3. Cintaku, Lukaku

137 5 0
                                    


Lihatlah sejenak ke langit malam. Di sana ada berjuta bintang gemerlapan, satu yang bersinar paling terang adalah diriku yang sedang tersenyum padamu... sesaat, lalu menghilang terusir mentari pagi (Dian Elmala)

--------------
**JUMINTEN**

"Ummi tsumma ummi...." Nada dering smartphone Farel berbunyi. Dia melihat nomor yang tidak asing baginya. Deva's Mom.

"Assalamualaikum, Mah." Juminten mendengar Farel menerima panggilan.

"Apa? Lalu dimana Deva sekarang?" Beberapa detik kemudian Farel berdiri, seperti habis mendengar berita penting. "Iya iya, Mah, Farel ini mau langsung ke sana."

"Jum...Jum." Juminten berlari-lari kecil menghampiri Farel. "Deva mencoba bunuh diri dengan menyayat urat nadinya," ucap Farel was-was.

"Apa? Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" Juminten ikut mencemaskan Deva.

"Kata Mamah dia kehilangan banyak darah. Dia sudah berada di RSCM. Tolong kamu siapkan beberapa potong bajuku dan baju Deva, nanti kamu nyusul ya." Farel cepat memberi instruksi.

"OK OK, kamu buruan pergi sana." Beberapa menit kemudian Farel telah menghilang dari pandangan Juminten.

*****
Dari radius radius 5 meter, Farel melihat kedua mertuanya duduk gelisah di depan ruang IGD.

Farel mencium punggung tangan Pak Ilham dan Bu Adele, seorang wanita berdarah Perancis. "Bagaimana keadaan Deva, Pah?"

"Dia sedang ditangani dokter. Untung saja kami temukan dia di kamar tepat waktu. Telat sedikit saja nyawa Deva bisa melayang." Pak Ilham menunjukkan ekspresi sedih.

"Apa kalian ada masalah?" Pertanyaan Pak Ilham membuat jantung Farel berdegup kencang. Dia bingung harus mengatakan yang sebenarnya perihal rumah tangganya atau tidak.

"Ada sesuatu yang perlu kamu tahu." Belum sampai Farel menjawab, Pak Ilham angkat bicara lagi. Tatapannya melihat ke atas dinding Rumah Sakit, seperti sedang menyusun kekuatan untuk menyampaikan kebenaran.

"Sebenarnya Deva mengalami gangguan mental Body Dysmorphic Disorder (BDD)," ucap Pak Ilham.

"Body Dysmorphic Disorder?" Farel memastikan.

"Iya, sebuah penyakit gangguan mental dimana seseorang begitu terobsesi menjadi cantik. Selalu merasa ada yang kurang pada dirinya, meskipun sebenarnya baik-baik saja." Pak Ilham menjelaskan.

"That was my false...." Bu Adele menangis terisak. "Sejak kecil, aku selalu membanding-bandingkan Deva dengan kakaknya, Devi."

Farel diam membenarkan. Devi memang lebih cantik dari Deva. Usia mereka terpaut 15 tahun. Farel melihat paras Devi hanya saat pernikahannya, karena Devi sudah lama menjadi warga negara Perancis mengikuti suaminya.

"Dulu, Devi sangat suka memakai masker. Dan Deva ikut-ikutan mengenakannya supaya bisa secantik kakaknya." Bu Adele mengenang.

Terjawab sudah satu teka teki dalam hati Farel mengapa Deva setiap malam selalu mengenakan masker di wajahnya.

"Semakin dewasa, obsesi Deva bertambah. Dia ingin menjadi lebih cantik dari Devi. Dia merubah bentuk hidungnya yang dianggap kurang mancung. Pipinya ditiruskan melalui operasi sedot lemak. Tulang rahangnya dipermak supaya dagunya lebih lincip. Tak terhitung lagi berapa banyak uang yang Papah keluarkan untuk menuruti kemauan Deva. Semua itu dilakukan sebelum ketemu kamu, Rel." Mata Pak Ilham berkaca-kaca.

"Jadi kecantikan Deva itu palsu?" batin Farel. Pantas saja Deva terus menerus minta uang untuk biaya perawatan wajahnya. Kenapa Papah mau menurutinya?" Tanya Farel.

JumintenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang