Bagian 07

5.8K 158 10
                                    

Didalam mobil Pajero putih yang Romeo kendarai menuju perjalanan pulang suasana begitu hening, yang terdengar hanya suara radio. Setelah dari toko buku tadi Linda memilih untuk langsung pulang menolak halus tawaran Romeo mengajaknya menonton bioskop. Perasaan Linda menjadi tidak menentu saat pertemuan tidak terduga dirinya dengan Frans Kakaknya beberapa waktu lalu, maka dari itu Linda menolak tawaran Romeo mengajaknya menonton.

Romeo menatap Linda yang hanya diam saja menatap kearah luar jendela. Sambil menunggu lampu merah berganti Romeo mengganti saluran radio mencari saluran lebih enak didengar, dan saat mendengar lagu Samsons berjudul kenangan terindah Romeo membesarkan sedikit volumenya.

"Matiin." ucap Linda pelan.

"Eh?" Romeo menatap Linda meminta Linda mengulang ucapannya.

"Matiin radionya." ucap Linda lagi.

"Oh, iya." walau bingung Romeo tetap mematikan radio. Menjalankan mobilnya saat lampu merah berganti yang sesekali Romeo melirik sekilas sosok wanita disampingnya, kenaoa dengan Tantenya itu? Apakah sedang sakit? Atau apa? Ah, wanita dimana-mana memang selalu aneh bila dia bertanya kenapa, pasti jawabannya selalu tidak apa-apa. Namun dibalik tidak apa-apa itu pasti ada apa-apanya bagi wanita.

"Stop...!!!" Linda tiba-tiba berteriak membuat Romeo lantas menginjak rem mobil secara mendadak, untunglab dibelakang mobil tidak ada kendaraan.

"Tante, kenapa sih?" Romeo menatap Linda sesikit kesal.

"Ada kucing abis ke serempet motor." setelah berucap Linda segera turun mobil melangkaj ketengah jalan. Se-ekor kucing berwarna putih meringkuk ketakutan dan terlihay kakinya terluka karena ada sebuah motor tidak sengaja menyerempet si kucing saat akan menyeberang jalan. Kemudian Linda membawa kucing itu masuk kedalam mobil menaruhnya dikursi belakang.

Sementara Romeo yang melihatnya hanya diam terpeaona akan kebaikkan Linda pada hewan tersebut. Wanita itu memang sangatlah begitu berbeda dari wanita-wanita yang pernah Romeo kencani, dan rasa tertarik itu semakin besar Romeo rasakan. Dia menginginkan wanita seperti Linda. Bukan wanita lain melainkan Linda sendiri yang Romeo inginkan.

"Syukurlah luka dikakinya tak begitu parah." ucap Linda melihat kaki kucimg itu.

"Mau dibawa ke dokter hewan? Aku tahu tempat praktek dokter hewan dekat sini." Romeo membalikkan tubuh kebalakang menatap Linda serta kucing kuning itu bergantian.

'Tidak perlu. Aku sendiri bisa mengobatinya bahkan mengurus kucing ini." tangan Linda mengelus lembut kepala kucing itu yang membuat si kucing meringkuk nyaman diatas paha Linda.

Beruntungnya si kucing, ucap Romeo dalam hati merasa iri pada si kucing itu.

"Tante bisa mengobati luka si kucing?"

"Tentu bisa. Ayo cepat jalan." titah Linda menepuk bahu Romeo pelan.

"Dibelakang?" alis tebal Romeo terangkat. Linda mengangguk.

"Tidak mau! Kamu kira aku supir apa." rengut Romeo.

Linda tersenyun. "Sudahlah tidak apa-apa menjadi supir."

'Ya ya ya... supir tampan." Linda mendengus mendengarnya.


***


Mengurus hewan terluka ataupun sakit itu sudah menjadi hal biasa bagi Linda, karena selama dua tahun ini Linda menjadi seorang dokter hewan. Di Amerika Linda membuka sebuah klinik dokter hewan bersama Chelsea—teman dekatnya dikampus, dan sampai sekarang klinik tersenut sudah berkembang berpesat maju disana. Ini semua berkat Chelsea dari ke gigihan wanita cantik itu yang sesungguhnya Chelsea juga seorang model. Chrlsea bertekad ingin mempunyai klinik hewan sendiri, mengajak Linda ikut bersamanya membangun mimpi mereka bersama.

Sekarang Chelsea bekerja sendiri mengurus klinik tersebut—tentunya bersama pegawai-pegawai disana selama Linda berada di Indonesia.

Memikirkan Chelsea yang begitu cerewet dan bersikap jutek pada manusia berjenis kelamin pria membuat Linda merindukannya. Setiap hari selama Linda di Indoneia mereka memang selalu mengirim pesan mengabari kondisi mereka masing-masing, dan jika Chelsea sedang tidak sibuk disana dia akan menghubungi Linda melalui video call.

"Nah, sekarang kamu makan yang banyak.' ucap Linda mwmberikan makanan kucing pada Yello——nama kucing kuning yang Linda berikan.

"Dan sekarang juga kamu harus makan ini juga." Romeo datang kehalaman belakang rumah menghampiri Linda yang sedang duduk diayunan bersama pelihataan barunya. Ditangannya membawa piring berisi cake stroberi.

"Cake stroberi." mata Linda berbinar bahagia saat Romeo menyodorkan cake stroberi. "Aku suka ini." tangan Linda akan mengambil sepotong cake tersebut namun Romeo menahannya.

"Biar aku suapi."

Linda diam menatap Romeo lalu mengangguk. Romeo teesenyum tangannya mengambil potongan cake stroberi lalu mengulurkan yangannya pada bibir Linda perlahan membuka mulutnya menerima cake itu dari Romeo.

"Cake buatan Kak Rose selalu enak." ucap Linda.

"Mama adalab chef terhebat sedunia. Apapin yang Mama buay selalu enak." Romeo kembali menyuapi Linda cake yang langsing diterima Linda.

"Tapi sayangnya aku tidak bisa memasak seperti Mamamu."

'Tidak apa-apa aku menerimamu apa adanya kok." ucap Romwo. Linda menoleh menatap Romeo dwngan mengeryit keningnya.

"Apa maksudmu, Romeo?"
Romeo tersenyum memandang wajah Linda. "Tidak ada maksud apa-apa. Hanya saja—aku ingin mencium binir ini kembali." bisik Romeo mengelus bibir ranum Linda menggunakan ibu jarinya lembut.

"Aku tidak mau!"

Bugh...

Setelah menendang kaki Romeo Linda berlalu pergi bersama Yello kucingnya meninggalkan Romeo meringis kesakitan.

"Gila ya... Tante gue itu ternyata bar-bar juga."


***

TYPONYA MAAF.... AYO-AYO LIKE DAN KOMEN JANGAN JADI SILENT READERS YANG DIAM-DIAM BACA CERITA INI TAPI NGGAK MENINGGALKAN JEJAK :D

Romeo Anthony

Romeo Anthony

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Tante Linda (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang