Prolog

2.6K 352 36
                                    

Pintu gerbang Kerajaan Foinix terbuka lebar. Terompet-terompet diiringi sorakan rakyat menyambut sang Putra Mahkota yang telah kembali.

Jeno menarik napasnya dan melangkah ke dalam kerajaan yang telah lama ia tinggalkan. Banyak yang berubah. Ia berjalan bersama ajudan ayahnya dan beberapa awak kapalnya.

Seorang raja berdiri dengan tegap sambil tersenyum lebar. Ia terlalu bahagia. Ia bahagia anaknya telah kembali dan menjadi pemuda yang tampan. Tak sadar, ia menitikkan airmatanya ketika sang putera berdiri di hadapannya.

"Anakku, Jeno.."

"Ayah.."

Donghae memeluk Jeno dengan erat sambil tertawa. Begitu pula dengan Jeno.

"Anakku, maukah kau memaafkan ayah? Atas semua perilaku jahat ayah di masa lalu. Biarkan ayah menikmati masa senjanya dengan tenang."

"Aku sudah memaafkan ayah sejak dahulu, walaupun sangat sulit." Jeno tersenyum tipis. "Bukankah itu yang ibu ajarkan?"

"Ya, itu yang ibu ajarkan."

Mereka melepas pelukan itu. Donghae membawa anaknya ke dalam Istana Merah, istana tempat keluarga kerajaan tinggal. Senyum tidak lepas dari wajah mereka berdua. Ketika mereka sampai di taman istana, mereka bertemu selir Song sedang menyiram bunga-bunganya. Ia adalah selir yang raja ambil ketika pergi ke Negeri Tirai Bambu.

"Ibu Song, aku kembali.." Ucap Jeno ketika menemui ibu tirinya. Ibu tirinya hanya merespon singkat dengan ucapan selamat datang kembali tanpa memberi lebih. Jeno yang sudah menduga ini akan terjadi, mengacuhkannya dan terus berjalan masuk ke dalam istana.

Jeno hanya ingin menemui Renjunnya, kakaknya, dan ibu Min. Tidak lebih.

Ketika Jeno memasuki ruang utama, ia melihat banyak keluarga kerajaan berpakaian dengan mewah dan indah. Lalu ia membandingkan dengan pakaiannya yang hanya atasan putih, yang agak menguning dan berbahan tipis, dengan bagian dada yang agak terbuka, celana cokelat panjang dan sepatu boots hitam yang entah sudah berapa kali ia pakai, dengan kain merah yang selalu ia ikat di pinggangnya untuk menutupi sabuknya, dan gauntlet cokelat tua yang masih membungkus kedua tangannya. Jangan lupakan pedang dan sarung senapannya yang selalu menempel di sabuknya.

Oh, Jeno merasa tidak pantas berada di lingkungan seperti ini dengan pakaiannya yang sekarang. Ia hanya merunduk, menahan tawanya agar tidak meledak saking malunya, hingga menutupi wajahnya.

"Ayah, kenapa membawa orang rendahan seperti dia ke istana?"

"Kenapa ayah bertemu dengannya dan membawa penjahat laut seperti dia?!"

"Pakaiannya tidak layak sekali untuk masuk ke dalam istana!"

"Ugh, aku bisa mencium bau air laut darinya!"

Jeno semakin ingin tertawa mendengar penuturan adik-adik perempuannya. Memang adiknya pernah ke laut untuk menghirup aroma laut? Ke luar istana saja tidak pernah. Lalu, memang adiknya tahu rupa penjahat laut seperti apa? Menaiki kapal laut saja tidak pernah.

"Jeno?"

Seketika suasana di sana menjadi senyap. Tawa Jeno terhenti ketika suara familiar menyapa telinganya. Ia mendongakkan kepalanya sedikit demi sedikit dan menemukan wajah yang ia rindukan.

"Kak Yoongi.."

"Astaga, Jeno! Ini benar dirimu kan?! Astaga, kau pulang!!!" Yoongi berlari lalu memeluk Jeno erat.

"Kak Yoongi... Aku dengar kakak sakit.. Apa kakak baik-baik saja?"

"Aku tidak pernah sakit! Aku ini kuat!" Mereka berdua tertawa sambil memeluk satu sama lain erat. Ketika pelukan itu terlepas, Jeno hanya tersenyum lebar menemukan adik-adik perempuannya melongo dengan wajah berpoles mereka.

Black BloodWhere stories live. Discover now