Somi POVHingga detik ini aku tidak pernah merasakan beruntungnya hidup di tengah-tengah keluarga yang mapan, cukup dipandang, menjadi sorotan jangan lupakan soal permintaan yang langsung terkabul dalam sekali kedipan mata.
Mungkin untuk kebanyakkan orang hidupku sangat indah, tapi tidak untukku. Semua yang kumiliki hanya sebatas pajangan, tak ada rasa senang sama sekali melihat barang-barang mewah di kamarku. Yah, ntahlah bukan itu yang kuinginkan.
Aku sempat merasakan kebahagiaan, kebahagiaan sesaat yang hanya bisa ku dapati dalam jangka waktu singkat. Butuh berhari-hari lamanya hingga apa yang ku dambakan dapat terjadi, bertemu dengan orang paling berharga di dunia.
Jeon Jungkook, pria yang hampir menginjak usia 30 tahun. Salah satu Manajer divisi pemasaran dari perusahaan milik keluarga Jeon. Sementara Jeon Wonwoo, pria yang ia panggil dengan sebutan appa adalah direktur utama yang berhasil mengambil alih perusahaan.
Banyak artikel yang menunjukkan betapa hebatnya seorang Jeon Wonwoo, sangat berbanding terbalik denganku yang hanya di kenal sebagai pembuat masalah di sekolah. Itu adalah salah satu caraku untuk memberontak.
Pagi ini aku tidak melihat appa, kembali seperti hari biasanya. Aroma susu hangat sudah menusuk lubang penciumanku, sarapan kali ini adalah sereal. Paketan yang berisi belanjaan bulanan appa pasti sedang ada masalah, karena sereal adalah makanan cadangan jika stok roti tawar dirumah sudah habis.
Sebelum melakukan rutinitas yang membosankan, aku memandang bayangan tubuhku di depan cermin dekat dengan pintu keluar. Memandangi wajah dan segala bentuk hidung, mata hingga bibir, membuatku ingin bertemu seorang wanita yang telah melahirkanku ke dunia.
Yah, appa tidak cerita apapun. Setiap aku bertanya hasilnya malah aku dapat omelan dan ujung-ujungnya disuruh belajar, hal yang paling ku benci.
Mengurai rambut dan mulai melangkahkan kaki meninggalkan apartemen, duduk di bangku bus sembari mendengarkan lagu lewat ponsel. Tiba-tiba sisi kananku terasa hangat, ada orang lain yang duduk disana.
Memeriksa siapa siswa dengan seragam yang sama tersebut, aku kembali memperhatikan padatnya jalanan Seoul. Orang paling menyebalkan di sekolah duduk di sebelahku, orang yang selama ini selalu mengganggu sahabatku. Bae Jinyoung.
Ini pertama kalinya aku satu bus dengannya, "tidak kusangka anak dari direktur ternama naik bus" meski tengah mendengarkan musik, aku bisa mendengar jelas suara menjengkelkan itu. "Heol, kau mengabaikanku? Lagipula apa yang sedang kau dengarkan?".
Aku membulatkan mata ketika Jinyoung melepaskan paksa headset milikku, lalu menancapkannya pada lubang telinganya. "Mwohaneungoya? Jugullae?"
"Jangan pelit, kebetulan aku juga suka lagu ini"
"Kalau begitu dengarkan sendiri dari ponselmu, jangan bilang kau tidak punya?" Kali ini giliranku yang meledeknya, dan siapa sangka wajah Jinyoung berubah seketika. Apa aku terlalu kasar padanya?
"Ponselku rusak, sudah puas? Jadi jangan banyak tanya" katanya memejamkan mata, jawaban yang sebenarnya tidak menjelaskan apapun.
"Hei, mau bolos denganku?" Suara lirih itu kembali membuatku terkejut, "apa hakmu mengajakku?"
"Aku tau kau sedang ada masalah, siapa tau dengan bolos kau bisa lebih tenang"
"Pemikiran macam apa itu? Kau dapat kata-kata mutiara itu dari mana? Internet?"
"Eoh" Somi memutar bola matanya malas, memang beginilah hasilnya jika ia terlalu lama bercakap dengan Jinyoung. "Aku harus jadi anak baik, aku tidak ingin menyusahkan appa lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Sweet Home
Teen Fiction[COMPLETE] 5 Okt 2018 - 25 Des 2018 Ketika seseorang bisa mendapatkan apapun yang ia mau, tapi di sisi lain ia tidak bisa mendapatkan kebahagiaan yang dimiliki orang lain #1sinkook #3sinkook #3somi