02.

33 6 0
                                    

08.30 WIB in Universitas Sidharta

"Kak Iong!!" suara seorang gadis cantik melengking dari gerbang depan, lalu ia berlari menuju parkiran.

Pria yang sebenarnya bernama Zion itu menghela nafas. Sesampainya gadis mungil itu di dekatnya ia berkata, "Ampun dah, masih pagi kenapa gue harus ketemu cicit nya nenek lampir sih."

"Ih kok gitu sih Kak? Kak Iong kan Kakak Tingkat kesayangan Nara." gadis bernama Minara itu merengkuh Zion kedalam pelukannya.

"Lagian pagi-pagi udah jadi toa aja, eh dan jangan suka ganti-ganti nama orang dong Ra." Zion mencoba meloloskan diri dari pelukan Minara.

Mendengar dan melihat respon dari Zion membuat wajah Minara yang semula cerah menjadi redup, "Aku nggak ganti nama orang kok, itu kan emang nama Kakak."

"Nama gue Zion bukan Iong, Raaa."

"Kan kalau di rumah Kakak di panggil Ong, dari mana tuh asal usulnya. Lagian aku cuma nambahin I doang kok di depannya."

"Huhhh, iya udah lah terserah lo aja Ra. Pusing gue."

"Kak Iong sayang pusing? Mau ke ruang kesehatan? Yuk aku temenin."

"Nggak usah, gue mau ke kelas aja." dengan begitu Zion meninggalkan Minara di parkiran mobil.

"Ih Kak Iong, tungguin Nara!!"

Minara berjalan berdampingan dengan Zion.

"Perasaan Jaeden masih asik-asik aja tuh nongkrong di rumah sambil nonton TV, kok lo udah di kampus aja sih Ra?"

"Kan aku mau mendampingi Kak Iong dimana pun berada." Zion menghela nafas lelah mendengar jawaban Minara, gadis mungil itu pun terkekeh.

"Hehe, nggak deng Kak. Aku ada rapat Humas di Sekre Musdan."

"Emang mau ada apa? Kok gue nggak tahu?"

"Makanya hidup dong di Musdan, namanya doang terpampang di struktur kepengurusan. Wakil ketua Musdan Universitas Sidharta titik dua Zion O. Seta ehh tapi batang kuping nya nggak pernah kelihatan.

"Idihh bocil, lo udah berani nyeramahin gue ya sekarang."

"Hehe, kapan lagi aku nyeramahin wakil ketua organisasi aku sendiri?"

Zion mengusap surai panjang Minara kencang, membuat rambut nya yang sudah tertata rapih menjadi berantakan. "Idih songong yaa sekarang."

"Kak! Aku abis nyalon kemarennn!"

"Alah nyalon gratis sama Naydera aja sombong."

"Yee, aku kan brand ambassador salon nya Kak Nay, Kak."

"Emang udah memberikan kontribusi apa lo di salon nya Naydera?"

"Aku udah berkontribusi di bidang penghabisan shampo Hahaha."

"Yee, bangkrut yang ada itu salon lama-lama."

Mereka berdua sudah berada di persimpangan koridor (Ke kanan Ruang Sekre, Kantin, gedung Fakultas Ilmu Budaya, Ke kiri gedung Fakultas Ekonomi Bisnis, gedung Fakultas Hukum, dan lurus beberapa  gedung lainnya.)

"Aku ke sekre dulu ya Kak, hati-hati di jalan ke kelasnya. Kalau kangen chat aja aku fastrespon kok hehe." Minara terkekeh pelan membuat matanya seketika menghilang.

"Jomblo sih." Zion ikut terkekeh bersama Minara.

"Kan aku nunggu Kak Iong nembak aku, eh Kak Iong nya nggak nembak-nembak."

"Nanti gue di penjara dong kalau nembak lo."

"Ih Kak Iong mah!!"

"Hahaha udah-udah sana. Rapat yang bener, titip Musdan ya." Zion berjalan ke arah Fakultas Ilmu Budaya meninggalkan Minara.

"YEEE, WAKIL KETUA NGGAK GUNA!!!" Zion hanya melambaikan tangannya tanpa membalikkan badan.

Zion tengah di hadapkan dengan setumpukan kertas saat pria bertumbuh tinggi berahang tegas menghampirinya di kantin.

"Ong!"

"Ape?"

"Bikinin surat dong?"

"Surat apaan?"

"Surat cintaaa!"

Sontak kepala Zion menengadah menatap pria tinggi tersebut.

"Mau nembak siapa lo Yun?"

"Mau nembak... MBAK ECAA, JUS MANGGA NYA ATU YA.. ES NYA JANGAN LUPA IKUT DI BLENDER, TAPI DIKIT AJA. JANGAN KEBANYAKAN, NANTI INGUSAN KAYA ZION." setelah pegawai salah satu warung di kantin itu mengangguk, pria itu lalu duduk di sebelah Zion.

"Heh Jaelani! Gue kasih tahu ya, Mbak Eca itu masih muda.. Nggak perlu lo teriak-teriak juga dia masih bisa denger!"

"Sejak kapan nama gue ada Jaelani nya? Perasaan bokap gue belum selametan deh?"

"Ganteng tapi lemot, ya lo doang Yun." Zion menepuk dahinya pelan.

"Hehe, udah cepet bikinin gue surat. Ini apa lagi, kertas-kertas nggak guna." pria itu melempar kertas-kertas di hadapan Zion ke rumput.

"Heh anak setan! Itu tugas gue!! Hari ini deadline nya anjir!"

"Hehe, abis sibuk banget sih lo. Bikinin surat makanya."

"Iya nanti gue bikinin elah, paling surat cinta! Tapi nggak usah lempar-lempar tugas gue juga!"

"Telat sih lo bilangnya."

"Pungutin tugas gue cepet!"

"Ih siapa lo nyuruh-nyuruh gue?!"

"Ya udah lo bikin aja suratnya sendiri!"

"Idih pundung bocah, iye gue ambilin. Tapi bikinin surat buat dosen gue ya."

"Ha? Lo mau nembak dosen? Gg banget lo Yun, salut gue! Doyi mau lo kemanain?"

"Mana ada?! Gue mau minta maaf kemaren bolos kuliah dia demi bantu bersihin kosan barunya Doyi hehe."

"Pindah kost lagi itu bocah? Udah kaya anak kucing aja ya pindah-pindah. Lagi sok-sokan belajar mandiri, biasanya juga ngerengek minta beliin ini itu sama gue kalo nggak sama abang nya."

"Ya biarin aja kek, kan gue juga jadi enak kalo mau ngapel. Nggak usah jauh-jauh ke Bandung. Toh abang nya juga ngekost."

"IDIH BUCIN TINGKAT NASIONAL!!"

"IYALAH HYUNO!"

"Bangga banget anjir."

"Harus dong, gue kan bangga jadi pacarnya Doitrena."

"Iya iya serah lo aja."

"Cari pacar makanya Ong, masa sampai semester pertengahan begini belum punya pacar juga."

"Ntar yee."

"Kapan?"

"Nunggu lo nggak sebucin itu sama Doyi."

"Yeee bucin tuh suatu keharusan buat orang yang pacaran jaman sekarang!"

"Nggak juga ah, buktinya si Holkay nggak bucin sama Naydera."

"Wah itu mah patut di pertanyakan, gue mencium bau-bau ketidaksetiaan di sini."

"Set dah bocah kalau ngomong nggak di saring dulu."

"Ih bener Ong, percaya dah sama gue."

"Hmm, hidung-hidung anjing pelacak mah iyain aja." Zion berlalu meninggalkan Hyuno dengan memeluk kertas-kertas nya tadi.

"Heh!! Lo ngatain gue Ong?! Anjir gue di tinggal. Woy setan! Tungguin gue!!! MBA ECA JUS NYA DI BUNGKUS AJA YAAA"

∞∞∞

Tentang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang