PADAM 19

9.8K 1.9K 177
                                    

Anggara meletakkan sikat giginya, kemudian berkumur sebelum akhirnya membersihkan sisa tetesan air di sekitar mulut dan dagu. Lelaki itu memiringkan wajah, menelusuri rahangnya yang kini mulai ditumbuhi rambut tipis. Ia malas bercukur. Ia tidak perlu terlihat bersih dan menawan di mata siapapun. Pekerjaanya yang bergelut dengan peralatan bengkel tak perlu membuatnya terlihat seperti lelaki mertroseksual yang rapi. Baiklah itu hanya alasan, nyatanya semua  kemalasan yang berkumpul di dalam dirinya karena ia tidak memiliki kesempatan untuk menarik perhatian wanita itu.

Anggara menghembudkan napas melalui mulut sehingga bibir atas dan bawahnya bergetar. Ia jelas sedang frustrasi akibat rasa rindu yang menjadi-jadi. Sial, ia bahkan tidak menyesal telah bersikap konyol dan membuat Nitara menangkap basah aksi dirinya yang menjadi penguntit beberapa hari ini.

"Kamu tinggal menurunkan gengsi dan meminta pulang, dia mungkin  akan memasang ekspresi tidak setuju atau yang paling menyebalkan raut datar tanpa perasaan, tapi aku yakin dia tidak akan menolak. Kalian bisa tinggal bersama lagi dan kamu tidak perlu menjadi lelaki nelangsa kehabisan akal sehingga memutuskan menjadi stalker seperti ini. Dan yang lebih menggiurkan  bahwa setelah pertengkaran hebat sepasang kekasih biasanya akan ada percintaan tak kalah hebat. Bagaimana? Nitara jelas bisa memberikannya bukan?"

Celotehan Revan saat tadi membongkar aksi menguntitnya membuat Anggara menggelengkan kepala. Sial! Lelaki cantik itu memiliki bakat persuasif yang berbahaya. Setiap kata-katanya terekam jelas seperti bujuk rayu yang menjanjikan kebenaran.

Dan  seks yang hebat? Oh yeah  jelas, Nitara bisa memberikan sesuatu yang lebih dari kata 'hebat' itu. Demi tuhan Anggara tidak membual, lelaki itu pernah membuktikannya, dulu saat Nitara pertama kali menyerahkan dirinya. Lalu bagaimana sekarang? Apa kemampuan wanita itu sudah meningkat mengingat ia tak pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun? Ah jikapun masih seperti yang dulu Anggara yakin tingkat kepuasannya tidak akan berkurang. Dia bersedia mengajarkan Nitara jika mereka kembali bercinta, Percayalah.

Pikiran konyol dari mana itu?

Menunduk Anggara tersenyum perih melihat bagian bawah tubuhnya. Lelaki itu merasa prihatin melihat juniornya yang entah kapan akan bisa digunakan lagi.

Baiklah ini harus dihentikan, ia bertindak menyedihkan dengan terus memandang kaca dan bagian bawah tubuhnya secara bergantian. Jadi lelaki itu memilih untuk kembali lagi membuka keran lalu membasuh wajahnya. Berharap otaknya bisa lebih dingin dan berhenti memutar ingatan bagaimana wajah Nitara yang tampak luar biasa rapuh, tapi begitu indah saat bertatapan dengannya tadi sore dari atas balkon. Anggara mengerang. Sial mengapa malah semakin sulit saja?
Lelaki itu cemberut saat melihat bagian bawah tubuhnya kembali bereaksi mengingat penampilan Nitara.

"Kamu bisa sabar tidak sih? Aku juga sedang berusaha agar kamu memiliki kesempatan digunakan lagi nanti."

Positif! Anggara  yakin jika terlalu lama seperti ini ia akan benar-benar kehilangan akal. Lelaki dewasa  berbicara dengan dalah satu bagian tubuhnya bukan hal yang bisa dianggap wajar. Ia berdecak kesal sebelum berderap keluar dari kamar mandi.

Anggara mengabaikan raut Dani, teman samping kamarnya di mess pekerja  yang dibangun di belakang bengkel oleh bos mereka. Lelaki itu masuk ke kamarnya dan langsung menuju tempat tidur. Ia butuh terlelap, siapa tahu di mimpinya ia benar-benar bisa memeluk Nitara.

*****

"Ada yang mencarimu." Haikal menepuk punggung Anggara membuat lelaki itu tersedak lalu terbatuk. "Sorry... sorry...  aku tidak bermaksud mengaggetkanmu."

Penuh sesal Haikal menyatukan kedua telapat tangannya di depan dada, memohon maaf pada Anggara yang kini melotot.

"Untung airnya tidak membasahi bajuku."

PADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang