'Anda punya waktu seumur hidup untuk berkerja. Namun masa kecil anak anda hanya sekali'
"Hai Sayang, udah makan?" tanya Irena, mama Vio yang terlihat baru pulang dari pekerjaannya yang dari pagi sampai sore, bahkan terkadang sampai malam.
"Belum" jawab Vio yang sore itu tengah duduk diatas sofa sambil menonton TV.
"Kenapa gak makan?"
"Kan bi Ina lagi pulang kampung" mata Vio tak beralih dari TV.
"Terus?"
"Ya gak ada yang masak"
"Kamu kan cewe, kenapa gak masak sendiri?" Irena ikut duduk di sofa sambil bersandar.
"Aku gak bisa masak." suara Vio terdengar malas.
"Loh! Anak perempuan apa yang gak bisa masak"
"Anak perempuan yang gak diajarin masak sama mamanya" Vio bangkit dari sofa hendak menaiki anak tangga.
"Vio!" panggil irena.
"Sorry mom" Vio mempercepat langkah nya menaiki anak tangga.
Beberapa menit kemudian Bram atau Bramasta, papa Vio datang sambil membawa kantung plastik yang sepertinya berisi makanan. Irena masih duduk di sofa, termenung dan hampir tertidur disana.
"Vio mana ma?" tanya Bram.
"Lihat tuh kelakuan anak kamu!" jawab Irena.
"Vio? Kenapa?" Bram ikut duduk di sofa.
"Anak kamu makin hari sikapnya ke aku kaya lagi berhadapan sama musuh!"
"Mungkin lagi ada masalah disekolahnya" Bram menjawab dengan santai.
"Iyah, hari ini juga aku dapat panggilan ke 3 dari sekolahnya. Aku heran anak kamu itu cewe, tapi nakal nya udah kaya laki-laki. Kasus nya berantemlah, bolos, ini, itu, ya ampun, anak kamu tu!"
"Hahaha anak kamu juga ma" Bram tertawa melihat kelakuan istrinya.
"Iyah tapi sifat nya nurun dari kamu!"
"Loh kok mama nyalahin papa, kamu kan mamanya, gimana ngedidik nya?"
Irena hanya diam, lalu tangan nya meraih tas kerja nya dan hendak bangkit menuju kamar.
"Pokoknya kasih tau tuh anak kamu!" Irena bangkit dan meninggalkan Bram di ruangan itu.
"Hahaha anak kita ma"
'(Vio rapuh ma. Pa hati Vio patah)'
***
Pagi hari.Hari ini Vio diantar sekolah oleh papa nya. Biasanya dia diantar oleh supir keluarga di rumah. Bram yang menawarkan diri untuk mengantarnya. Sekaligus ingin mengajak Vio berbicara seperti yang diperintahkan Irena kemaren sore.
"Sayang, kamu merasa gak kalau mama jarang ada waktu buat kita termasuk kamu karena mama kerja?" Bram memulai pembicaraan, dengan matanya yang tetap fokus pada kemudi mobil. Vio duduk di sebelah nya, memainkan handphone.
"Ya" Vio hanya menjawab singkat.
"Tapi pekerjaan mama itu dokter, setiap hari mama merawat dan menyembuhkan orang, katanya itu pekerjaan yang hebat. Menurut kamu gimana?"
Vio menghela nafas panjang sebelum akhirnya menjawab.
"Ya hebat, pekerjaan yang mulia. Setiap hari merawat orang yang sakit. Entah gimana orang-orang itu kalau gak ada mama" Vio menjawab, pandangan nya menghadap kaca mobil di sebelah kirinya.
"Hm hebat ya, terus menurut kamu kalau pekerjaan papa gimana?"
"Ya sama"
"Sama hebat nya ya?" Bram tersenyum senang.
"Sama gak ada waktu buat aku" Vio memasang earphone ke telinganya, menyetel musik yang dia suka. Pandangan nya kembali menghadap jendela, menikmati setiap lirik lagu yang mulai memenuhi kepalanya.
Bram diam, seperti terskak dalam permainan catur. Dia mencoba memahami dan mengerti Vio. Dan Bram yakin Vio tahu dia dan Irena berkerja hanya untuk Vio.
Sebenarnya jika Irena tidak berkerja pun hidup mereka tidak akan kekurangan. Bram dan Irena terlahir dari keluarga yang sangat berada dan berkecukupan lebih. Tapi tentang Irena yang berkerja sebagai dokter itu adalah impian dan cita-citanya. Bram tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Irena, namun dia paham Vio membutuhkan salah satu dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
RomanceAku kesal kita harus berpura-pura tidak saling mengenal dalam keramaian. Aku kesal berpura-pura acuh padahal ada banyak hal yg ingin aku bicarakan. Mereka tau kamu milik ku, dan aku milik mu. Tapi yang mereka lihat kamu bersama dengan nya, dan a...