Tujuh

666 102 17
                                    

"Yang Mulia, ada kabar dari Pangeran Jeno."

"Mana?!"

Sang raja segera memacu larinya melewati para penjaga ruang takhtanya, tak bisa menahan gejolak di dalam dadanya untuk menemui patihnya.

"Yang Mulia!" Patih yang baru saja hendak memasuki ruangan itu segera berlutut.

"Suratnya."

"Ini, Yang Mulia."

Raja Donghae mengambil gulungan itu dan langsung meninggalkan patih itu menuju singgasananya.

Abjad demi abjad diikuti oleh kedua bola mata yang mulai berkabut. Dirapalkannya tulisan itu di dalam hatinya. Sebuah senyum lega terlukis indah ketika ia sampai di ujung kertas surat.

"Akhirnya aku bisa beristirahat," Raja Donghae menghela napasnya dan menatap jauh ke sebuah lukisan yang menggantung di salah satu tembok ruang takhtanya.

"Ibunda, akhirnya kerajaan ini terlahir kembali. Doakan keselamatan kedua cucumu, ibu."

••••


"Kak Yoongi."

"Hm?"

"Sudah dengar kabar dari Kak Jeno?"

Yoongi tidak mengalihkan pandangannya dari jalinan mahkota dandelion yang sedang dibuatnya. "Katanya dia berhasil menemukan calon permaisurinya, ya?"

Nancy merapikan rok gaunnya lalu duduk di atas rumput, di samping kakak tirinya. Rambutnya yang digerai melambai-lambai ditiup angin sepoi. "Dan sedang dalam perjalanan pulang. Ya. Aku penasaran seperti apa rupa calon pendampingnya."

"Kalau kau tahu, kau mau apa?"

Dengan satu kibasan, Nancy membuka kipasnya dan mengipas pelan wajahnya. "Aku dengar dari omongan beberapa orang, katanya dia secantik putri negeri dongeng."

"Benarkah?" Yoongi menyelesaikan jalinannya lalu memasang mahkota dandelion itu di kepala Nancy. "Tapi bukankah dulu kamu bilang kalau kecantikan seseorang dilihat dari mahkotanya? Kalau dia tidak memiliki mahkota, maka ia tidak indah. Bukankah begitu, adikku?"

Tak sepatah kata pun keluar dari mulut Nancy.

"Kurasa kejadian dulu itu membuatmu tersadar juga, ya?" Yoongi menyeringai tipis.

"Sepertinya begitu."

Keheningan mereka diisi oleh suara daun yang renyah ditiup angin. Yoongi masih betah duduk di atas batu besarnya dan Nancy di atas rumput.

"Bagaimana kalau calon pasangan Jeno tidak memiliki mahkota?" ucap Yoongi tiba-tiba. "Apakah kau masih mau menerimanya?"

"Aku sudah belajar banyak, Kak Yoongi," balas Nancy dengan senyum tipis di wajahnya. "Aku hanya khawatir dengan tanggapan Kak Shuhua dan Yiren nantinya. Aku tidak tahu banyak tentang mereka sesudah kejadian itu." 

"Haahh ... repot juga."

"Ibu Song juga--"

"Jangan harapkan apa pun dari kecoak satu itu. Kau masih hidup sampai sekarang saja sudah bagus, Nan."

Nancy terkekeh pelan. "Iya, ya? Ah, aku jadi khawatir."

"Aku coba bicarakan dengan ibuku dan Jeno nanti." Yoongi bangkit berdiri dan mengibaskan bagian belakang pakaiannya. "Mari kuantar ke dalam. Atau kau mau ke kota?" Yoongi menawarkan tangannya untuk digenggam sang adik.

"Aku mau ke rumah kaca. Aku mau memetik beberapa anggrek bulan dan membuat parfum. Mungkin aku juga akan membuat kipas kayu cendana kalau masih ada kayu yang bisa dipakai. Calon ratu harus diberikan yang terbaik."


Black BloodWhere stories live. Discover now