19

13 5 0
                                    

Acara dimulai dari jam 3 sore sampai tengah malam. Beberapa orang yang memakai id-card berjalan kesana kemari dengan urusannya masing-masing, jadwal ia tampil sebenernya jam 8 malam. Namun, entah setan apa yang merasuki tubuh pria tampan tersebut sehingga jam 4 sore sudah standby di backstage.

"Kak, misi." Seorang gadis mungil memecah lamunannya.

"Eh iya kenapa?"

"Kak Jaeden kan?"

"Iya, gimana ya?"

"Oh, kenalin saya Ria. L.O nya kakak, kalo ada yang dibutuhkan bilang sama saya aja ya kak,"

"Keren amat gue di kasih LO? Udah lo bantuin yang lain aja, gue bisa ngurus kebutuhan gue sendiri kok. Kaya sama siapa aja, santai dek." Senyum Jaeden mengembang melihat wajah terkejut adik kelasnya itu.

"Loh kok gitu kak?"

"Udah gih, lo bantuin yang lain aja. Tuh ada yang lagi angkat beban.. eh, angkat makanan maksud gue,hehe."

"Ih nggak bisa gitu kak, ntar saya yang kena marah kordiv saya."

"Siapa kordiv lo? Bilang sama gue kalo dia sampe marahin lo,"

"Yah, Kak? Seriusan?"

"Serius, ebuset dikira gue suka bohong apa ya,"

"Gih, lo gabung panitia lain aja."

"Yaudah, tapi kalo ada apa-apa panggil saya aja ya kak. Saya di sebelah panggung kok,"

"Oke,Ri. Makasih ya,"

"Sama-sama kak, mari."

Jaeden membuka tas selempang nya, meraih benda yang sangat ia sayangi setelah centil, headphone.
Lagu pertama belum terputar, seseorang sudah menepuk bahunya.

∆∆∆

Suara decitan ban dengan aspal terdengar dari luar rumah, tak lama bunyi bel terdengar di dalam rumah tersebut.

"IYAAAAA," Seorang gadis cantik membuka pintu rumah.

"Eh kak, apa kabar?"

"Baik, ayo masuk dulu. Dia mah dandannya lama,"

Mereka pun duduk di ruang tamu.

"Emang acaranya jam berapa sih? Kok jam segini baru berangkat?"

"Kata Je sih jam 5an kak,"

"Pantesan.. dia baru mandi jam 4 tadi, sabar ya."

"NAYYY.." Seorang gadis cantik lainnya muncul dengan badan yang menyender di pagar lantai dua. "EHH BOCAH, UDAH DATENG LO,"

Gadis itu pun melangkah ringan menuju ruang tamu, lalu menghempaskan tubuhnya di sebelah sepupu kesayangannya.

"Je, kamu beneran mau pake celana ini?"

"Iya lah, kenapa emang?"

"Pendek banget Je, kalian kan naik motor,"

"Tenang aja, gue nggak sampe malem kok disana."

"Ihh, tetep aj—"

"Sssttt, udah ya Nay ku sayang.. udah telat nih gue. Pinjem topi nya ya, hehe.. Assalamualaikum," Jenna melambai ke arah Naydera dengan topi putih yang tangannya.

"Kita berangkat ya kak.. assalamualaikum.." pria itupun mengikuti langkah kaki Jenna.

"Waalaikumsalam, hati-hati,"

Mereka berdua sudah berada di atas motor milik pria tersebut, tanpa ada percakapan mereka berdua membelah jalan raya. Motor itu terhenti karena lampu merah dekat SMP Jenna menunjukkan lampu merah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang