FTFE |11.

158 44 2
                                    

Bel pulang sekolah telah dibunyikan.
Siswa- siswi Sman 7 Kertajaya keluar berhamburan. Arga dan yang lainnya menunggu di kelas. Karena mereka tidak suka dengan ricuhnya keramaian di parkiran. Selain itu juga mereka malas melihat tingkah tepe- tepe adik kelas yang mencoba menarik perhatian kami.

Notif WhatsApp dari Asya.

Pibi♥️
Dit, tadi mamahmu nelepon aku. Kenapa hp di matikan? Mamahmu nitip pesan. Tolong cari Anin, sekalian cari informasi dia nge-kost dimana? Aku minta kita ketemu di parkiran sepulang sekolah. Kita nyari Anin bareng- bareng. Ajakin juga tiga curut.

Dito
Iya, pibi Manja😍

Dito menyimpan ponselnya ke dalam tas. "Nanti kita gak boleh langsung pulang ke rumah masing-masing!"

"Kenapa Dit?" tanya Arga.

"Iya Dit ada apa sih? Tumbenan amat lo so posesif." tutur Brayn.

Andra membenarkan perkataan Brayn "Bener banget, Dito Lo sehat kan?"

"Gue sehat, gue minta tolong ke kalian bantuin gue nyari Anin." jelasnya.

"Lah emang tu sepupu lo kemana? Ngilang? Masa iya, dia kan mirip wonder woman. Eh ralat, dia kan lebih cenderung ke trans gender jadi gue rasa dia gak mungkin ngilang atau diculik." cerca Andra.

"Gue gak tau jelas kronologisnya kek gimana. Intinya kita harus kumpul di parkiran sekolah. Kalian bersedia membantu?" kata Dito.

"Gue sih bisa aja bantu." ucap Brayn.

"Gue juga." sambung Andra.

"Lo Ga, bisa bantu?" tanya Dito.

"Gue ngikut aja." jawabnya.

"Oke... " ujar Dito.

Sambil menunggu parkiran sepi, semua sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Maklum saja bangunan gedung sekolah yang luas disertai banyaknya siswa- siswi ya harus rela mengantre.

Pikiranku makin tidak karuan. Gadis itu berhasil mengambil alih seluruh tempat di dalam otakku. Bagaimana mungkin aku memiliki perasaan lebih sementara dekat saja tidak. Mustahil, kalau aku mengatakan sungguh merindukannya.

Arga menepis pikiran- pikiran yang menurutnya tidak masuk akal. Tanpa sengaja ia melihat daftar kontak nomor di ponselnya. Disana terdapat nama 'Anindita'.

Arga merutuk dalam hatinya. "Ngapain gue pake lihat kontaknya si Ceju. Kelihatan banget dong kalau gue lagi kuker!"

Brayn mendapati Arga menatap layar ponselnya dengan serius. "Hmm... Diam- diam kalau jatuh cinta tuh cerita." sindir Brayn.

"Apaan sih Lo Yn? Gue gak jatuh cinta. Emang rasanya jatuh cinta seperti apa?" tanya Arga dengan polosnya.

Brayn langsung terdiam sebentar mengingat karena ia tidak bisa melupakan masa lalunya. Bagaimana bisa lupa tiap hari ketemu, satu organisasi, satu komplek, satu sekolah dengan kelas tetanggaan. "Rasanya manis Ga. Tapi endingnya gue gak suka. Harusnya Lo nanya soal itu ke Dito bukan ke gue. Buktinya mereka masih adem ayem." cetusnya.

"Sabar Yn, makannya buruan move on! Banyak kok cewek cakep di luaran sana yang mau sama lo." saran Arga.

"Banyak sudah jelas, tapi nanti Lo bakal paham, kenapa gue masih menyimpan satu nama?" balas Brayn.

Gue gak ngerti maksud Brayn apa? Yang jelas gue gak tau dan gak mau tahu perihal cicintaan. Karena nantinya bakal bikin hidup nambah susah. Arghh.... lebih baik hidup tanpa 'Cinta' daripada hidup gue kebanyakan drama.

32 menit berlalu, mereka segera pergi menuju parkiran.

Parkiran sudah tak ramai lagi, hanya tinggal beberapa orang saja. Kanya dan Asya duduk di depan mobil sambil menunggu mereka. "Sya, Dito akan ke sini?" tanya Kanya.

"Gue udah ngechat dito via w.a, mungkin sebentar lagi mereka datang." jawab Asya.

"Ok.... " Kanya lanjut memainkan ponselnya.

Mereka pun datang.

"Ceritain kronologisnya gimana Sya!" suruh Dito.

Asya mengangguk, ia menceritakan dari awal sampai akhir dari info yang diketahui. "Apa ada alasan yang menjadi faktor dia mau nge- kost secara tiba- tiba?" tanya Arga.

"Gue belum tahu. Anin gak pernah cerita apa- apa sama kita. Iya kan Kanya?" jawab Asya sambil melirik ke arahnya. Lalu Kanya mengiyakannya karena memang benar.

"Kita nyari Anin dimana? Masa harus libatin polisi kan belum 24 jam." ujar Brayn.

"Kita bagi- bagi tugas aja." sela Dito.

"Maksudnya?" tanya Andra.

"Kita berpencar biar ketemunya makin cepat." tutur Dito.

"Lo gak salah, Jakarta ini luas?" tanya Kanya.

"Gue sama Andra ke daerah menteng. Terus kalian coba cari ke tempat lain biasa Anin nongkrong." lanjut Dito.

"Berarti gue sama Asya ke basecamp Eza." ucap Brayn.

"Gue gak mau ke basecamp Eza gue takut." tolak Asya.

"Ada gue Sya. Ya kan Dit? Lo percaya kan sama gue?" ujar Brayn.

Dito mengangguk, dan Asya hanya bisa berpasrah diri pada tuhan. Ia berharap semoga nanti tidak ada masalah. Siap gak siap tetep aja gue akan berhadapan langsung sama si Eza yang mukanya sangar banget itu.

"Yaudah, berarti gue sama Kanya ke daerah Jakarta selatan." sambung Arga.

"Jangan lupa saling ngabarin satu sama lain!" perintah Dito. Kami semua mengangguk. Setelah itu kami memasuki mobil dan pergi ke tempat tujuan.

FIRST TIME FOR EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang