Krieeett...
"O-oh! Kapten!" Beberapa pemuda yang ada di dalam kamar penginapan itu segera berdiri ketika Kapten mereka membuka pintu kamar.
"Kukira kalian sudah pergi.." Jeno masuk ke dalam ruangan itu dan menutup pintunya, bergabung bersama anak buahnya. "Kemana yang lain?"
"Belum kapten. Yang Mulia Raja meminta kami untuk menunggu sebentar, karena kapten akan butuh bantuan kami." Ucap Hoshi sambil dirinya masih berkutat dengan kartunya. "Hyunjin dan yang lainnya sedang berkeliling, mencari perbekalan kita sekaligus mencari jodoh katanya.."
Prak!
"Game!" Seru Chan ketika kartu miliknya yang dibanting ke atas meja menunjukkan tiga rangkaian dari kartu berwarna merah.
"Yak! Milikku saja belum habis!!"
"Sialan!!! Aku masih menyimpan kartu AS!! Aaahh!!"
"Padahal aku punya dua joker, bagaimana aku bisa kalah?!"
"Sudahlah, berikan saja uangnya.." Jeno tertawa melihat keluhan anak buahnya yang dikalahkan Lee Chan.
"Ayo main lagi! Aku ikut." Jeno mengeluarkan sebuntal uang yang ia sakukan lalu menaruhnya di tengah meja.
"Waah!!! Besar sekali taruhan yang anda pasang, Yang Mulia.." Kelakar Seungcheol.
"Ini uangku sendiri, jadi tidak masalah.."
Hoshi mulai membagikan kartu untuk mereka berlima. Tepat ketika kelima orang itu mengangkat kartu-kartu itu untuk melihat isinya, permainan dimulai lagi.
"Sialan! Hoshi! Kamu tidak cuci tangan ya?! Jelek sekali kartu-kartuku!!" Seru Seungcheol tiba-tiba.
"Lah, yang punya diriku sendiri saja jelek.." Ucap Hoshi putus asa. Sepertinya, Fortuna sedang tidak berpihak padanya, seperti permainan sebelumnya saat ia mendapat dua joker.
"Kalau sampai Hoshi yang menang, dia harus mentraktirku bagel, croissant, dan sandwich yang dijual di kedai waktu itu!!" Tambah Chan
"Kau yang harus membayar sarapan kita selama disini mulai besok, kalau kau menang, Hoshi!!!" Ujar Jimin tak mau kalah.
"Aku akan mencoret namamu dari daftar awak kapalku, Hoshi.. Beraninya kau memberiku kartu-kartu sejelek ini..." Hoshi hanya bergidik ngeri ketika Jeno meliriknya dengan tatapan dingin.
Mereka mengisi siang hari itu dengan seruan, tawa, dan ejekan pada satu sama lain. Mereka terlalu menikmati permainan mereka hingga tak sadar malam telah menjemput.
"Oh sial.. Terlalu menyenangkan bertemu lagi dengan kalian, teman-teman.." Jeno menggaruk tengkuknya saat melihat ke jendela dan tidak menemukan sinar mentari yang merembes masuk.
"Sudah malam ternyata.."
"Ya, dan aku lupa tujuanku kemari apa.." Jeno menangkupkan tangannya di atas dahinya, berusaha mengingat kembali tujuan utamanya kemari. Tadi pagi, ayahnya menyuruh ia pergi mencari anak buahnya di penginapan. Lalu...
"Oh iya!" Sepasang mata itu berbinar. "Ayah menyuruhku untuk memberitahu kalian, kalau besok kita akan pergi melaut lagi!"
"Sebenarnya, kami sudah tahu soal itu dari Yang Mulia.. Tapi.."
"Tapi?"
"Untuk apa kita melaut lagi? Kurasa kita sudah selesai 'kan?"
"Eum, yaah.. Bagaimana bilangnya ya??" Jeno mengusap tengkuknya. "Yah, bisa dibilang.. Kali ini aku perlu mencari Renjun.."

YOU ARE READING
Black Blood
FanfictionAkhirnya bertahun-tahun sesudah lenyapnya Mutiara Hitam, kebahagiaan pun datang. Hidup seorang Lee Jeno semakin sempurna bersama sang pendamping, Lee Renjun, dan buah cinta mereka. Kerajaan Foinix menjadi aman dan tentram setelah Raja Donghae menyer...