Di dedikasikan untuk Eka magnalelga, sulis mutiara putri, dewi syakira putri, sama salsa afiera wati.
***
"Tolong jangan biarkan aku merasa tidak yakin denganmu, aku tidak ingin kita berpisah karna hal itu" -uknows
Bruk
Vivi menutup bukunya dengan sedikit kencang. Kepalanya terasa berdenyut saat melihat huruf-huruf yang berjejer itu. Sudah hampir setengah jam ia berada disini. Biasanya ia tidak akan merasakan apa-apa, namun kali ini berbeda. Ia merasa hari ini itu adalah hari termalasnya.
Mungkin dulu ada sosok laki-laki manis yang menemaninya, tapi sekarang. Vivi tersenyum Kecut, dia sadar diri sekarang. Ia sangat sadar jika Renzi-nya kini bukanlah Renzi-nya yang dulu.
Renzi-nya disini hanya sebuah khayalan yang terasa nyata. Ia memang melihat raganya disini, tapi entah kenapa hati laki-laki itu terasa amat sangat jauh dan sulit untuk ia gapai.
Ia tahu kata pepatah, yang mengatakan jika orang yang bersamapun belum tentu akan selalu bersama. Perpisahan itu kodrat adanya, dan kamu tidak akan bisa melawan itu. Sekalipun kamu menangis, menjerit, meminta tolong, dia tidak akan pernah kembali berbalik padamu.
Tapi pertanyaanya, apakah akan selamanya mereka seperti ini. Entah kenapa Vivi merasa yakin jika suatu saat nanti pasti semuanya akan kembali normal. Dan ia tidak tahu kapan itu.
"Mau balik ke kelas?" tanya sebuah suara membuat Vivi terlonjak kecil. "Eh~~sorry gue vak naksud buat lo kaget." ujarnya lagi meminta maaf.
Vivi menoleh lalu tersenyum tipis. "Gak papah kali, Gan. Santai." balas gadis itu. Algan tersenyum sembari menggaruk rambutnya.
"Emz...pacar lo gak kesini?" tanya Algan mencoba mencari topik pembicaraan. Vivi diam sebentar sebelum akhirnya menggeleng.
"Enggak, dia lagi kumpul sama temannya."
"Ohh, sama gengnya Renzi itu yah?" tanya Algan membuat Vivi tertegun. kenapa bisa pas sekali sih dia menyebutkan nama Renzi.
"I-iyah"
Kini keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Vivi dengan pikirannya yang sedang memutar saat-saat ia dan Renzi. Sedang Algan yang sedang merangkai kata untuk berbicara apalagi.
"Em...Vi."
Vivi menoleh, "kenapa?"
"Kayaknya lo lagi gak niat belajar deh, ada apa?" tanya Algan. Vivi tersenyum simpul lalu menggeleng kecil.
"Gak papah kok."
Kening Algan mengernyit. Ia merasa tidak yakin dengan jawaban gadis itu. Bukannya kalo wanita di tanya ada apa dan dia menjawa 'gak papah' itu artinya ada apa-apa.
"Yakin lo?"
"Iyah, kenapa emang. Keliatan jelas banget yah?" tanya Vivi. Algan mengangguk polos. Vivi terkekeh, dia kagum dengan laki-laki berpredikat kembaran sahabatnya itu.
Sifatnya memang jail, centil, dan cerewet. Tapi percaya deh, Algan itu type laki-laki asik saat di ajak ngobrol. Bisa di bilang juga Dia itu cowok peka. Dia bisa tahu semua masalah orang hanya dengan melihatnya dari mimik muka.
Berbeda dengan Nabila yang notabennya adalah cewek kurang peka. Dia itu selalu ingin di mengerti tanpa mau mengerti.
Kringggg....
"Eh udah bel, mau ke kelas bareng gak?" tawar Algan. Vivi tersenyum lalu mengangguk. Gadis itu beranjak berdiri di ikuti Algan di sampingnya yang terus mencoba mengajaknya berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
#BBVSPP# : Dreamy (Cinta Itu Adalah Luka Yang Tertunda)
Teen Fiction"Menurut segi teori gue, cinta itu hanya sebuah luka yang tertunda." "Itu menurut lo 'kan?" ***** "ini pasti cuma mimpi!!" itulah kalimat yang selalu di ucapkan oleh kelima gadis cantik ini. * "ck, ini nyata bukan mimpi!" dan itu balasan yang a...