Dreamy : 3. harus bagaimana💒

255 25 2
                                    

Vote jebol baru apdate deh...

💒💒💒

Ratih mendudukan dirinya di bangku pojok kantin. Setelahnya Vivi yang dari tadi mengikuti langkah gadis itu juga ikut mendudukan dirinya tepat di depan Ratih yang masih menunjukan wajah kesalnya.

Vivi menggigit bibir bawahnya. "Tih...maaf, gue gak maksud buat lo marah...soal Ronald..." ucap Vivi menatap Ratih sendu. Ratih yang mendengar itu tampak menghela nafasnya lalu balas menatap Vivi.

"Lo kenapa sih, Vi. Ini Bukan salah lo kok. gue sebel aja sama mereka yang bercanda kek gitu." balas Ratih seraya tersenyum manis. Vivi menghela nafasnya lega. Syukurlah, rasanya sangat lega saat tahu jika Ratih marah bukan karnanya.

"Gue kira lo marah sama gue." kekeh Vivi yang di ikuti Ratih.

"Enggak kok, lagian mereka udah tahu gue lagi sensitifan, eh malah becandain hubungan gitu. Apalagi itu si Jino, apa sih dia manggil gue sayang-sayang." sebal Ratih dan tanpa sadar telah berbicara panjang lebar.

Vivi tertawa renyah. "Jino kan emang gitu orangnya, dia emang suka bercanda." ucap Vivi membuat Ratih memutar bola matanya. Iya, Ratih lupa tentang satu fakta itu.

"Gue lupa, dia kan emang idiot." balas Ratih sarkatis. Vivi rasanya ingin tertawa lagi, namun sepertinya itu terlalu keterlaluan jadi dia sebisa mungkin menutup mulutnya dengan tangan agar tawa itu tidak keluar.

"Sebel-sebel-sebel!" tiba-tiba Nabila datang dan langsung mencak-mencak tidak jelas. Vivi dan Ratih menatap kedua gadis yang menunjukan raut berbeda-beda itu. Satu, Nabila yang wajahnya sudah memerah menahan amarah. Lalu, kedua Eliska yang tampak terlihat murung tidak bersemangat.

"Kenapa lagi?" tanya Ratih.

"Cowok-cowok itu, mereka nyebelin banget!" adu Nabila dengan nada sebalnya yang khas. Sedang Eliska hanya diam saja sembari memanyunkan bibirnya.

"Mereka masih becanda kayak tadi, gak ngakuin kalian pacarnya dan malah ngaku kita pacarnya. Iya?" tanya Ratih membuat Nabila dan Eliska mengangguk dua kali.

"Bahkan Jino rela ninggalin gue demi...lo Tih." ujar Eliska membuat Ratih menghela nafasnya panjang.

"Gak usah di dengerin!" ujar Ratih datar. Namun tetap saja maupun Eliska atau Nabila masih menunjukan wajah sebalnya.

Tiba-tiba seorang gadis datang lagi dengan wajah kusutnya. Dia duduk di sebelah Vivi dan langsung menelungkupkan wajahnya di atas meja. Bahunya terlihat sedikit bergetar. Siapa lun pasti tahu jika gadis itu tengah menangis.

"Dara lo kenapa?" tanya Vivi seraya mengusap bahu Dara yang masih bergetar. Keempatnya sama-sama menunjukan ekspresi bertanya-tanya di campur khawatir.

"Elvan apain lo, Dar?" tanya Nabila membuat Dara semakin terisak pelan. Eliska yang melihat itu langsung mengelus-ngelus rambut lurus Dara. "Ck, cowok itu." decak Nabila selanjutnya.

"Lo cerita, dia ngapain lo lagi?" tanya Ratih. Dara sedikit mengangkat wajahnya yang sudah memerah dan basah oleh air mata.

"Gak p-papah kok." balas Dara sesegukan. Keempatnya menatap prihatin pada gadis blasteran itu. Tidak mungkin tidak ada apa-apa, sedangkan Dara datang dengan wajah kusut dan langsung menangis setelah berbicara berdua dengan Elvan.

"Ya udah...lo jangan nangis lagi kalo emang gak papah." ucap Vivi yang tidak ingin memaksa Dara untuk berterus terang. Intinya Vivi tahu, jika memang ada yang tidak beres diantara mereka.

Dara mengangguk lalu mengusap air matanya. Namun tetap saja nafas gadis itu masih sesegukan karna habis menagis hebat. "Makasih." ucapnya.

"Terus kita harus gimana ini, Tih. Mereka itu udah keterlaluan banget becandaanya. Dara aja sampe nangis gitu." ujar Nabila yang di angguki Eliska. Sedangkan Vivi masih mencoba menenangkan Dara.

#BBVSPP# : Dreamy (Cinta Itu Adalah Luka Yang Tertunda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang