Ada seolah tiada
Bagai raga tanpa jiwa
Yang berselimut luka
.
.
.
-Author-
"Lo,ngga boleh patah, lo harus bangkit. Lo cewek kuat yang pernah gue kenal." Adib keluar dari kamar Mutiara dan terkejut melihat Aras dan Arfy yang ada di depan pintu."Sejak kapan lo disini?" tanya Adib.
"Sejak seorang Adibiyan Dardail bilang sayang ke Mutiara Azzahra" ledek Aras, lalu memasuki kamar Mutiara.
*****
Bagai raga tanpa jiwa, seperti itulah kondisi yang menggambarkan gadis yang terlihat tenang dengan posisi menghadap jendela.
2 hari sudah dia mengurung diri di kamarnya, hanya makan jika merasa lapar dan hanya minum ketika merasa haus.
Perlahan ia bangkit menuju ranjangnya dan kembali berbaring sambil menarik selimut menutupi hingga kepala. Suhu pendingin kamarnya dibiarkan berada pada angka 18°C.
Kekacauan kamarnya hari itu jelas sudah di bereskan, meja riasnya pun sudah diganti menjadi yang lebih sederhana dengan kaca yang tidak terlalu besar. Orang tuanya takut jika hal tersebut kembali terulang.
Tok tok tok
Ketukan yang kesekian dari Rani tak kunjung di gubris pemilik kamar.
"Dek? Ayo makan."
Rani menghela nafas panjang, sudah belasan kali dia naik turun untuk membujuk adiknya makan, namun si bungsu itu tetap diam seolah tak ada yang berbicara kepadanya."Cape sendiri kan lo? Udah dibilangin dia bakal makan kok kalo laper,tanpa disuruh adek lo itu bakal gerak sendiri" Protes Ana yang sudah kelewat sabar melihat si sulung kembali turun ke ruang makan.
"Ana!" SP 1 melayang dari sang Ibunda. Hanya dengan menyebut namanya, Ana tau Ibunya itu akan segera memberi wajengan singkat jika ia tak kunjung diam. Jika di hitung definisi singkat dari Ana itu yah sekitar 1 hingga 2 jam-an. Cukup singkat bukan?
"Iya,Ma. Ngga lagi deh." Akhirnya Ana mengalah, dan memang begitu adanya. Ana akan terus mengalah jika berdebat dengan Ibunya.
"Habisin makan siang kalian."
Sintia mempersiapkan nampan yang berisikan makanan dan minuman untuk di antar ke kamar anak bungsunya.
"Ma, ngga usah di anter ke atas. Ujung-ujungnya ngga di makan sama anak mama itu. Dari pola kambuh Mutiara selama ini Ana jadi tau, dia bakalan makan pas tengah malam." Ujar Ana.
Sintia menganggukkan kepalanya tanda membenarkan ucapan anaknya. Memang selama Mutiara yang tiba-tiba kambuh, dia akan meninggalkan jadwal sarapan,makan siang dan makan malamnya. Dan berganti menjadi jadwal makan tengah malam dengan nasi dan lauk pauk yang masih tersisa di meja makan.
"Jadi, mama gak perlu repot-repot nganterin jam segini. Mama sediain aja makanan di meja makan setelah makan malam." Sintia mengembalikan nampan ke tempat semula dan memulai makan siangnya.
*****
Seminggu berlangsung, Mutiara perlahan pulih dan sudah kembali berkumpul dengan keluarganya untuk sarapan.
Hari ini dia akan kembali ke sekolah seperti biasanya. Namun ada yang tampak sangat berbeda darinya. Dia yang hanya diam dan merespon seadanya saja jika diberi pertanyaan. Itu pun jika perlu dijawab.
![](https://img.wattpad.com/cover/149644449-288-k104345.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving U is the Same as Loving Pain
Teen FictionWe're nothing. Damn, this love is very painful. Damn, why did it cross my mind to change our conditions. Damn, why does that person have to be you? Damn, even though it hurts, there's never been love between me and your heart.