PADAM 10

10.6K 2K 96
                                    

Udah liat dong cover unyunya Padam, gimana menurut kalian genkz?😎😎😎

💐💐💐💐💐

Nitara menuruni tangga dengan perlahan, di bahunya telah terselepang catten bag berwarna coklat tua, Nitara tidak membutuhan tas besar dalam perjalanan ini karena ia hanya perlu membawa ponsel dan dompet saja. Hari ini tujuannya adalah pasar utama, ke salah satu toko alat jahit paling besar di sana. Ia memiliki pesanan empat puluh buah pouch dari seorang ibu yang akan mengadakan pesta ulang tahun untuk anaknya di sekolah, dan pouch yang dibuat Nitara akan dijadikan sebagai souvenir ulang tahun untuk teman-temannya kelas anaknya. Sedikit 'ribet' bagi Nitara karena ia harus menyesuaikan warna pouch untuk anak lelaki juga. Selain itu ia memiliki pesanan tiga totte bag dan dua circle bag yang wanita itu harus selesaikan  sementara bahan-bahan di rumahnya semakin menipis.

Sebenenarnya Nitara lebih suka berbelanja online, toh sudah banyak kini toko penjual alat jahit diberbagai aplikasi penjualan online, hanya saja memang Nitara kali ini ingin memilih langsung bahan yang ia akan gunakan dan membutuhkan membeli penggaris pola yang baru karena penggaris lamanya sudah sedikit tak nyaman digunakan.

Di ujung tangga terbawah ia melihat Adjie dan Revan yang kini berjalan bersisian, seketika ingatan Nitara mengulang kembali wajah shock Anggara saat memergoki mereka dulu. Lelaki yang beberapa hari ini selalu bangun dan pergi bekerja tepat waktu itu bahkan sampai ingin muntah berkai-kali. Sebisa mungkin Nitara menormalkan ekspresinya, ia tidak ingin membuat Adjie maupun Revan merasa tersinggng, toh dia juga bukan manusia yang suci, ada tinta hitam di masa lalunya yang jelas tidak bisa dihapus dengan apa pun ,jadi menghakimi kesalahan orang lain terasa adalah tindakan konyol yang memalukkan bagi Nitara.

Nitara bukanlah pendukung LGBT dan sejenisnya, logikanya tetap tidak bisa mencerna ada hubungan sesama jenis apalagi menyentuh ranah hubungan fisik, tapi sekali lagi dia tidak ingin mengambil peran sebagai hakim, ia tidak mengetahui latar belakang mengapa Adjie dan Revan bisa menjalin hubungan tidak normal itu, jadi jika tidak bisa mengajak mereka untuk menghentikan tindakan yang dianggap amoral itu mengingat posisinya yang tidak lebih dari tetangga sebelah kamar kos, Nitara lebih memilih diam.

"Pagi Nitara... mau kemana?"

Itu Revan yang sedang bertanya, lelaki yang memang terlihat sedikit lebih kemayu dari Adjie. Ini pertama kalinya Revan mengajak Nitara berbicara, mungkin karena selama ini wanita itu lebih memilih mendekam di kamar dan tidak keluar jika tidak memiliki keperluan yang mendesak.

"Ke pasar."

Nitara melihat bagaimana Adije menyikut perut Revan dengan sikunya, membuat lelaki kemayu itu sedikit meringis lalu mencebikkan bibir kesal.

"Oh... ke pasar, mmm... tumben sekali ya hehhe...."

Nitara yang dulu akan suka berbasa-basi atau mengobrol dengan tetangga, percayalah karena ia aslinya sosok yang ramah. Hanya saja kini setiap komunikasi dengan orang lain seperti sebuah momok baginya. Ia memiliki ketakutan bahwa video panasnya dengan Anggara telah tersebar di internet dan orang-orang mulai menggunjingkannya. Alasan yang sama yang membuat Nitara memilih tinggal di indekos pinggir kota yang lebih banyak dipilih kalangan menengah ke bawah.

Sekali lagi Nitara melihat Adjie menyikut perut Revan, dan Nitara faham bahwa Adjie yang memang terlihat agak kaku itu, merasa tidak nyaman dengan keramahan Revan yang tiba-tiba.

"Ada beberapa keperluan yang harus dibeli."

"Apa keperluan membuat tas?"

Nitara mengerjapkan mata sedikit terkejut saat mendengar Revan mengetahui pekerjaanya.

"Kamu tahu?"

"N'Ra_Craft. Itu nama toko online kamu kan?"

Nitara mengangguk pelan dengan tatapan bingung kepada Revan yang tersenyum lebar seolah mengetahui sumber kebingungan wanita di depannya.

"Aku kan bekerja di salah satu jasa ekspedisi yang pernah kamu pakai dan aku tertarik dengan hal-hal berbau tas-tasan, hehehe... aku sering stalking tokomu dan wow ... lucu-lucu. Aku suka. Aku ingin memesan tapi tidak tahu caranya mmm... maksudku aku malu jika memesan secara online, sedangkan kita hanya bertetangga. Tapi jika memesan langsung aku takut,  kamu kan  menutup diri dan penampilanmu sedikit membuat bulu kuduk berdiri. Jadi itu akan aneh bukan?"

Sekali lagi Nitara mengerjap mendengar penjelasan Revan sementara Adjie sudah menggelang putus asa.

"Jadi apa aku bisa memesan? Atau nanti setelah kamu pulang aku bisa mampir ke kamarmu, tentu saja jika Gara juga sudah pulang. Aku tidak ingin kalian salah paham karena pasangan baru cenderung sering berselisih. Bagaimana?"

"O-oke." Ucapan Revan yang terlalu cepat membuat Nitara menjawab gelagapan.


"Sempurna... ugh aku tidak sabar menunggumu segera pulang. Ternyata benar, kamu itu sebenarnya baik meski penampilanmu menyeramkan seperti sadako, hehehe... dan aku rasa kita bisa berteman Nitara."

Dan Nitara hanya bisa meringis saat melihat Adjie dengan sungkan meminta izin berlalu dengan menyeret Revan bersamanya. Bulu kuduk wanita itu sampai beridiri mendengar kata 'teman' terlontar dari mulut Revan. Sudah lama sekali ia tidak memiliki teman, setidaknya sejak ia dianggap tidak pantas menjadi teman siapa pun selama tiga tahun ini.

Tbc

Love,

Rami

Kenapa saya memasukkan  pors Adjie dan Revan cukup sering di cerita ini. Karena mereka ke depannya memiliki andil cukup besar dalam kisah ini.

Cerita ini berproses dan kemungkinan akan sedikit lebih panjang dari cerita saya lainnya. Sooo enjoy genkz....😄😄😄

PADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang