Bagian 18

3K 114 11
                                    

"Shh..." Romeo meringis kesakitan zaat luka di wajahnya diobati oleh Linda.

Sialan, sepertinya Romeo harus balas apa telah Leo perbuat padanya tadi. Pria itu dan teman-temannya dengan tanpa sebab datang menghampiri Romeo yang sedang duduk dikursi meja bar menunggu pesanan minuman tiba. Tetapi teman-teman Leo yang berkisaran ada lima menyerang Romeo secara bersamaan dan membuat keributan di club tersebut.

Romeo yang diserang seperti itu tidak bisa melawan diri. Bayangkan saja, ia saat itu sedanv sendiri tidak bersama teman-temannya diserang secara tiba-tiba oleh lima orang sekaligus. Hah! Habislah sudah Romeo. Tapi untung saja Tuhan masih melindungi Romeo, tepat waktu Seno, Tian dan teman lainnya datang ke club membantu Romeo melawan Leo serta babu-babu itu.

Memang benar dengan gosip-gosip diluaran sana mengatakan bahwa si Leo itu gila. Buktinya, jika pria itu tidak gila dia tak akan mengeroyoki Romeo tiba-tiba seperti tadi.

"Sakit?" Linda menatap Romeo. Ia khawatir dengan luka diwajah Romeo seharusnya ia bawa saja Romeo kerumah sakit bukan ke hotel dan mengobati lukanya dengan obat merah saja, mau bagaimana lagi? Romeo kekeuh ingin ke hotel saja tidak mau kerumah sakit atau ke klinik.

"Biasa aja." bohong Romeo, padahal dalam hati ia menjerit kesakitan apa lagi tubuhnya serasa remuk semua.

Linda menghela nafas lalu menaruh obat merah dan kapas di atas meja dan berkata. "Sekarang ceritakan sama Tante soal wajah kamu ini."

"Harus jujur?"

"Ya, sejujur-jujurnya.'

Akhirnya Romeo pun menceritakan semuanya tanpa ada ia tambahi dan kurangi semuanya sesuai apa yang terjadi. Linda yang mendengarnya membelalakkan mata kaget, ia tak menyangka se-kejam itu pria bernama Leo musuh dari Romeo. Jika saja Linda tahu sosok si Leo itu maka Lindq akan menemui si Leo itu dan menghajarnya balik atas apa telan dia lakukan pada keponakannya.

Linda tidak akan takut pada siapapun, terkecuali pencipta-Nya dan orangtua.

"Lagian mau apa ke klub?" tanya Linda.

"Mencari kesenangan." jawaban Romeo membuat mata Lindq melotot galak padanya.

"Mencari kesenangan? Astaga Romwo." Linda menggeleng-geleng kepalanya. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran keponakannya ini, pergaulan anak jaman sekarang memang susah ditebak.

'Semua ini juga karena Tante." tuding Romeo.

"Aku?"

Lalu Romeo beranjak dari sofa di duduki. Ia berlutut didepan Linda yang duduk diisofa yang sama, Romeo meraih tangan Linda mendongak menatap Linda. "Aku nggak setuju Tante nikah sqma Satria. Kalau Tante tetap melakukan itu aku bakal menculik Tante."

"Romeo..." Linda tidak tahu harus berkata apa, ia juga tak ingin menikah. Ralat, tak ingin menikab dalam waktu sekarang-sekarang ini ya... kira-kira dua atau empat tahun lagi begitu. Linda sadar, sangat sadar bahwa umurnya tidaklah muda lagi dan ia harus sudah memikirkan tentang pernikahan, tetapi faktanya sampai saat ini Linda tidak pernah memikirkan tentang pernikahan.

"Badanmu panas, lebih baik kamu tidur. Biar Tante tidur disofa aja." Linda mengalihkan pembicaraan dan meminta Romeo untuk tidur karena memang suhu tubuh Romeo terasa panas. Pria itu demam.

Romeo bangkit berdiri dari berlututnya, lalu menarik tangan Linda ikut berdiri.memeluk Linda dengan menyandarkan kepalanya dibahu kanan Linda. "Aku ingin tidur bersama Tante." ucap Romeo lirih.

"Baiklab." hanya sekali ini saja Linda menuruti permintaan Romeo yang sedang sakit.

Romeo melepas pelukan dan tersenyum. Ia melabgkah lebih dulu kearah tempat tidur, membaringkan tubuhnya disana sebelum Linda menyusul dan berbaring disisi Romeo. "Selamat makam Tanteku sayang." Romeo mulai memejamkan matanya.


***


Betapa bahagianya Romeo saat ia membuka kedua kelopak matanya pemandangan pertama di lihatnya adalah pemandangan wajah cantik seperti bidadari masih tertidur lelap disampingnya. Ya Tuhan, seandainya ia diberi satu permintaan ia hanya meminta satu hal yaitu bersama Tante Linda-nya selama-lamanya. Tapi apakah itu bisa? Sepertinya harus bisa. Ya, harus bisa.

Ibu jari Romeo mengelus pipi Linda lembut, selembut mungkin agar putri tidur ini tidak terbangun apa lagi saat sang pangeran menciumnya. "I love you, my Aunty." bisik Romeo lalu mengecup bibir Linda, dan benar saja setelah ia mengecupnya putri tidur itu perlahan membuka mata.

"Selanat siang." Romeo tersenyum menyapa Linda.

Nyawa Linda yang masih belum terkumpul hanya diam saja menatap Romeo. Beberapa detik kemudian wanita itu tersadar dengan apa yang terjadi semalam. "Jam berapa ini?" Linda langsung beranjak bangun dari tidur di ikuti Romeo.

"Jam dua belas kali." jawab Romeo aekenanya.

"Apa?" mata Linda membulat lebar, ia kaget. Tanpa bicara Linda langsung masuk ke kamar mandi membuat Romeo melihat bingung.

"Romeo, apa Kak Ros menelepon?" kepala Linda muncul dari balik pintu kamar mandi.

"Aku nggak tahu." Romeo turun dari ranjang mencari ponselnya yang ternyata ada disofa. Ia pun membuka ponsel dan mengecek notif ponsel.nya "Mama, papa nggak nelepon. Mungkin mereka tahu kali kalau anaknya lagi honeymoon." Romeo menyengir setelah mengatakan itu.

'Aish..." Linda kesal, ia kembali masuk kedalam kamar mandi menuntaskan apa yang belum tuntas disana.

"Ya ampun ini si Seno nge-bom chat." Romeo duduk diaofa sambil melihat chat WA yang ternyata ada seribu lebih chat dari Seno. Teman terbaiknya itu mengkhawatirkan dirinya.

"Romeo, cepat mandi. Abia itu kita pulang." Linda baru saja keluar dari kamar mandi.

'Kok pulang?"

"Oh jadi kamu mau disini aja? Ya udah kalau gitu Tante pulang." ucap Linda mengambil tas slempang diatas meja dan menyampirkan dibahu.

Romeo berdecak. "Tunggu aku mandi dulu." ucap Romeo.

"Cepetan."

Drrttt... Drrrttt...

Ponsel Linda bergetar didalam tas. Linda mengambil benda tersebut dari dalam tas dan membukanya. Satu pesan dari Satria.

Satria: "Malam nanti aku ingin mengajakmu makan malam bersama keluargaku, bisakah?"


***

Bersambung...

Wahh Satria ngajak makan malam Lindq tuh, kira-kira gimana reaksi Romeo?

Banyak yang tanya sama aku kenapa sih ceritanya dikit atau pendek??? Jawabanya... Aku tuh gak bisa buat cerita lebih dari 1000 kata paling banyak tuh 900 kata itupun udah allhamdulilah.

Jadi intinya otakku tuh nggak tau kenapa nggak nyampe kalau buat cerita 1000 kata lebih setiap bab-nya pasti bakal MENTOK TEMBOK. So please para prmbaca mengertilah kondisiku ini ya hehehe...

Love. Panda:)





Tante Linda (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang