"Ughh.. kapten.."
"Hm?" Jeno masih sibuk dengan teropongnya, entah melihat apa.
"Kapten, ini sudah empat hari kita di sini dan sudah sebulan lamanya kita melaut!" seru Hoshi lalu membanting botol anggurnya hingga pecah. "Makanan dan anggur semakin menipis, kapten!"
Jeno mengalihkan pandangannya pada Hoshi. Ia mengangkat sebelah alisnya, "kau ini kenapa? Kau terlihat tidak baik."
Hoshi mendengus lalu mengacak-acak surainya, "aku hanya takut kita tidak bisa menemukan perhentian untuk mengisi perbekalan, itu saja ...."
Jeno termenung. Benar juga. Apa ia akan mengorbankan anak buahnya di tengah padang laut yang sepertinya tidak ada akhirnya?
"Maafkan aku, sobat," Jeno menghampiri Hoshi, lalu menepuk pundaknya, "perjalanan ini memang kurang dipersiapkan."
Hoshi menghela napasnya lalu menggelengkan kepalanya, "ya sudah.. aku bisa apa?"
Jeno tersenyum kecil lalu beranjak dari sana. Sepertinya rencananya harus dimulai, mereka tidak bisa terlalu lama terombang-ambing di tengah tempat antah-berantah ini.
Ia memasuki ruangannya. Sebuah sangkar berisi dua ekor merpati dibukanya, dan diambilnya merpati itu. Jeno kemudian berjalan kembali ke deknya.
"Apa yang akan kapten lakukan?" tanya Hoshi sembari ia membersihkan bekas pecahan botolnya.
"Lihat dan pelajari," seringai Jeno sambil melepas kedua merpati itu terbang.
•••••
"Ayah..."
Taeyong menoleh dari buku besar yang dibacanya. Seekor duyung menghampirinya; anaknya.
"Kenapa, Jisung-ah?"
"Ayah pernah berkeliling laut dua minggu ke belakang?" tanya Jisung sambil mendekat.
Taeyong mengernyit dan menatap Jisung dalam, "kenapa, nak?"
Jisung mendekatinya sambil menatap ke sekitarnya. Ia tahu pasti kalau perpustakaan kerajaan biasanya kosong, namun apa salahnya memastikan kembali?
"Arus migrasi berubah lagi. Di atas permukaan kerap kali terjadi badai."
Taeyong menyingkirkan bukunya dan mendekat pada Jisung. "Arus migrasi berubah lagi? Apa maksudmu?"
"Seperti tiga tahun lalu, ayah."
Tiga tahun lalu.
Taeyong tidak bohong kalau tiga tahun lalu adalah tahun paling mengerikan baginya. Ia mungkin terbebas dari penjara palung, namun ia harus berhadapan dengan Aegaeon dan mempertaruhkan nyawanya.
Tidak, Aegaeon sudah disegelnya, bukan?
"Baiklah, terima kasih untuk informasinya, anakku. Ayah permisi sebentar."
"Ayah mau ke mana?"
"Ayah perlu bertemu Sang Penyihir Laut. Ada yang salah. Jelas ada yang salah. Panggilkan pamanmu bertemu ayah di paviliun utara juga tolong persiapkan perbekalan kami."
•••••
Hyuuu ...Yuta mendongak, menatap langit yang perlahan menggelap dan angin yang berembus kuat dan melambai-lambaikan jubahnya. Anginnya berubah drastis.
Alam memperingatinya. Sesuatu yang besar akan datang tanpa dapat ia lihat, sama halnya dengan angin yang memeluk tubuhnya.
"Langitnya ...."
YOU ARE READING
Black Blood
FanfictionAkhirnya bertahun-tahun sesudah lenyapnya Mutiara Hitam, kebahagiaan pun datang. Hidup seorang Lee Jeno semakin sempurna bersama sang pendamping, Lee Renjun, dan buah cinta mereka. Kerajaan Foinix menjadi aman dan tentram setelah Raja Donghae menyer...