FTFE |8.

219 50 0
                                    

"Pagi Tan... " sapaku sambil ikut duduk dan menyantap masakan yang telah di sajikan oleh Bibi.

"Pagi." seketika nada bicara Tante agak sedikit meninggi karena ia melihat aku membawa koper "Kamu ngapain eta mamawa koper? Arek kemana?"

"Mau nge-kost." enteng sekali aku menjawab menganggap semua hal itu mudah. Tapi ya bagaimana lagi? Aku tidak ingin merepotkan siapapun dan pelan- pelan aku akan menarik diri untuk keluar dari daftar nama keluarga Suryadininggar.

"Nanaonan nge- kost pokoknya Tante henteu setuju. Selama Papah sama mamahmu can pulang Tante nggak akan mere izin." larangnya.

"Tenang aja Tan kost-kostannya juga nggak kayak perkampungan kok tapi apartemen." alibiku.

Tante iyang masih menimbang- nimbang apa ia akan mengizinkan Anin untuk ngekost atau tidak. Sebab tanggung jawab Anin berada di tangannya selama Kakak iparnya berada di luar negeri. "Jadi gimana? Izinin aku kan? Please."

"Iya, Tante bakal mere kamu izin syaratnya nanti sepulang Dito sakola." jelasnya.

"Nggak bisa sekarang emang Tan? Nunggu Dito kan lama." pikirku.

"Yaudah terserah. Tapi hiji pamenta dari Tante jaga diri kamu baik- baik. Terus engke lamun udah nyampe share alamatnya, tong hilap!" perintah Tante Iyang.

"Makasih Tan." balasku.

"Sama- sama tapi habiskan heula makanannya."

"Oke... " aku memakannya dengan lahap. Setelah itu aku berpamit pergi.
Tante mengantarku ke depan padahal dari dulu aku sangat tidak suka di perlakukan seperti ini. Karena aku sadar orang asing sepertiku mana pantas?

Aku memberikan kunci mobil milikku ke tangan Tante. "Maksudnya kamu arek berangkat make naon?"

"Oh ya sekalian aku titip ATM yang mamah kasih sebulan yang lalu." aku menyodorkannya ke tangan Tante.

"Jawab hela pertanyaan Tante  Anindita. Maksudna naon?" tegasnya.

"Aku berangkat naik Ojol, soal duit masih ada kok. Tenang aja Tan gausah khawatir. Percaya deh." jelasku.

"Masalah kendaraan Tante paham teu kunanaon Mun teu di pake. Tapi kalau soal duit tolong ATM-nya bawa lagi! Takutnya nanti kamu teh pasti aya pangabutuh." keluh Tante Iyang.

"Nggak Tan, cukup kok duit Anin. Yaudah Aku pamit." ucapku.

Tante Iyang melihat punggung Anin pergi menjauh. Ia semakin menyesal telah mengizinkan Anin nge- kost tanpa tahu pasti keberadaannya dimana.

Ia juga baru ngeh ada yang aneh dari sikap keponakannya barusan. Tidak biasanya Anin menitipkan barang- barang miliknya ke siapapun. Kecuali mungkin saja kalau ada sesuatu.

Ah, ya ampun pikiran negatif ini  begitu mengganggu. Tante iyang mencoba untuk tidak khawatir serta menaruh curiga pada Anin. Ia masuk ke dalam kamar untuk beristirahat sebentar.

Iyang menelepon suaminya berharap resah hilang. Akan tetapi situasi malah semakin memburuk. Lagi- lagi aku melakukan kesalahan.

Ponsel beralih ke tangan Mas Hendra dan Mba avida. Mereka bertanya kabar mengenai aku, anakku dan juga Anin. Aku menjawab semua baik- baik saja. Mereka pun tersenyum kecil seolah memberikan aku penghargaan kalau aku bisa untuk di Andalkan.

Iyang kenapa kau melamun? Apa ada masalah di sana?

Tenang Mba, semua teh aman.

Syukurlah, aku hanya mengabarimu  rencanya sekitar tiga lagi kami akan pulang ke Indonesia.

Oh, ya Mba? Bagus atuh saya turut bahagia.

Terima kasih. Jujur, aku hanya ingin memberikan suprise untuk Anin dan juga bapak mertua. Sekarang ia dimana, boleh ku lihat?

Anin, .... Anin teh iya tadi udah berangkat sama Dito ka sakola.

Baiklah, kau tahu kenapa akhir-akhir ini ponsel Anin susah sekali di hubungi?

Saya tidak tahu atuh kalau soal itumah.

Begitu ya.

Mas Hendra kembali berbicara agar istrinya tersebut menyudahi pembicaraan. Yaudah Iyang terimakasih, aku akan kembalikan ponselnya pada suami mu. Maaf aku mengganggu moment kalian berdua.

Hente nanaon Mba. Saya teh juga ngerti Mba khawatir pasti sama Anin. Mas Maaf saya teh udah ganggu makan siang kalian.

Aku dan suamiku kembali berbicara lumayan cukup lama. Lalu aku pamit untuk mematikan sambungan telepon. Memang lega jika rindu telah terbayarkan walaupun tidak dengan pertemuan. Meski begitu tetap saja cemasku ini tak kunjung hilang.

FIRST TIME FOR EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang