12.

7 2 0
                                    

Sore itu, di saat semua orang tengah mengistirahatkan tubuhnya -setelah beraktivitas seharian-, mereka berdua masih saja mengitari beberapa kios berwarna merah muda di pinggir jalan sambil sesekali masuk ke salah satu kios mencari sebuah barang.

"Niel, lo mau ngapain sih kesini? Nyari sempak aja sampe kesini," Jino berbisik kepada Daniel yang berada di hadapan nya.

Mereka berdua memang sekarang sedang berada di dalam toko pakaian dalam pria.

"Ssst, diem aja deh. Gue ngajak lo kesini tuh bukan buat lo ngepoin gue, gue ngajak lo kesini tuh buat bantu milihin kado yang pantes buat nyokap gue."

"Lo mau beliin kado nyokap lo, tapi masuk nya ke toko pakaian dalam pria. Kadang gue tuh mikir, pas pembagian otak lo bolos ya?"

"Eh sialan, dateng gue anjir. Tapi agak telat, abis setor dulu gue. Hehe."

"Tiap pagi nyetor, kira-kira tahun berapa lo bakal kaya raya?"

"Ya,, lo itung sendiri ajalah. Kan lo pinter tuh itung-itungan, apalagi ngitungin utang sama mantan."

"Oh iyaaa! Jadi inget gue," senyum gingsul Jino melebar di wajah nya.

"Inget apaan lo?" mencium bau-bau yang tidak enak dari ucapan Jino tadi membuat Daniel seketika menatap Jino.

"Lo masih utang dua ratus lima puluh rebo ama gue,"

"Lah, kapan anjir? Nggak usah nipu lo!"

"Kaga elah, gue nggak kaya lo ya yang suka menggunakan kesempatan dengan seenak jidat lo."

"Jidat gue mah nggak enak. Yang enak tuh punggung gue, soalnya suka buat sandaran cewek. Udah jangan bahas punggung gue, ntar lo malah pengen nyender lagi."

"Idih najis, gue masih normal." Jino bergidik geli, "Udah sini, mana duit lo? Bayar sekarang juga!"

"Bro, lo nggak liat kita dimana dan lagi ngapain?"

"Ya liatlah, gue kan punya mata."

"Lo gak tau, kita sekarang lagi ngapain?"

"Tau lah, tadi kan lo kasih tau."

"Kalo tau, kenapa lo nagih sekarang anjirr?!"

"Ya terserah gue dong mau nagih kapan, gue mau jalan sama Diandra ntar sore. Sini, mana duit?"

"Udah sebelas duabelas lo sama debt collector."

"Emang nyokap lo ultah kapan sih?"

"Dua bulan lagi."

"Kal- HAH DUA BULAN LAGI?!!"

"Iyaa, ngapa dah? Teriak-teriak segala."

"YAUDAH BAYAR UTANG LO DULU AJA ANJIRRR, GUE BUTUH DUIT NYA SEKARANG!!"

"Sabar napa Jin. Lo kok ngebet banget nagih utang ke gue."

"KALO GUE NGGAK KAYA GINI, LO GAK AKAN BAYAR BANGSAT!"

"Dih kasar, Diandra nggak suka cowok kasar lho Jin. Fyi aja sih gue."

"Kasar nya gue khusus sama lo doang. Lo kalo nggak di kasarin nggak peka sih."

"Ya ngapain juga gue peka sama lo, kalo cewek di luar sana banyak yang nunggu kepekaan gue."

"Bacot lo ah, cepet bayar."

"Ebuset Jin, masih aja di tagih?"

"Yaiyalah, lo utang duit soalnya. Kalo utang daun si bodo amat gue."

"Ngapain juga gue utang daun, tinggal metik di pohon aja repot."

"Ya udah terserah lo dah yang penting bayar ya?"

Tentang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang