Sekeras apapun kau cuba mengingkari, hatimu akan tetap berlabuh di tempat yang diinginkannya. (Dian Elmala)
- Dian Elmala-
#JUMINTEN_12
Di dalam mobil, Zahra membenahi riasan yang luntur oleh deraian air mata. Tidak boleh ada satu pun orang di kantor yang menangkap aura sedih di wajahnya. Zahra melangkahkan kaki menuju ruang aula. Di sana telah menunggu Tomi dan para staff yang sudah menyiapkan acara penyambutan sekaligus perkenalan Direktur baru.
Dua ujung bibir ditarik semaksimal mungkin untuk menyembunyikan gempa yang mengguncang batinnya. Rasa penasaran terus memaksa otaknya berpikir keras siapa gerangan wanita yang kini telah menjadi madunya. Tomi menangkap perubahan air muka Zahra yang tak seceria pagi tadi ketika masih di rumah. Ada kepalsuan dibalik senyum yang tersungging.
"Kamu baik-baik saja, kan?" Tomi bertanya setengah berbisik sambil memiringkan badannya.
Ingin sekali Zahra menghambur ke pelukan kakaknya dan mengatakan bahwa "aku sakit, sangat sakit", tapi tatapan puluhan mata mengurungkan niatnya. Ini bukan moment yang tepat untuk mencurahkan isi hatinya.
Zahra didampingi Direktur lama, berdiri di panggung menghadap audience. Terdengar kasak kusuk memuji kecantikannya. Terutama barisan para adam. Akbar menyedekapkan kedua tangan di depan dada. Acuh. Dalam batinnya membantah ocehan teman-temannya di belakang "tunggu sampai cewek jutek itu bicara, kalian akan menarik kembali semua pujian itu".
Terdengar Zahra mulai menyampaikan sepatah dua patah kata. Pembawaannya yang tenang, susunan kata yang sistematis, suara yang lembut tapi tegas, dan volume yang pas semakin mengundang decak kagum. Diusia yang masih sangat muda, Zahra mampu menunjukkan sisi sebagai pemimpin yang punya wibawa. Sebuah fakta yang secara tidak sadar memaksa Akbar untuk ikut mengagumi.
Usai menyampaikan pidato singkat, Zahra membangun keakraban dengan menyapa para pegawainya satu persatu. Langkahnya terhenti saat menangkap sosok yang pertama kali mengenalkan arti cinta dalam hidupnya. Farel menganggukkan kepala dan melemparkan senyum tanda penghormatan. Disampingnya ada tiga orang yang sangat dikenal oleh Zahra, siapa lagi kalau bukan suami dan dua sahabatnya yang lain.
"Hallo semuanya," sapa Zahra ramah. Arman, Rudi dan Farel melirik ke arah Akbar. Apa yang disampaikan di ruangannya siang itu sama sekali tidak terbukti. Zahra sungguh jauh dari kesan "Singa Betina". Lebih tepatnya adalah "Angsa Putih" yang sangat anggun.
"Hallo, Bu Zahra." Rudi menjawab santai lalu memperkenalkan dirinya sendiri dan orang di kanan kirinya, Farel dan Arman. "Kalau yang paling ganteng itu, Bu Zahra udah kenal, 'kan?" Rudi mesam mesem sendiri. Dia berniat akan menjodohkan Akbar dengan wanita cantik yang berdiri 50 meter di depannya.
Zahra memandang Akbar dengan tatapan sinis. Yang ditatap pun tidak mau kalah. Empat mata itu seolah saling bicara yang hanya bisa dipahami oleh keduanya. Akbar mulai sadar, bahwa Bos barunya itu hanya bersikap dingin padanya, seperti menyimpan dendam kesumat. Alasannya? Akbar bertekad akan mencari tahu sampai mendapatkan jawabannya.
"Pak Akbar..., tolong lusa serahkan laporan evaluasi Departemen Personalia selama satu tahun terakhir ke ruangan saya." Zahra bicara dengan nada yang agak lunak, karena ada orang lain di sana.
"Baik, Bu..., Eh Non." Akbar menjawab datar.
Beberapa detik Zahra membisu, hanya sesekali menahan tawa mendengar celotehan Rudi. Dalam benaknya ada rasa benci yang meletup-letup, tapi anehnya dia tidak ingin pergi. Keberadaan Akbar menjadi semacam magnet yang membuatnya ingin selalu dekat. Perasaannya seperti benang kusut yang benar-benar sulit untuk diurai, bahkan oleh dirinya sendiri. Pemandangan yang disaksikan tadi pagi seharusnya memantapkan niatnya untuk melayangkan gugatan cerai pada Akbar. Tapi entah kenapa Zahra tidak ingin melakukannya. Mungkinkah karena Lovi? atau ada alasan lain?
![](https://img.wattpad.com/cover/164288186-288-k15666.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Juminten
RomanceSeandainya waktu bisa diulang kembali ke masa lalu, maka aku akan tetap memilih jalan ini. Jalan cinta yang teramat terjal, curam dan dipenuhi dengan duri-duri tajam. Aku menyadari bahwa mencintaimu adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan dalam h...