2 - Nadine Adriana Agatha. R

117 11 0
                                        

" Nadine" gak ada sautan.

" Dine" masih gak di saut sama pemilik namanaya.

" Nadiiineee...." Semua mata tertuju pada pemilik suara tersebut, karena suaranya mengalahkan toa mesjid.

" apaan sih lo sya ngagetin gw aja, eh bukan gw aja kali tapi semua orang. Liat tuh pada ngeliatin lo!" Nadine sebenarnya mendengar ucapan pertama Syasya, namun Nadine sedang malas untuk meladeni sahabat nya yang satu ini. Yang terkenal bawelnya dan suara cemprengnya .

" lagian sih lo, gw ajak ngomong kagak nyaut-nyaut lu, lagian sariawan bukan? Mau gw beliin choki-choki, choki-choki coklat asli enaknya selangit, choki-choki bikin happy ta tungtwang ta tungtwangg.... Sumpah gw suka lagu itu enak banget kaya rasanya." Ucap Syasya di lanjut nyanyi kagak jelas kayanya system saraf pusatnya kepeleset dikit.

" Kagak nyambung Syasya, lagian gw enggak sariawan kali, tapi gw itu lagi sed..." Belum juga menyelesaikan ucapan nya, tapi Dina sudah menyenggol-nyenggol lengan Nadine.

" Nadine, dine.." Ngomongnya sama siapa tapi matanya kemana dasar Dina. Satu aja gw punya sahabat yang pada sehat otaknya.

"Apaan sih lo Dina, ada apa?" Nadanya nge gas Nadine.

" ada Kak Davin, Nadine..." Ucapan Dina yang masih setia senggol tangan Nadine mata nya pun masih setia lihat ke arah Davin.

" kalemin aja kali Dinaaa" Mata indah Nadine langsung melihat wajah tampan Davin. Setiap mata indah Nadine lihat wajah tampan itu pasti jantungnya berkerja abnormal. Namun bukan Nadine namanya bila tidak bisa bermuka dua. Nadine tahu Davin itu adalah most wantend sekolah SMA Negeri Kebangsaan (anggap aja ada).

Nadine juga tahu, bahwa cowo itu adalah incerin semua cewe di sekolahnya ini, termasuk sahabat-sahabatnya ini. Kalo ketemu cowo itu pasti kaya cacing kepanasan salah tingkah abis. Namun Nadine tahu sahabtnya itu hanya mengagumi ketampanan wajahnya saja.

Yang Nadien gak tahu, kenapa juga hatinya itu ikut-ikutan menyukai cowo ice itu, siapa lagi kalo bukan Davin, Kakak kelasnya kelas IX IPA 1. Sejak pertama kali Nadine masuk sekolah ini, yah sejak itu pula Nadine menyukai Davine, ketua osis yang sekarang sedang menjabat.

Pertama Nadine liat Davine itu saat Masa Perkenalan Sekolah. Sejak Davin ngementorin kelas Nadine gugus 3. Sejak itu Nadine suka sama Davin, entah kenapa mata Nadien seolah selalu ingin memandangnya, seakan bahwa Nadien pernah bersamanya dan terpisah, hingga kini bisa bertemu kembali. Nadine juga tidak mengerti kenpa dengan hatinya, karena baru pertama kali Nadine merasakan ini. Nadine merasa mungkin ini cinta monyet, jangan terlalu lebay memikirkan nya.

Nadine gak mau tetrlau memikirkan nya. Namun sayang setiap hari bertemu, membuat Nadine semakin menyukainya, bahwa hatinya ingin bisa bersamanya. Bagaimana bisa semua yang belum pernah terjadi seolah semua itu pernah terjadi diantara Nadine dan Davin, seolah itu semua adalah kenangan yang sangat indah?

Padahal Nadine ingin sekali menghilangkan rasa sukanya, lagian Nadine sadar diri. Siapa dirinya ini yang lantangnya menyukai laki-laki yang akan menuju kesempurnaan itu. Sedangkan dirinya hanya wanita biasa malahan jauh dari kata sempurna. Davin yang tak pernah meliriknya sedikitpun, satu centi aja, enggaakk!

Yang tahu Nadine suka sama Davin hanya lah hatinya sendiri dan Tuhan, yang telah menghadirkan nya. Nadine gak berani cerita sama satu orang pun, karena takut dibilangin sama Davin nya.

" ya ampun, maka nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan. Sumpah sih calon suami gw hari demi hari makin ganteng aja." Ucap Syasya sambil jingkrak-jingkrak sendiri di tempat duduk kantinya, matanya berbinar kaya liat berlian aja. Bahkan makanan di depan nya gak di lirik lagi, Padahal sejak masih belajar dia ngeluh-ngeluh pengen makan soalnya laper, padahal dia udah sarapan dirumahnya. Gak perlu ditanya lagi badan nya Syasya, beuhh semok, bukan gemuk tapi semok.

" ihh najis lo ke pedean, itu tuh udah fiks suami gw. Andai dia sekarang pacaran sama gw, gak akan gw tinggalin dia sedetikpun." Ucap Diana tak mau kalah dari Syasya. Inilah kebiasaan mereka kalau jam istirahat dikantin, kalo ketemu Davin pasti kaya gitu.

Sedangkan Nadine hanya diam membisu, sambil memakan baksonya. Namun seseklai Nadine pun mencuri pandang, memandang wajah tampan Davin. Namun yang di pandang oleh hampir semua wanita sekolah ini, hanya bersikap biasa, bahkan tidak mengeluarkan mimik sedikit pun, lebih tepatnya datarrr... Namun itulah ciri khasnya. Wajahnya semakin terlihat tampan.

Nadine berdesah kasar, dia sangat lelah dengan kondisi ini. " gw cape liat kalian kaya gini mulu, gw duluan ke kelas. Bay!" Nadine berdiri dari tempat duduknya dan beralu pergi begitu saja tanpa menghiraukan sahbatnya. Sudah kegiatan biasa, pergi ke kantin bareng=bareng, pulang ke kelas yang duluan pasti Nadine. Karena sahbatnya itu pasti masih fokus memandang ciptaan Tuhan yang luar biasa tampan nya itu.

" By..." Hanya itu jawaban dari kedua sahabatnya. Tanpa menghiraukan Nadine, mereka lebih memilih Davin daripada Nadine. Biasa sahabat sejati.

Bel masuk pun berbunyi di seluruh sekolah SMA Negeri Kebangsaan, menandakan bahwa jam istirahat telah selesai. Semua siswa-siswa berhamburan meninggalkan kantin sekolah, menuju kelasnya masing-masing, termasuk Davin.

" yah udah masuk lagi aja, tuhkan cowo gw jadi pergi." Ucap Dina memelas.

" Ha! Cowo lo, cowo gw kali." Ucap Syasya ngegas karena tak ingin lelaki pujaan nya di aku-aku oleh wanita lain apalagi sahabatnya.

" idihh, ngaca cantikan juga gw yang pasti cowo ganteng itu buat cewe cantik." Ucap Dina yang taka mau kalah saing.

" Cantikan lo? Yang ada gw, ngaca deh lo, body gw tuh aduh hay, banyak diluaran sana yang pengen sama gw, gw nya aja yang gak mau, soalnya gw udah janji sama calon suami gw untuk setia." Ucap Syasya tak kalah saing dari Dina.

" hahah lo lagi ngelawak yah, udah kali akui aja lo itu jomblo akut,haha." Tawa bising Dina.

"kagak ngaca lo Hago, lo juga jomblo." Kini keduanya saling tatap sinis.

" Sudah-sudah jangan berantem mulu, udah ke berapa ratus kali saya pisahin kalian. Apah gak cape to barentemin cowo yang gak pasti suka sama eneng-eneng ini." Ucap Pak Wawan, pedagang bakso langganan merereka.

" idihh bpk kitu itu sahbat sejati, kalo kaya gini baru sahabat. Misal sahabat jatoh kita ketawain." Ucap Dina sambil mendorong Syasya hingga tersungkur ke lantai.

" haahah..." Tawa Dina keras sambil terpingka-pingkal.

" Nah kaya gitu pak sahabat sejati, iyakan Sya, terus abis itu gak ditolongin , tinggalin aja deh, by Syasya cantik nan imut kepalang polos. Hahha..." Ucap Dina meninggalkan Syasya yang masih nganga gak percaya, apah dia bilang kaya begini sahabat kurang ngajar.

" Awas aja kamu Dina, kaya gini sahabat, bener yah bersahabat dengan orang Indonesia, udah nyaman satu tujuan, udah asik, eh malah nikung kak Davin, nyaman sih tapi ujungnya nyesekkk, Dinaaa awas aja kamu. Sabar untung lu sahabat gw kalo kagak udah gw cing-cang lo jadi adonan bakso pak Wawan. Iyakan pak lumayan jadi gak perlu mahal-mahal beli daging sapi, ih benr bpk, ko Syasya pinter yah, mau gak pak?" Yang tadinya emosi, akhirnya kepalang polos lagi Syasya.

" Ha, enggak ah neng haram." Ucap pak Wawan data aja.

" oh iyah, kan haram yah daging manusia, ih ko Syasya lupa sih." Ucap Syasya muka polosnya ,sambil berdiri.

" yaudah eneng sekarang masuk kelas, udah dari tadi loh bel masuk bunyi, eneng nanti terlambat." Ucap Pak Wawan mengingatkan.

" apah udah masuk, kapan pak? Ko Syasya gak denger sih, terus mana Nadine sama Dina pak?" Kepalang polos mah beresiko tinggi yah.

" kan temen-temen eneng udah pada duluan ke kelas."

" Ko ninggalin Syasya sih?" Tanya Syasya bingung.

" iyah neng, kan sahabat sejati." Pak Wawan mengopy ucapan Syasya dengan Dina.

" Emang kaya gitu yah pak sahabat sejati?" Masih setia aja nanya, apdahal dia sendiri yang bilang.

" iyah neng " Pak Wawan masih saja sabar menjawab pertanyaan Syasya.

" Yaudah deh Syasya ke kelas dulu yah pak." Akhirnya Syasya meninggalkan kantin dan menuju kelasnya.

NADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang