Gravitasi bumi belum berhenti
Buktinya gue masih bisa jatuh ke hati lo-Avicenna-
Hari ini Mutiara memutuskan untuk memberitahu Aras tentang cowok itu. Cowok yang diam-diam di taksir gadis remahan rengginang seperti Mutiara.
"Ras, gue mau ngomong" Aras menolehkan kepalanya ke samping.
"Bentar, dikit lagi soal gue beres" Aras fokus dengan soal kimia yang sedang dikerjakannya.
"Gak A6 lo,Ras" (A6 = dibaca A enam, alias Asix, alias asik)
"Eh jubaedah.. lo mau nyontek juga kan sama gue?" Tanya Aras hingga tangannya sudah siap ingin mencakar wajah Mutiara. "Diem napa diem! Anteng dikit hih bentar lagi ini!" Sambung Aras gemes.
"Marah marah mulu, marah terus, hobi banget marah." Balas Mutiara anteng.
"Bacot kau babi." Ucap Aras kesal dan melanjutkan latihan kimianya.
"Kasar ya Laras, laporin mak lo nih."
Hening tak ada balasan. Mutiara yang mati kebosanan melihat soal Kimia yang tidak dimengerti sama sekali meskipun telah berjuang tujuh hari tujuh malam sudah mendaki gunung melewati lembah, tetap saja yang nyangkut di otaknya hanya sebatas Massa atom relatif oksigen.
Mutiara merebahkan kepala di atas meja, tangannya masuk ke kolong meja mencoba untuk tertidur saja daripada memikirkan soal kimia yang tidak pernah ia ketahui jawabannya.
Mutiara langsung menegapkan badannya saat tangannya menyentuh sebuah benda seperti balok. Mutiara mengeluarkan benda tersebut dari dalam lacinya dan ternyata ada sekotak susu coklat dan sticky note berwarna hijau dengan tulisan
Senyum itu Ibadah, ketawa itu sehat.
Mutiara membolak-balik kertas kecil itu guna mencari tahu siapa yang telah memberinya sekotak susu tersebut namun nihil, ia tidak menemukan nama ataupun inisial di kertas tersebut.
"Ras, gue punya penggemar rahasia." Ucap Mutiara tanpa mengalihkan perhatiannya dari susu tersebut.
"Jen sok tenar deh lo, baru juga dua bulan sekolah." Balas Aras
"Duh.... Akhirnya siap jugaa!!! Noh nyontek noh!" Aras menaruh buku latihan kimianya ke depan Mutiara. Meregangkan sedikit ototnya yang mulai terasa kaku.
"Susu dari mane tuh?" Tanya Aras memfokuskan atensinya pada Mutiara dan sekotak susu.
"Kan udah gue bilang dari penggemar rahasia, lo aja yang gak percaya." Mutiara menaruh susu itu di hadapannya yang masih ditempeli sticky note.
Laras mencabut sticky note tersebut.
"Gue mau jadi detektif, nemuin orang yang mau-maunya ngasih lo ini." Ucap Aras.
Laras tiba-tiba berubah menjadi detektif, mendatangi satu persatu meja penghuni kelas, untung saja Bu Hilda sedang ke ruangan guru.
Sesampainya Laras di meja Sena.
"Hmmm, gak mirip" bergumam sambil memperhatikan tulisan pada sticky note dan buku Sena.
![](https://img.wattpad.com/cover/149644449-288-k104345.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving U is the Same as Loving Pain
Teen FictionWe're nothing. Damn, this love is very painful. Damn, why did it cross my mind to change our conditions. Damn, why does that person have to be you? Damn, even though it hurts, there's never been love between me and your heart.