06.

14 4 0
                                    

"Mas Daniel ndak keluar? Tumben, kan sekarang prei tho?" suara Bu Ina membuat Daniel sontak menoleh ke belakang.

"Hehe, iya Bu sebentar lagi keluar. Sekalian nganter Mama arisan."

"Oalah, yo wes Bu Ina ke dapur dulu ya Mas."

"Iya Bu." Daniel kembali tidur-tiduran di sofa ruang keluarga, menunggu Nerissa yang sudah dari tiga puluh menit yang lalu berdandan tapi sampai saat ini belum keluar dari kamar.

"MAMAAAA!!! UDAH KELAR BELUM? JINO UDAH NUNGGUIN NIH!"

"MBOK YO SABAR THO DEK! MAMA KAN MAU ARISAN, JADI HARUS CANTIK! LAGIAN JINO BIASA SLONANG-SLONONG KESINI AJA, PAKE MINTA DI JEMPUT SEGALA. JINO ITU TEMENMU APA PACARMU SIH DEK?" balas Nerissa dari dalam kamar.

"Set dah emak gue, bakat jadi toa juga ternyata ya.. Sekarang gue tau asal-usul toa nya dua abang yang nggak lebih ganteng dari gue itu darimana."

"Kamu ngomong apa dek?" Daniel sontak terkejut mendengar suara Nerissa yang tiba-tiba sudah berada di belakang nya.

"Ha? Apa Ma? Nggak kok, Daniel nggak ngomong apa-apa. Daniel nyanyi tadi."

"Nyanyi lagu apa? Kok tadi Mama denger kamu sebut-sebut toa?"

"Aa-aa itu Ma, lagu baru ciptaan nya Daniel. Judulnya toa masjid samping rumah Pak Darto."

"Halah, ngarang kamu itu sukanya. Ayok berangkat udah jam empat tuh. Kesorean kan Mama, kamu sih pake ngarang lagu segala."

"Idih Mama, mau Daniel pinjemin kaca nggak?"

"Ndak usah, Mama udah cantik barusan ngaca."

...

Tin Tin

Mendengar suara klakson mobil yang tiba-tiba, membuat pria gingsul —yang sedang bermain ponsel di trotoar— itu terlonjak kaget.
Sang pengemudi menurunkan kaca mobil nya sambil tertawa bahagia.

"Kampret emang! Suka banget liat orang sengsara." pria itu pun memasuki mobil Daniel.

"Haha, ya sorry abis lo serius amat main hape nya. Chat ama siapa sih?"

"Diandra." ujar cowok gingsul itu singkat sambil tersenyum menatap ponselnya.

"Busettt gercep banget ya lo Jin."

"Haruslah, cewek kaya Diandra mah jangan di kasih longgar yang ada di embat orang."

"Jam berapa sekarang?"

"Lima kurang lima belas. Kenapa?"

"Harus gue catet nih, sebagai bukti kalo seorang Jino Dafandra untuk pertama kalinya mengucapkan kata-kata bijak."

"Kampret!!" Jino meninju bahu Daniel kencang.

"HAHAHA" Daniel tertawa terbahak-bahak.

"Mau kemana kitaaah?" Jino berseru senang di samping Daniel.

"Tanyakan pada peta!!" Daniel berseru tak kalah senang.

"Ngapa jadi Dora sama boots dah?"

"Ya karena lo cocok jadi boots nya Jin."

"Anak kadal!" lagi-lagi Jino meninju bahu Daniel kencang.

"Haha, udah weh lo bisa bikin bahu gue biru-biru abis ini."

Tentang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang