17.

5 1 0
                                    

Seorang pria dengan tas di bahunya melangkah santai menuju meja kantin yang sudah di tempati oleh Rei dan Minara.

"Jae..." suara Minara melengking nyaring bersama tangan yang melambai.

"Nih," Jaeden menaruh dua bungkus cokelat yang kemarin ia beli, "Yang ini buat Rei.. Ini buat lo,"

"Kok udah lembek," Minara memberengut kesal.

"Punya gue nggak kok," mendengar Rei berujar, Minara menatap Jaeden tajam.

"Sekarang lo udah bisa pilih kasih ya Jae,"

"Kok gue? Mama tuh,"

"Kok Tante sih?"

"Punya lo udah di jampe-jampe sama Mama, biar dapet jodoh katanya,"

"Uuuu Tante Mertua baik banget, tau aja kalo gue mau sama anak sulung nya,"

"Dih najis banget, ogah gue punya kakak ipar kaya lo,"

"Liat aja ntar."

"Gue liatin, gak bakalan dah lo sama abang gue,"

"Ih kok lo jahat sih Jae, nggak gue restuin lo sama Rei,"

"Emang gue sama Jae ada apa sampe gak di restuin ama lo?"

"Loh, bukannya kalian lagi PDKT?" Rei dan Jaeden bertatapan lalu tertawa bersama-sama.

"Kok pada ketawa sih?"

"Lo dapet gosip dari mana sih??" Rei dan Jaeden terkekeh kembali.

"Hah..Gosip? Jadi kalian nggak PDKT?"

"Gue.. Sama Rei? Kebanyakan nonton sinetron lo Min, udah ah gue ke kelas dulu. Duluan ya Rei," Jaeden mengusap pelan kepala Reina sebelum beranjak pergi.

"Tuh.. Tuh.. Kalian PDKT kan??"

Belum sempat Reina menjawab, Jaeden berbalik menghampirinya.

"Ntar gue tungguin di lobi fakultas lo, jangan pulang sendiri," lalu Jaeden pergi begitu saja meninggalkan Reina dan Minara yang masih tercengang.

"Chung, calon adek ipar gue lo apain?"

"CHANG CHUNG CHANG CHUNG.. Makin rese ya lo Ra! Udah ah, gue ada kelas!"

Reina pergi meninggalkan Minara yang makin terheran-heran.

∆∆∆

Kring..

Lonceng di atas pintu berdenting ketika seorang pria tampan masuk ke dalam sana.

"Ketempelan apa lo nyuruh gue dateng kesini?" pria itu duduk di sofa lalu meraih sebuah majalah fashion.

"Kan aku bilang mau nyuci otak kamu, nggak inget?"

"Lo mau malpraktek gitu? Anak kimia masa mau buka-buka tempurung kepala orang,"

"Lagian jadi orang gak ada niat waras sama sekali walaupun cuma sehari," Naydera memberengut kesal

"Hehe, kan lo udah hafal tabiat gue di luar kepala kaya apa Nay. Gak usah sewot gitu lah,"

"Saking hafalnya sampe udah abis empat botol tuh stok obat sakit kepala," gadis itu menunjuk beberapa botol yang tertata rapih di atas meja.

"Buset..banyak bener, lo minum semua itu?"

"Nggak. Aku bagiin ke kucing jalanan,"

"Weitss.. Whiskas kali ah,"

"Udah cepetan sini!" Naydera melambaikan tangan nya, lalu menunjuk sebuah kursi.

"Lo mau ngapain?" Zion terlihat khawatir saat Naydera meletakkan sebuah handuk di pundak nya.

"Mau malpraktek kan tadi kamu bilang,"

"Nay!! Gue nggak mau jadi korban latihan lo potong rambut plis.. Terakhir kali lo latihan pake rambut gue, hairstyle di babershop langganan gue ngomel-ngomel,"

"Kok ngomel-ngomel?"

"Dia frustasi, mau dibentuk gimana lagi rambut gue. Lagian lo motong rambut gak ngurut, kanan belom kelar pindah kiri, kiri belom kelar pindah lagi,"

"Hehe, maaf ya. Nggak kok, aku nggak latihan motong rambut. Aku lagi nyobain shampo baru, katanya sih bagus buat ngehilangin stres,"

"Kok lo tau gue lagi stres sih? Wah... Lo tuh bener-bener yang mengerti gue, Nay. Lo tau tugas gue tuh segunung gilak, belom lagi kerja kelompok, terus presentasi, haduh stres gue,"

"Loh, aku milih kamu jadi bahan percobaan bukan karna itu,"

"Terus?"

"Ya... Karena emang kamu stres, hehe. Siapa tau abis pake shampo ini kamu waras,"

"NAYYY!!!" Zion geram sambil menatap Naydera yang cengengesan.

"Apa Ong???" panggil gadis itu lembut membuat Zion terdiam, "Kok diem?"

"G-gue lagi kesel ama lo,"

"Dih, kesel kok bilang-bilang,"

"Ya terserah gue dong.. Gue yang—"

Brrm.. Brrmm..

Suara motor yang berhenti tepat di depan salon membuat Zion dan Naydera menoleh dalam diam.

"Loh bukannya.... "

"Je, sepupu aku sama temennya. Oh iya kamu belom ketemu ya?" Naydera berlalu dari hadapan Zion, berjalan menuju pintu salon.

Itu motor nya Jae kan? Bukannya lagi di pake Daniel ya?

Kring..

Gadis itu pun masuk ke dalam salon dengan senyum lebar, lalu memeluk Naydera saat mereka sudah berhadapan.

"Seneng banget kayanya, abis ngapain aja kamu Je?"

"Seneng karna ketemu lo lagi Nay, ama dia mah boro-boro seneng. Gedek iya,"

"Nggak boleh gitu Je, nanti ke makan omongan sendiri gimana?"

"Duh amit-am—

"Hai... Jen..." Zion melambaikam tangan tak lupa senyum cerah yang selalu tersemat di wajahnya.

"Hai Kak..." jawab Jenna bingung.

"Loh kamu kenal Je, Ong?" wajah bingung menghiasi wajah seorang Naydera.

"Dia kakak kelas gue di SMP, Nay."

"Wah.. Kok aku baru tau, kamu juga nggak cerita apa-apa sama aku Ong?"

"Mana gue tau lo sepupuan sama Jenna, lo kan nggak pernah cerita sama gue,"

"Oh iya hehe. Yaudah balik rebahan lagi di situ, aku mau nganter Je ke ruangan aku,"

"Eh ngapain? Udah balik pacaran aja hehe. Maaf ya ganggu,"

"Kita nggak pacaran," jawab keduanya serentak.

"Loh kenapa nggak pacaran? Kalian cocok tau."

"Kepala kamu kejedot helm temen kamu ya Je? Ya ampun.. kasian banget," Naydera mengalihkan pertanyaan Sejenna dengan mengusap kepala Sejenna dengan kasar, membuat Sejenna mengernyit tak suka.

"Ayo masuk ke ruangan aku, kasian banget sepupu aku ini, bentar ya Ong,"

Naydera mendorong bahu Sejenna kencang membuat cewek bersurai panjang itu terhuyung ke depan, hampir saja terjatuh jika ia tidak mengontrol pergerakan itu. Zion yang melihat dua sepupu itu tertawa pelan.

Gemes.

∆∆∆

Author Note ::

Haiii...
Long time no see :)
Apa kabar ?
Aku baru update, karena aku lagi UTS. Jadi pikiran aku terbagi kesana kemari hehe

Yang lain, yang lagi ujian juga semangat!! I trust you can do it.

Tentang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang