FTFE |14.

169 36 2
                                    

Mobil yang kita tumpangi tiba- tiba terhenti. Tepat di depan rumah kosong. "Kenapa Ga?"

"Gak tahu, tunggu bentar gue mau cek dulu mesinnya." sahut Arga.

Sudah hampir tengah malam, begitu gelap, dan menakutkan. Hampir memikirkan sesuatu yang  buruk. Bukan tentang horor tetapi karena daya khayal meningkat akibat sering nonton berita kriminal. Lagian menurutku jauh lebih menakutkan ini dibanding setan.

Arga kembali ke dalam mobil. "Udah se_ se_ maksud gue apa udah selesai?" tanya Kanya.

"Udah kelar." jawabnya.

"Berarti kita bisa pergi dari tempat ini?" tanya Kanya.

"Iya." balas Arga. Syukurlah ternyata bukan permodusan seperti berita yang ada di berbagai media.

Maaf ya Ga, gue udah salah sangka.

"Untuk nyari Anin kita lanjutkan besok. Lagipula lo pasti lelah kan?"

"Terus kalau Anin kenapa-napa di luar sana gimana?"

"Berdo'a saja, semoga kekhawatiran itu tidak terjadi." saran Arga.

Tuh kan?

Setenang itukah Arga? Berarti kalau dugaan gue salah, untuk apa dong dia minta alamat Anin ke Andra waktu itu. Kenapa gak langsung nanya ke Dito yang lebih pas karena dia sepupuan. "Makasih Ga, Lo udah ngingetin gue."

"Iya sama-sama." kalau sikap Arga ke semua cewek gini gue jadi ragu buat dukung mereka suatu saat. "Kan, Lo jangan ngalamun pamali apalagi di jalanan sepi."

Kanya terpelonjat kaget "Eh, sorry. Lo ngomong apa tadi? Gue gak denger, soalnya terlalu asik sama apa yanb dipikirkan. Dan gak seharusnya gue tadi ngelamun."

"Emangnya Lo ngelamunin apa sih sampe segitu fokus?" tanya Arga.

"Ya jelas ngelamunin Lo lah" ceplos Kanya.

What? Seriously?

Kanya merutuki dirinya sendiri. Rasanya ia ingin cepat sampai ke rumah. Asli malu banget tuh muka andai gue punya mesin waktu gue akan cabut kata- kata itu barusan. Parah nih mulut maen asal jeplak lagi.  Jadi langsung canggung kan jadinya?

Arga membuka suara "Apa yang lo pikirkan tentang gue?"

"Sebenarnya gue gak mikirin apa- apa. Cuma karena gue sekarang lagi sama Lo. Ya, nih mulut maen asal jeplak. Maaf kalau Lo nggak nyaman."

"Santai aja, lo laper nggak?"

"Nawarin nih ceritanya?"

"Nggak cuma nawarin doang, tapi  beneran ngajak. Kalau tidak mau ya sudah kita langsung pulang takutnya orang tua cemas."

"Mampir aja gapapa, lagian gue juga laper."

"Ya sudah, tapi Lo beneran gak keberatan kan?"

"Keberatan gimana? Kan Lo yang ngajak. Gue sih ikut aja, selagi di teraktir gak ada alasan buat nolak."

"Ya, gue setuju."

Sekitar 7800m dari sini akhirnya kami menemukan angkringan yang masih buka. Lumayan untuk mengisi perut yang sedang keroncongan.

Kami pun mencari meja yang kosong.
"Gue mau pesen nasi campur sama teh tawar hangat. Kanya mau pesan apa?"

Gimana mau bisa milih coba. Batas pikir gue mentok banget gara- gara laper. "Samain aja."

Arga menghampiri pedagang di angkringan tersebut untuk memesan makanan dan membayarnya. "Pak, saya pesan nasi campur 2 dan minumannya teh hangat tawarnya juga 2 sama air mineral nya 2 botol."

"Siap mas, mohon menunggu ya."

"Iya, terimakasih."

Sambil menunggu makanan di sajikan Kanya mencari topik pembicaraan.  "Ga, gue mau nanya. Btw, Lo suka sama Anin?"

"Ngapain nanya kek gitu?"

"Gue cuma nebak, abisnya Lo kayak yang khawatir gitu sama dia."

"Menurut gue setiap orang punya privasi masing-masing. Mau suka ataupun nggak semua orang tidak perlu tahu. Sejak awal gue kan nggak pernah akur sama dia, jadi gue pikir itu mustahil."

"Iya gue paham maksud Lo, tapi bagaimana kalau hati Lo bilang iya? Gue harap kalau Lo suka beneran misalnya, ungkapin aja sebelum ada kata menyesal."

"Tolong Kanya, jangan sangkut- pautkan kenyataan sama Drakor yang Lo tonton. Perasaan, rasa suka, kisah cinta atau apalah itu namanya. Perlu gue tegaskan gue gak merasakan apa-apa yang kayak Lo bilang. Bahkan hidup gue masih normal kayak biasanya tanpa ada kekurangan."

"Gue minta maaf."

"Nggak perlu lagian ini bukan kesalahan. Yang perlu di revisi adalah kata- katanya. Jangan sampai apa yang di ucap itu kurang pantas di dengar!"

Tak lama pedagang tersebut mengantarkan pesanan ke meja amben yang kami duduki. "Ini Mas, Mba pesenannya."

Keduanya menyantap makanan yang di pesan. Hingga tak tersisa sedikit pun di piring. "Ga, makanannya recommended banget. Pas banget buat vlog gue di Yt."

"Makasihnya bukan sama gue."

"Lah terus? Sama siapa?"

"Sama Anin, berkat dia Lo bisa makan di sini."

"Iya, pokoknya yummy banget. Di tambah bonusnya bisa bareng Lo."

"Hah? Gue gak salah? Seorang Kanya?"

"Tapi bo'ong.."

FIRST TIME FOR EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang