14.

6 2 0
                                    

Sore hari itu kedua anak laki-laki dari keluarga Seta tengah duduk bersama di ruang keluarga tanpa ada pertengkaran. Si sulung tengah serius mengerjakan tugas kuliah nya di meja kaca, sedangkan si tengah sedang asik mengatur senar gitar milik Centil.

Melihat keduanya akur seperti itu membuat Nerissa tersenyum teduh. Jarang sekali mereka bisa akur seperti itu jika mereka berada di satu tempat yang sama, mungkin karena biang kerok yang sering membuat keributan sedang keluar rumah, sehingga seisi rumah terasa adem ayem tanpa suara nyaring milik jagoan-jagoan tampan nya.

"Mam, ngapain berdiri di situ?" Jaeden menatap Nerissa yang juga tengah menatap mereka dari depan pintu kamar.

Zion mengangkat kepalanya dari tumpukan kertas dan ikut menoleh ke arah Nerissa. Wanita paruh baya yang sudah memasuki umur 40-an itu melenggang dengan anggun menghampiri kedua anak nya.

"Mama seneng aja liat kalian akur..kaya gini tiap hari kan Mama jadi awet muda. Ndak marah-marah terus," Nerissa kini telah duduk di samping Jaeden yang mulai memetik gitarnya.

"Aku sama Jaeden mah akur terus Ma, kan biang masalah nya si ketumbar geprek itu,"

"Husss, kamu itu kalo manggil adek nya ndak pernah bener sih Bang,"

"Panggilan kesayangan aku buat mereka Ma, hehe,"

"Tau tuh, masa nama Jae di kontak ponsel nya Bang Zion jadi krucil 1,"

Nerissa menggelengkan kepalanya pelan, tak terasa dua anak nya ini sudah beranjak dewasa. Padahal Nerissa rasa baru kemarin mereka bertengkar karena ingin di gendong oleh nya atau ingin mandi bersama nya, tapi sekarang sebaliknya ia bisa meminta di gendong oleh anak-anak nya karena memang sekarang tubuh Nerissa lebih kecil daripada tubuh anak-anak nya.

"Deuh bocah ngaduan.. Inget lo nyimpen nomer gue di ponsel lo tuh apa? Bank berjalan 1 kan???"

"Dih itu mah si Daniel!! Nama lo di ponsel gue Pat Kai. Bagus kan? Nggak kaya lo!"

"Lah lebih kampret lagi! Lagian Pat Kai itu kakak kedua bego, lo tuh pantes di namain Pat Kai. Nah si Daniel Sun Go Kong, Mama Dewi Kwan Im, Papa Biksu Tong, gue Sha wujing muridnya Biksu Tong. Dan.... Jadilah kita keluarga kera sakti," ujar Zion bangga sambil mengangkat tangan nya lebar-lebar ke atas.

"Ckckck.. Ternyata lo lebih bego dari gue Bang," Jaeden menggelengkan kepalanya prihatin.

"Kok Mama sama Papa di bawa-bawa sih Bang?"

"Namanya juga keluarga, kalo nggak ada Mama sama Papa kita cuma jadi angan-angan."

"Uwew sa ae lo kentang rebus,"

"Elit dikit napa sih Jae, masa kentang rebus,"

"Kepiting rebus?"

"Deal!"

Ting...

Bunyi sebuah notification dari ponsel membuat Zion dan Jaeden kompak meraih ponsel nya masing-masing.

"Hahaha, punya gue Bang," tutur Jaeden membuat Zion mendengus lalu kembali fokus dengan tugasnya.

Jaeden mengernyitkan dahinya, Nerissa yang menyadari itu pun bertanya.

"Kenapa Mas?"

"Jae di undang HUT SMP Ma,"

"Lho kok Abang nggak?" mendengar namanya di sebut-sebut Zion menoleh.

"Kenapa Ma?"

"Ini Mas di undang HUT SMP kalian, kok kamu nggak?"

"Oh mungkin buat angkatannya Jae doang Ma, angkatan Zion kan udah pada sibuk," Nerissa pun menganggukkan kepala, sedangkan Zion kembali berkutat dengan tugasnya.

Tentang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang