidak percaya. Besoknya Ki Broto bermimpi hal yang sama untuk ketiga kalinya. Ki Broto tampak gelisah, lalu memohon kepada Allah agar diberikan petunjuk. Saat Ki Broto kembali tidur, mimpi itu masih sama dan akhirnya Ki Broto yakin bahwa Ki Broto memang harus bersemedi di gua yang ada di Lereng Gunung Merapi.
Esoknya, Ki Broto bersiap menuju ke Lereng Gunung Merapi. Beliau memulai perjalanan pagii sekali. Namun, karena khawatir para warga akan mencari, Ki Broto pun memberi tahu salah seorang pesuruhnya untuk memberi tahu warga bahwa Ki Broto akan pergi bersemedi di gua yang ada di Lereng Gunung Merapi sampai kekuatan yang Ki Broto cari sudah didapatkan.
Perjalanan dimulai. Ki Broto memulai perjalanan dengan melewati hutan belantara. Hutan yang masih rindang ditumbuhi pepohonan yang ditepinya terdapat sungai kecil. Di hutan, Ki Broto bertemu dengan banyak kera. Namun, salah satu kera tiba-tiba bertanya.
"Hendak pergi kemana, Tuan?" tanya kera.
"Aku mau pergi ke Lereng Merapi. Hendak bersemedi di salah satu gua yang ada di sana," jawab Ki Broto.
"Jangan, Tuan! Jangan pergi ke sana! Kudengar Gunung Merapi akan meletus," cegah kera.
"Dari mana kau tahu jika Gunung Merapi akan meletus, wahai kera? Bukannya sudah lama tidak meletus?" tanya Ki Broto penasaran.
"Ada seekor harimau yang tinggal di Lereng Gunung Merapi yang memberitahukan hal itu kepadaku, Tuan. Harimau itu tahu karena ia dan kawanannya sudah mendapati tanda-tanda jika Gunung Merapi akan meletus. Jadi kuharap Tuan jangan pergi ke sana sampai benar-benar sudah aman," jelas kera.
Ki Broto terdiam sejenak. Beliau berpikir ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh kera. Namun, Ki Broto tetap yakin bahwa Ki Broto harus tetap bersemedi di sana. Kera tidak bisa menolak keinginan Ki Broto dan akhirnya membiarkannya pergi.
Ki Broto melanjutkan perjalanannya menuju gua. Setelah melewati hutan belantara yang cukup panjang, Ki Broto beristirahat sejenak di tepi sungai. Kemudian dilanjutkannya perjalanan menuju gua. Sampai akhirnya Ki Broto sampai di salah satu gua yang ada di Lereng Gunung Merapi, yaitu Gua Merapi. Sebelum masuk ke dalam gua, Ki Broto membaca doa terlebih dahulu. Kemudian Ki Broto bersiap untuk semedi. Ki Broto duduk di atas sebuah batu besar dan Ki Broto memejamkan matanya.
Satu hari berlalu. Dua hari berlalu. Sampai di hari ketiga, tiba-tiba hewan yang berada di Lereng Gunung Merapi merasakan suhu yang semakin panas. Hewan itu merasa bahwa Gunung Merapi akan meletus. Hewan-hewan itu pun segera turun dari lereng dan mencari tempat yang aman. Akan tetapi, Ki Broto tidak menyadari akan hal itu. Ki Broto tetap fokus pada semedinya dan tidak memikirkan bagaimana nasib warganya jika Gunung Merapi benar-benar meletus.
Sedangkan di dusun tak bernama tempat Ki Broto tinggal, warga sedang beraktivitas seperti biasa. Para petani sedang mengurus sawah mereka. Para istri sedang menjemur padi dan memasak untuk makan siang. Tiba-tiba, terdengar suara letusan yang sangat keras. Gunung Merapi benar-benar meletus. Letusannya amat besar dan dahsyat. Para warga terkejut. Mereka berlarian ke sana kemari menyelamatkan diri. Mereka berlari menyelamatkan diri sambil berteriak amat keras. Awan menjadi gelap, hujan abu mulai turun, dan awan panas sudah menjalar ke bawah sampai ke persawahan milik warga. Namun, awan panas tersebut berbelok arah sehingga tidak mengenai dusun itu. Tetap saja para warga panik. Mereka berteriak amat keras sampai terdengar oleh Ki Broto. Ki Broto yang saat itu masih bersemedi di Gua Merapi terkejut mendengar suara teriakan keras. Namun, herannya saat Gunung Merapi meletus, Ki Broto tidak merasakan getaran dan tidak mendengar suara apa pun. Padahal Ki Broto berada di gua yang ada di Lereng Gunung Merapi. Karena arah awan panasnya berlawanan dengan letak Gua Merapi, Ki Broto selamat dan tidak tahu jika awan panas sudah turun.
Ki Broto yang mendengar suara teriakan yang keras segera mencari asalnya. Saat semakin mendekati suara itu Ki Broto berhenti sejenak, Ki Broto menduga suara yang didengarnya berasal dari dusunnya. Akhirnya setelah sampai, dugaan Ki Broto benar. Sumber suara yang Ki Broto dengar berasal dari dusunnya sendiri. Para warga masih panik. Banyak yang tak sadarkan diri karena kejadian itu. Warga tidak menduga jika Gunung Merapi akan meletus sedahsyat itu sehingga mereka tidak bersiap untuk menghadapi letusan.
Seketika Ki Broto terdiam. Ki Broto menyesal karena telah meninggalkan warganya sampai musibah terjadi. Ki Broto juga menyesal karena tidak mendengarkan nasihat dan peringatan kera. Kejadian itu memberikan pelajaran kepada Ki Broto agar mendengarkan perkataan orang lain dan tidak bersemedi di waktu yang tidak tepat.
"Aku mengumumkan kepada seluruh warga. Karena kejadian ini, aku akan memberi nama dusun ini menjadi Dusun Sruni," seru Ki Broto kepada warganya.
Warga yang saat itu sedang bersedih karena musibah yang mereka alami, akhirnya mereka bersorak bahagia dengan diumumkannya nama dusun yang baru, yaitu Dusun Sruni.
Oleh: Annisa Nur Lathifah
YOU ARE READING
Hikayat
Cerita PendekKumpulan cerita Hikayat berlatar belakang berbagai daerah di Jogja Dibuat oleh 32 orang generasi 2000-an