"Mencintaimu sama saja dengan hukuman bagiku, karna sampai kapan pun hanya akan ada cinta sendiri."
Dara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Air matanya terus saja keluar tanpa bisa ia cegah. Perkataan Elvan tadi benar-benar menusuk ulu hatinya. Baru pertama ini dia di bentak dan lebih parahnya itu oleh Elvan, lelaki yang Dara cintai.
Saat ini gadis itu tengah duduk di bagian pojok kursi bus yang ia tumpangi. Tadi ia hanya beralasan jika Adris, sepupunya itu akan menjemputnya. Mana mungkin Adris akan menjemputnya sedangkan lelaki yang kuliah di semester empat itu sedang sibuk-sibuknya dengan tugas skripsi.
Dia hanya tak ingin bertemu dengan yang lainnya dulu. Rasanya sangat malu saat di bentak di tengah umum seperti itu. Apalagi oleh orang yang ia anggap berharga kehadirannya.
Dia tidak tahu apa alasan Elvan berubah jadi dingin seperti itu. Dia jadi melihat sosok Elvan yang dulu, disaat mereka belum dekat seperti sekarang.
Gadis itu masih memutup wajah basahnya dengan telapak tangannya. Bahunya juga terlihat bergetar. Dia tidak peduli jika orang-orang di dalam bus itu memperhatikannya. Toh untuk apa ia merasa malu jika tadi saja Elvan baru mempermalukannya. hatinya sudah hancur sekarang, tidak ada lagi rasa bahagia seperti dulu.
Sampai tiba-tiba ia merasa seseorang duduk di sebelahnya. Dara tidak peduli siapa itu, dia hanya butuh waktu untuk menenangkan dirinya dulu.
"Jangan nangis, aku ada disini." dan suara bariton yang baru saja terdengar itu otomatis membuat Dara mendongak dan menemukan salah satu orang yang tidak ingin ia temui ada di depannya.
"Ricky?"
Ricky tersenyum lalu tangannya terulur mengusap air mata Dara. "Iya aku disini, maaf yah gak bisa belain kamu saat di bentak Elvan tadi." ucap Ricky dengan senyum kotaknya.
Wajah Dara langsung mengeras, giginya terdengar bergemeletuk menahan amarah. Tangannya terkepal kuat di atas pahanya, sorot matanya menatap tajam Ricky.
"Ngapain lo disini? Pergi sana gue gak butuh lo!" ketus Dara membuat senyum Ricky perlahan pudar.
"Dara...aku tahu aku salah, aku minta maaf sama kamu." balas Ricky lembut. Dara langsung tersenyum miring dengan di sertai dengusannya.
"Denger yah Ricky, gue tengetin sama lo. GUE BUKAN PACAR LO! Pacar lo itu Nabila!" ujar Dara nampak serius.
"Kok kamu ngomong gitu sih Dar? aku tahu kamu marah tapi gak harus bilang kalo kamu bukan pacar aku, apalagi kamu bilang aku pacar Nabila. Deket aja enggak aku sama mulut cabe itu." balas Ricky membiat Dara meremas rambutnya sendiri.
"Karna itu emang kenyataannya, Ricky! Gue bukan pacar lo, gue pacar temen lo Elvano Cerralden!" tekan Dara yang sudah merasa kesabarannya habis.
"Hahaha." tiba-tiba Ricky tertawa membuat Dara mengernyit. "Segitu sukanya kamu sama dia sampai ngaku-ngaku gitu?"
"Maksud lo?" tanya Dara menatap Ricky heran. Dia benar tidak memgerti kemana arah ucaoan Ricky. Sedangkan Ricky hanya tersenyum miring.
"Semua orang juga tau Elvan itu cowok idaman, dia bisa nyanyi, ngedance, pinter ngegambar, kayak lagi. Tapi apa harus kamu ngakuin dia pacar kamu, sedangkan di depan kamu itu pacar kamu sendiri." jelas Ricky panjang lebar. Dara terdiam, dia semakin tidak mengerti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
#BBVSPP# : Dreamy (Cinta Itu Adalah Luka Yang Tertunda)
Teen Fiction"Menurut segi teori gue, cinta itu hanya sebuah luka yang tertunda." "Itu menurut lo 'kan?" ***** "ini pasti cuma mimpi!!" itulah kalimat yang selalu di ucapkan oleh kelima gadis cantik ini. * "ck, ini nyata bukan mimpi!" dan itu balasan yang a...