FTFE |9.

193 51 3
                                    

"Anin udah ngasih kabar, dia dimana?" tanya Kanya.

"Belum, tapi minggu lalu dia bilang ke gue katanya mau nge-kost. Gue gak tau jadi atau nggaknya." papar Asya.

"Lo tau alasan dia ngekost?" selidik Kanya penasaran apa yang membuat sahabatnya mengambil keputusan ini.

Asya menjelaskan apa yang terjadi ketika seminggu lalu. "Gue nggak tau secara pasti. Tapi yang jelas setelah dia keluar dari ruang BK Anin ngomong gitu. Terus tak lama dia dapet massage dari Alex."

Kanya terus bertanya. "Lalu setelah itu?"

"Anin pergi. Gue udah hubungi dia berkali- kali melalui telepon rumah tapi gak ada yang jawab." jawab Asya.

"Exactly, berarti ponsel Anin rusak?"

"Iya, dia banting ponselnya sampai rusak parah. Saat mendapat massage email dari Alex."

"Sore ini berarti kita harus ke basecamp si Eza gimana? Siapa tahu Anin ada di sana." duga Kanya.

"Lo serius?" Asya nampak ragu dengan dugaan Kanya. Sebab Asya tahu tempat  mereka bukan sembarang orang bisa masuk.

"Gue yakin." jawab Kanya tanpa pertimbangan.

"Yang bener aja kita ke sana? Malam ini bukannya mereka bakal ngadain balapan liar Kanya. Gila, gue takut gak berani." ungkap Asya.

Kanya membujuk Asya supaya ia juga bisa ikut. "Demi Anin Sya. Kita harus pastiin keadaan dia. Lo tahu kan semenjak dia sekolah di sini. Ada banyak banget perubahan. Lo Inget Kakak kelas kita dulu yang namanya Kemal? Yang so penguasa sekolah itu, sekarang dia kalau ngeliat Anin langsung bertekuk lutut gara- gara di permaluin ketika MMA."

"Iya, iya gue ikut." ucap Asya.

Ponsel Asya berdering.

"Siapa Sya?" tanya Kanya.

Asya melihat nama panggilan itu di layar ponselnya. "Tantenya Anin." belum lama Asya menjawab Kanya langsung ambil kesimpulan. "Pasti dia mau nanya soal Anin, Sya. Gue jadi tambah makin yakin."

"Terus gimana? Gue angkat atau nggak?" Asya terlihat panik. Ia bingung harus menjawab apa nanti. Kalau bohong bisa- bisa kualat. Masalahnya bohongin orang tua itu jauh lebih berat di banding ngangkat beras 25kg.

"Angkat aja, tapi sebelum itu tarik napas dulu. Pastiin keadaan kita nggak kelihatan paniknya!" suruh Kanya.

"Oke... Huft... iya.... Huft ... iya... huft." Asya terus menarik napas sampe- sampe Kanya yang tadinya ikut panik malah tiba- tiba jadi ketawa. "Sya lo narik napas ngilangin panik atau mau melahirkan sih?"

"Astaga Kanya ngatain temen yang bener aja? Gue belum kawin masa ngelahirin. Gila banget." omel Asya.

"Yaudah buruan angkat keburu mati terus sekalian loud speaker." suruh Kanya. Seperti yang diperintahkan Kanya Asya menjawab panggilan dari Tante Iyang.

Sambungan telepon aktif.

Halo, Neng Asya... Mmm Tante ganggu kamu hente nya?

Nggak kok Tan, lagipula aku free kok.

Oke, Anin udah nyampe sakola acan?

Anin nggak datang ke sekolah Tante.

Terus, kamu tahu hente alamat kost-annya Anin? Soalnna tadi pagi teh dia bilang sama Tante. Katanya  mau ngekost tapi sampai saat ini can aya kabar. Terus Tante oge udah telepon Dito tapi hente diangkat. Jadi intinya Tante mau minta tolong sama kamu suruh Dito untuk cari Anin."

Baik Tante, Asya nanti bakal sampein ke Dito.

Hatur nuhun ya geulis. Sekali lagi Tante minta maaf bisi mengganggu.

Nggak kok Tante.

Yaudah nak Tante matikan teleponnya ya.

Iya Tante, silahkan.

Click

Keduanya kembali membahas topik pembicaraan awal. "Berarti, apa kita akan ngandelin Dito aja?" tanya Asya.

"Nggak, kita juga harus bergerak. Kalau bareng- bareng makin cepat di temukan." Kanya bersikukuh dengan pendiriannya.

"Oke, sepulang sekolah berarti kita tunggu dia di parkiran." ucap Asya.

"Iya, sekalian juga kabarin bokap- nyokap takutnya mereka khawatir kan kita gak pulang ke rumah." ujar Kanya.

"Yaudah, kita bahas nanti. Soalnya Mrs Chrlyne udah mau masuk kelas." balas Asya.

Tak lama guru killer pun masuk

Kelas mulai hening, mereka semua pura- pura asik mengerjakan tugas yang akan di bahas hari ini. Padahal niat dalam hati aja udah gak ada. Apalagi mau fokus buat belajar. Ya coba kalian bayangkan saja punya guru yang disiplinnya bagaikan sang master, udah gitu pelit nilai, galak, dan keras kepala. Apa yang akan kalian lakukan?

Sudah ku duga kalian pasti akan menjawab kata 'terpaksa' karena kami juga begitu. Demi nilai sikap kepribadian di kelas dan akademis. Maaf ya Bu cantik, kami sungguh tidak bermaksud apa-apa. Bukan juga karena tak suka pada materi yang diajarkan.

Sebelum kelas di mulai, seperti biasa Mrs Chrlyne akan berbasa- basi terlebih dahulu sebelum memberikan ceramah ke kami semua. "Selamat siang."

"Siang Bu... " jawab kami semua.

"Oke, langsung to the point. Kita ulangan sekarang!"

"Hahhhh..... Ulangan?" reaksi kami seisi kelas tercengang kaget.

"Kenapa bilang Hah? Kalau gak mau ulangan ya katakan! Tidak masalah juga buat saya. Berarti saya gak perlu repot-repot beri nilai untuk kalian. Gimana, kita sepakat?" tanya Mrs Chrlyn. Semua nampak terlihat sedang mendiskusikan. "Bisa saya tahu keputusan kalian apa?"

Sejenak hening.

Dengan kompak mereka kembali bersuara "Iya, hari ini ulangan saja."

"Okay, saya akan absen dulu." ujar Mrs Chrlyn.

Baru empat nama yang Mrs Chrlyn sebutkan. Sebentar lagi ia akan menyebutkan nama Anindita.

Asya menundukkan kepalanya kemudian ia berbisik. "Kanya, gimana ini. Alasannya apa nih kita lupa lagi gak buat surat?"

"Bilang aja Anindita sakit tadi tantenya nelepon." ucap Kanya.

Asya mengangkat jempolnya.

Tepat guru killer akan menyebutkan "Anindita Suryadininggar?"

Asya mengangkat tangan kanannya. Guru itu mengangkat sebelah alisnya.
"Anindita sakit Bu. Sehingga dia tidak masuk kalau ibu gak percaya bisa hubungi tantenya."

"Oke, tidak masalah kehilangan satu orang." ungkapnya.

FIRST TIME FOR EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang