Bagian 11 : Pertempuran Pertama

7 0 0
                                    

HAMPIR tengah malam, Romeo sedang berkumpul bersama Roki, dan Joni―anak buah kepercayaan Roki―di ruang depan rumah Roki, membahas rencana transaksi yang akan dilakukan dini hari nanti di kawasan Kulim ketika pintu depan diketuk dengan terburu-buru. Joni bangkit dan membuka pintu.

Masih berdiri di depan pintu, seorang pemuda gondrong, bertubuh gempal, dan mengenakan jaket lusuh, langsung berbicara dengan ekspresi wajah tegang. "Ga...gawat, Bang Roki. Geng... geng Lanoon mengobrak-abrik daerah kekuasaan kita!"

Belum sempat Roki menyahut, pemuda gondrong itu berbicara lagi. "Pi...Pinto dan Ameng babak belur... dihajar mereka. Keduanya ditahan di parkiran Ramayana."

Roki bangkit dengan wajah mengelam, rahangnya tampak mengeras menahan amarah. "Dari mana kau tau, Cok?!" geramnya begitu menghampiri si gondrong.

"A...ku, aku tadi bersama mereka, Bang. Tapi aku berhasil kabur dan langsung melapor ke sini," sahut pemuda gondrong bernama Ucok itu takut-takut.

"Jadi kau tinggalkan saudara-saudaramu? Kau kabur lintang pukang kayak tikus kebakaran ekor!!!" bentak Roki sambil mencengkram krah jaket Ucok.

"A...ampun Bang. Kami melawan tapi kalah banyak. Kami hanya bertiga waktu sedang berjaga di tempat biasa. Mereka hampir empat puluh orang. Aku terpaksa kabur supaya bisa kasi tau Abang. Punggungku disabet golok, Bang," jelas Ucok dengan wajah meringis menahan sakit.

Roki membalikkan badan si gondrong dan menemukan sayatan panjang bernoda merah darah di punggung jaketnya. Roki mengepalkan tangannya. "Kurang ajar, mereka berani menjajah daerahku!!!"

Romeo terlihat bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Maklum, walaupun ia berstatus sebagai wakil ketua geng, ia masih terhitung anak baru di geng itu, baru bergabung beberapa hari yang lalu. Ia malu juga bersikap seperti orang tolol di saat gengnya mendapat masalah gawat seperti yang dilaporkan Ucok, tapi ia memilih diam, lihat-lihat situasi dulu.

"Aku kumpulkan anak-anak, Bang!" kata Joni sambil mengacungkan HP.

Roki mendengus. "Cepat lakukan! Kita lumat habis geng Lanoon pengacau itu malam ini juga!"

Lalu Joni berulang-ulang menelepon, sibuk menyampaikan kabar penyerangan geng lawan, dan memerintahkan kepada para anggota geng senior yang berhasil dihubunginya agar meneruskan kabar secara berantai kepada anggota geng lainnya untuk berkumpul di markas secepatnya, menanti instruksi Roki.

Romeo masih diam, tegang, dan merasakan Ucok sedang memerhatikannya. Mungkin dia ingin melihat reaksiku, melihat tindakan apa yang akan kulakukan sebagai wakil ketua geng menghadapi masalah ini, pikirnya. Ia tak mau kehilangan wibawa, langsung menegakkan wajahnya, dan sepasang mata cokelatnya yang bersinar tajam menatap lurus ke mata Ucok, membuat pemuda gempal gondrong itu langsung mengalihkan pandangannya, enggan beradu mata.

Tidak perlu menunggu lama, kemudian puluhan anggota geng Vokand sudah memenuhi rumah Roki. Romeo melihat mereka mempersenjai diri dengan golok, rantai, bahkan ada juga yang membawa tongkat besi. Mereka benar-benar mau berperang, pikirnya risau. Ia sendiri juga kebagian tongkat besi sebagai senjata.

"Kita berangkat!!!" teriak Roki.

Lalu dengan menggunakan sepuluh sepeda motor dan dua mobil bak terbuka, tengah malam itu sekitar lima puluh orang anggota geng Vokand berangkat menuju pusat perbelanjaan Ramayana. Romeo duduk di samping Roki dengan ekspresi tegang di dalam salah satu mobil. Pikirannya dipenuhi oleh bayangan pertempuran yang akan segera terjadi, pertempuran pertama baginya. Dalam pikirannya, pertempuran itu akan berlangsung seperti yang pernah dilihatnya dalam film-film yang berisi adegan perang antar geng, di mana kedua belah pihak akan bertemu dan berhadap-hadapan di pelataran parkir pusat perbelanjaan yang telah sepi dan bersuasana malam yang temaram. Lalu begitu ada instruksi dari pimpinan masing-masing, puluhan anggota geng dari kedua belah pihak akan saling memburu lawannya, kedua kelompok beradu dan saling serang dengan pukulan, bacokan atau sabetan. Gila, benar-benar gila, pikirnya tiada henti sampai ketika mobil yang membawanya dan anggota geng lainnya berhenti di depan Ramayana.

Romeo, Don't Cry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang