FTFE |5.

263 68 12
                                    

Sekilas Dito melihat Anindita pergi  terburu- buru memasuki mobilnya di parkiran. Ia tidak menaruh curiga bahwa sepupunya ini agak terlihat aneh. Walaupun, berbagai gosip telah sampai ke tiap telinga. Akan tetapi keduanya memilih untuk tidak memedulikannya. Dito kembali meneruskan langkah menuju perpus.

"Sorry, kelamaan." kata Dito.

"Woles men." ujar Brayn.

"It's okay." ucap Arga.

"Kalem elah kek sama siapa aja. Kita hampir 4 tahun loh sama-sama." tutur Andra.

"Sa ae lu bocah kampret." balas Dito.

"Yaudah, kuy kita masuk!" ajak Arga.

Suasana perpustakaan hari ini tak seramai beberapa minggu lalu. Nampak begitu sepi tak ada siswa- siswi yang berkeliaran. Kami hanya melihat penjaga perpus masih setia berdiam diri di kursinya sambil meneguk secangkir kopi.

Arga merasa heran biasanya setiap kami berempat ke sini ada banyak orang di setiap sudut Perpus. Baik yang sedang menunggu antrean, membaca buku dan ada juga yang sekedar memilih buku ajar atau novel.

Lihatlah sekeliling tempat tersebut! Sedikit horor bukan? Cobalah buka matamu lebar- lebar! Suasana Perpus kalau begini enak kok buat belajar, dan sangat di rekomendasikan bagi orang yang tidak suka bising suara.

Kami pun berpikiran demikian. Bahkan tempat ini sudah kami jadikan sebagai markas, tempat dimana kami berkumpul ketika istirahat tiba. Bukankah terdengar sangatlah konyol, kuno dan sangat berbanding terbalik dengan generasi sekarang?

Saat hendak mengambil kamus di dekat Bank soal. Tak sengaja Arga menjatuhkan beberapa buku. Dengan cepat ia segera membereskan ke tempat asalnya. Namun, entah kenapa tangan ini terpikat oleh sebuah buku yang anehnya masih aku pegang.

Dito menghampiriku, lalu memperhatikan buku yang berada 
di tanganku dengan ekspresi gagal menahan tawa. "Ga, Lo nggak salah ngambil buku?"

"Apa?" tanyaku tak menyadari apa yang dimaksud Dito.

"Coba lo lihat buku apaan yang lo pegang!" perintah Dito.

Dahiku mengernyit bingung, saat melihat buku yang masih erat berada di tanganku. Padahal buku ini masih sangat asing dan tidak sesuai minat sama sekali. "Lah? Buku ginian."

"Itu novel." ucap Dito.

"Gue tahu." jawab Arga.

Karena suara Dito barusan membuat Brayn menghampiri kami. "Ada apa uy?" tanya Brayn.

Dengan terkekeh geli Dito menjawab "Tuh si Arga ngelamun sampe salah ambil buku.  Gara- gara mikirin sepupu gue."

"Ngapain bawa-bawa tuh cewek?" sewot Arga.

"Cie sewot nih." sambung Andra.

"Kata siapa gue salah ambil buku? Orang gue cuma benerin buku jatuh." jelas Arga.

"Alibi Lo kurang pas Ga, bilang aja tuh buku cikal bakal panduan kisah cinta Lo sama Anin." ledek Brayn.

"Gue sama sekali tidak tertarik sama sepupunya Dito. Emang bener kok tadi bukunya gak sengaja gue jatuhin." kata Arga.

"Soal buku oke kita masih bisa percaya. Tapi soal hati alias perasaan itu gimana? Tinggal ngaku aja. Biar kita bertiga bisa bantu." desak Dito.

"Iya bener Ga, tembak aja buruan! Jangan nunggu lama. Bisa-bisa keburu di embat orang. Nanti tahu rasa kan mampoes." desak Andra.

"Kalian ngomong apaan? Gue nggak paham. Kayaknya gue perlu telepon Tara biar kalian bertiga langsung segera dibawa ke UKS biar ditangani." jawab Arga.

"Bajaj ngeles pantes udah biasa. Lah Manusia semakin lama nutupin perasaan semakin pula kelihatan begonya." jelas Brayn.

Mendengar ucapan Brayn, Andra langsung standing ovation. "Bravo... Bravo... Bravo bijaknya seorang anak curut yang galmov berhasil mengatakan ini."

Brayn mendengus kesal "Nggak usah buka kartu juga monyet!"

"Heleh, maaf gan. Aing poho." ucap Andra.

"Ada benernya juga perkataan Brayn. Dan mengungkapkan rasa itu tidak salah." timbrung Dito.

"Good, berarti gue bakal perjuangin ayang Siti ah. Mana bentar lagi lulus lagi." celetus Andra.

"Emang si Siti mau sama Lo?" tanya Arga.

Arga kalau sekalinya nimbrung omongannya pedes banget kayak seblak. "Baru aja mau berjuang udah dipatahin duluan." 

"Nasibmu itu, makannya ikut gue nongkrong. Kita permak wajah bareng- bareng." timpal Brayn.

"Nyesel gue udah jujur." ungkap Andra.

"Gue juga bilang apa, kalau mau ganteng ya maskeran. kata siapa perawatan untuk cewek doang? Buktinya kemana-mana gue gandeng cewek teroz."

"Iya cewek Lo banyak, tapi hati lo cuma dia kan?" sindir Andra.

"Busdeng terus aja buka kartu, minta di suntik mati atau gue lempar ke Amazon Ndra?"

"Bitan dulu deng, dedek ngeri mas."

"Nggak ada bitan atau anak bawang.  Awas aja, gak bakal gue kasih contekan besok."

"Ngancemnya gitu eh bikin dedek lemes, jangan begitu atuh!"

"Halah dudak- dedek tuh muka udah bangkotan. Apa nggak malu sama anak Balita?"

"Sumpah aing gabut pengen liburan."

"Gawe'e curhat bae lakoni geh."

"Sayangnya masih cekula kalau libur mah hayu wae gas keun."

Dito melemparkan kunci mobil tepat ke arah Arga. "Kita tonton kelanjutan drama dari mereka." Arga mengangkat jempolnya.

FIRST TIME FOR EVERYTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang