Perceraian adalah perbuatan halal yang dimurkai oleh Allah.-Dian Elmala-
** JUMINTEN**
-----------
Farel menangkupkan kedua tangan ke wajah. Dia tidak tahu bagaimana lagi harus bersikap pada Deva. Tiga bulan menjalani terapi masih belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Habis sudah stok kesabaran Farel. Selama hidup bersama Deva, sedetikpun dia tidak merasakan ketenangan. Alih-alih kebahagiaan. Kondisi kejiwaan Deva selalu dijadikan sebagai tameng untuk menghindari kewajibannya sebagai istri. Sebagai orang yang masih punya iman, pantang bagi Farel untuk mencari kesenangan dengan berzina. Pak Broto pun tidak mau terlibat jauh dalam prahara yang dialami anak semata wayangnya. Farel bagai makan buah simalakama.
"Kamu mau menceraikanku karena pembantu itu,kan?" Deva bicara keras di depan Farel. Amarahnya seketika meletup saat Farel menyodorkan surat cerai dari pengadilan agama.
"Jangan menuduh orang tanpa bukti, Dev," ucapan Deva menyulut emosi Farel.
“Arrrkkkkhhhhh..., pyar...,pyar...," Deva membanting apa saja yang ada di dekatnya. Vas bunga yang terbuat dari keramik menjadi sasaran pertamanya.
"Deva, hentikan! Aku bilang hentikan!" Farel menahan kedua tangan Deva. Deva meronta-ronta dan berusaha melepaskan diri dengan menggigit tangan Farel.
"Awwwww...," Farel mengibaskan tangannya yang kesakitan.
"Ha ha ha ha." Deva tertawa seperti orang kerasukan. "Kamu pikir aku tidak tahu, hah? Aku lihat, Rel. Dengan mata kepalaku sendiri. Aku lihat kamu bermanis-manis ria dengan Juminten di hari pertama aku masuk rumah ini." Jari telunjuk Deva menunjuk ke matanya.
Farel mencoba membuka kembali memori ingatannya. Ah! Jadi Deva menyaksikan percakapannya dengan Juminten sebelum berangkat ke kantor waktu itu. "Cukup! Hentikan omong kosongmu itu. Tidak usah mengada ada! Aku ingin menceraikanmu karena sudah tidak tahan melihat kelakuanmu. Ngaca Dev! Ngaca! Tidak usah cari kambing hitam atas konflik dalam rumah tangga kita!"
"Aku? Mengada-ada? Kamu juga pernah menemui Juminten ketika jam kerja di depan rumahnya, kan? Aku bukan wanita bodoh yang bisa begitu mudah kamu kelabuhi. Aku memata-mataimu, Rel."
Farel mendekatkan wajahnya ke Deva. "Baik, aku membatalkan gugatan ceraiku, asal nanti malam aku mendapatkan hakku sebagai suami. Bagaimana?"
"A..., ak..., aku tidak bisa." Deva tergagap. Dia membuang muka, menghindari tatapan mata Farel.
"Kalau begitu, aku akan tetap pada keputusanku semula."
“Aku tidak mau, Farel. Aku tidak akan pernah mau menanda tangani surat perceraian ini. Lebih baik aku mati daripada jadi janda. Ha ha ha Hiks hiks." Tawa dan tangis Deva yang bergantian terdengar sangat menakutkan.
"Terserah kamu mau ngomong apa. Aku akan suruh Bik Tin membereskan barangmu. Nanti sore aku pulangkan kamu ke rumah orang tuamu. Dengan cara baik-baik atau paksaan." Farel pergi meninggalkan Deva yang terduduk dengan kepala bersandar pada sofa.
*****
Farel duduk di teras rumah ayahnya. Setiap akhir pekan, saat tidak ada tugas dinas keluar kota Farel lebih suka menghabiskan liburannya di rumah Pak Broto. Sedangkan Deva lebih suka hang out bersama teman-temannya.Pandangan Farel menghadap lurus ke depan. Dia berharap, seseorang yang dirindukannya akan muncul dari balik pintu bercat putih. Muncul penyesalan dalam hatinya. Kenapa dulu dia tidak menikah dengan Juminten. Khayalannya kembali ke masa-masa SMA dulu.
#Flashback
"Hah hah hah." Nafas Farel terengah-engah setelah lari keliling lapangan lima kali pada jam olahraga. Dia duduk di sebelah Juminten yang sudah lebih dulu menyelesaikan putarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juminten
RomanceSeandainya waktu bisa diulang kembali ke masa lalu, maka aku akan tetap memilih jalan ini. Jalan cinta yang teramat terjal, curam dan dipenuhi dengan duri-duri tajam. Aku menyadari bahwa mencintaimu adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan dalam h...