Satu

1.8K 301 18
                                    

"Jidoneun piryo eobseo.. Nae mami neol garikyeo~"

"Gal giri heomnanhaedo ijjeumeseo, geureoken motanda~"

"Han sido ttereojyeo ijeobon jeogi eomneunde~~"

"Chaa! Selesai!" Renjun mengibaskan kain terakhir yang ia jemur. Ia merapikan anak rambutnya yang keluar dari scarf yang menutupi rambutnya. Lalu ia melanjutkan nyanyiannya sambil memasukkan kain lain yang sudah kering dan masuk ke dalam rumah dengan keranjang pakaian bersih.

Cklek...

"Oh! Kau sudah selesai, Ren?" seekor peri dengan sebuah baskom berisi adonan kue di tangannya melintasi ruangan itu. Renjun segera menaruh keranjang itu, mencuci tangannya, mengambil baskom itu dari si peri dan mulai mengaduk adonan itu dengan sendok kayu yang ditemukannya di atas meja makan.

"Sudah, Kak Ten. Oh ya, Kak Ten mau buat biskuit?" ucapnya sambil tangannya bergerak di atas adonan itu.

"Iya, Tuan Yuta memintaku.."

"Hm? Ada apa, ya? Tumben sekali.."

"Kalau aku tidak salah, Tuan Qian mau datang, jadi, Tuan Yuta meminta untuk membuatkan biskuit.."

Renjun membawa baskom itu ke dapur rumah. Ia menaruh baskom itu di atas sebuah kabinet, sembari tangan kirinya terus mengaduk dan tangan kanannya mencari-cari bumbu di atas laci. Ia mengeluarkan cokelat dari sana.

"Kau mau membuat biskuit cokelat?"

"Yep! Tolong lelehkan cokelatnya, Kak.." Renjun menyodorkan cokelat batangan itu. Ten mengambil cokelat itu dan melelehkannya. Renjun mengambil jeruk yang ada di keranjang buah, lalu memarut sedikit kulit oranye itu. Mencampurkannya ke dalam adonan itu.

"H-hey! Memangnya enak bila ditambah kulit jeruk?! Kalau Tuan marah la-

"Tidak, kok. Percaya padaku. Aku memang belum pernah mencobanya, tetapi aku yakin, ini akan menjadi enak. Nah, aku minta cokelat cairnya, kak." Ten memberikan cokelat cair itu dengan ragu-ragu. Renjun menumpahkan sebagian cokelat cair itu itu ke dalam adonannya dan mulai mengaduk, mengulangnya, hingga cokelat itu habis. Ia menyodorkan baskom berisi adonan yang sudah jadi itu pada Ten.

"Nah! Selesai! Tinggal taruh di atas loyang, tambahkan kacang almond atau mete, panggang, hidangkan!" Renjun tersenyum lebar.

"A-ah.. Baiklah.." Ten menerima adonan itu ragu-ragu.








•••••

"Ahh.. Lama tak jumpa, Yuta-hyung.."

"Ya.. Lama tak jumpa, Kun!"

Kedua penyihir itu merangkul satu sama lain. Kemudian mereka duduk di kursi dekat halaman belakang, menatap pemandangan padang tundra yang kosong.


"Sebelumnya, aku mau bertanya, hyung.."

"Ya?"

"Kenapa tiga tahun lalu, hyung tidak ikut ritual Black Sabbath?"

"Aku terlalu sibuk, hahaha.. Tidak tidak.. Sebenarnya, karena aku masih terikat pada 'sesuatu' itu, jadi aku tidak bisa datang."

"Hhh.. Merepotkan sekali. Sudah berapa kali hyung tidak hadir Black Sabbath?"

Black BloodWhere stories live. Discover now