24

58 5 1
                                    

Bella meremas dadanya.

Teringat akan senyuman Haruto.

Teringat akan ucapan Haruto yang menyindir bangsawan.

Teringat akan wajah sedihnya saat menceritakan pembunuhan keluarga.

Mengapa orang sebaik Haruto harus merasakan kesedihan itu? Tidakkan pembunuhan keluarganya sudah menyedihkan?

Dan tanpa Bella sadari, banyak kejadian yang menimpa Haruto. Mulai dari rumahnya yang diobrak-abrik Victoria, di cap sebagai pengkhianat dan sebagainya.

Sayangnya Bella tidak menyadari semua penderitaan Haruto.

Ada timbul gelenyar aneh dalam hati Bella. Entah rasa kasihan, atau rasa peduli, atau malah rasa lainnya.

Ini bukan pertama kali Bella merasakannya. Awal ia merasakannya tidak pernah ia pikirkan. Karena rasa itu tidak pernah terlalu terasa. Namun ia benar-benar merasakannya sekarang.

Dan itu tandanya ia harus menemui Haruto.

Bella segera menyimpan buku itu didalam lacinya. Tanpa memikirkan penampilannya, ia segera berlari keluar dengan perlahan, agar tidak membangunkan orangtuanya.

Hanya satu tujuan yang bisa ia datangi.

Taman.

Segera ia menambah kecepatan larinya. Biarkan keringat mengucur, biarkan nafasnya terputus-putus. Semua itu dilakukan agar ia cepat sampai.

Setibanya ia ditaman, ia segera celingak-celinguk. Penerangan taman yang redup, serta udara dingin yang menusuk tidak menghentikan Bella.

Hingga ia menemukan seseorang yang sedang berdiri. Cahaya rembulan tampak menyoroti keberadaannya. Matanya menatap sendu. Seolah ia menunggu keberadaan Bella.

Sisi lemah Bella bangkit. Bisa-bisanya ia terjun lebih dalam ke dunia yang bukan miliknya. Jujur ia takut. Ia sangat takut, mengingat dirinya sudah terlalu ikut campur dalam dunia Vampire.

Ia hanya manusia biasa, yang akan mati jika kehabisan darah. Dan yang berada didepannya adalah makhluk penghisap darah. Namun lagi-lagi, ia tetap tak bisa merasa takut dihadapan Haruto. Ia tak bisa siaga saat berada dihadapan laki-laki itu.

Haruto berpesan untuk jangan jatuh pada orang yang salah. Kini Bella paham akan pesan itu. Namun pertanyaannya, jika ia jatuh pada Haruto, apakah itu salah? Apakah salah ia memilih untuk jatuh pada cara laki-laki itu mempercayainya? Atau cara laki-laki itu membelanya?

Dan dalam sepersekian detik, laki-laki itu sudah ada di hadapan Bella. Lengkap dengan senyum tipisnya. Membuat jantung Bella tambah marathon hebat.

"K-kau menungguku?" Nafas Bella tersenggal-senggal.

"Aku tau kau akan datang"

Bella menatap heran. Seolah mengerti, Haruto menjawabnya dengan santai.

"Aku melihatmu dalam kilas mimpi. Kemampuan tersembunyi Vampire"

Bella mengangguk tanda ia mengerti.

"K-kau.. k-kenapa kau memberikan buku itu padaku? Buku sepenting itu?"

"Kau membacanya? Padahal aku hanya menitipkannya" goda Haruto.

Bella gelagapan. "Maaf.."

Hanya kata itu yang terucap.

Haruto tertawa kecil. Membuat hati Bella menghangat.

'Sepertinya Haruto bukan orang yang salah bukan?' Pikir Bella.

"Karena kau datang, kau pasti ingin bertanya bukan? Silahkan. Waktuku tak banyak"

Suara desiran angin menandakan betapa dinginnya malam itu. Namun Bella tak merasakan dingin. Karena ia tau apa penyebabnya.

[DROP] Beauty And The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang