Uluran tangan ke-2

2 0 0
                                    

Nanami

Tanpa kusadari kini aku sudah berlari sampai taman. Aku terus mencarinya, melihat kekanan dan kekiri tanpa mengurangi kecepatan berlariku. Rasa lelah semakin mendera, diiringi keringat yang terus menetes membasahi tubuhku. Aku tak sanggup menahan rasa lelah ini, tapi ambisiku untuk bertemu Hayashi-kun lebih tidak bisa kutahan. Kekanan dan kekiri, aku tak melihatnya sama sekali. Masih tergambar jelas difikiranku tentang sosoknya, jadi meskipun hanya sekilas aku bisa mengenalinya.
Aku mulai memfokuskan pandanganku kedepan,
Duggg......
"Auuwwwhh....!". Aku berteriak, ketika sebuah bola terlempar dengan cepat kearahku dari arah depan. Tepat mengenai hidungku rasanya sangat sakit. Lemparannya sangat keras, aku pun tidak bisa mengontrol keseimbangan tubuhku yang sedang didera rasa lelah hingga membuatku terjatuh. Kedua lututku membentur tanah. Rasanya seperti setengah sadar, dan bahkan aku tidak cukup kuat untuk bangkit juga tidak cukup kuat untuk menggangkat kepala karena kepalaku mulai terasa sakit. Tiba-tiba darah mulai menetes keluar dari hidungku karena benturan bola tennis itu terlempar sangat keras tepat mengenai hidungku.
Saat ini perasaanku campur aduk, aku yakin seisi taman mereka semua melihat kearahku yang tersungkur jatuh karena bola tennis. Dengan kepala yang masih tertunduk aku melihat samar-samar langkah kaki seseorang berlari kecil kearahku. Benar saja, tak lama kemudian ia berdiri tepat dihadapanku dan tiba-tiba mengulurkan telapak tangannya.
"Daijoubu desu ka?"
Aku hanya menggangguk pelan.
"Kalau begitu biar kulihat lukamu!"
Perlahan aku mencoba mengangkat kepalaku. 'Ichi....ni....san' aku menghitung dalam hati. Hingga aku bisa menegakkan kepalaku lagi. Aku mengerjitkan kedua mataku beberapa kali secara perlahan karena pandanganku masih terlihat samar-samar. Dan saat kulihat wajah seseorang yang ada dihadapanku saat ini.....
Tak ada kata yang bisa kukatakan untuk mewakili apa yang kurasakan saat ini. Aku hanya ingin memandangnya, meskipun saat ini air mata yang sebelumnya kutahan akhirnya mulai menetes membasahi pipiku dan jatuh ke tanah. Aku bahkan bisa mendengar detak jantungku yang berdegup sangat kencang saat ini. Tubuhku seolah membeku, namun diselimuti hangat tatapannya padaku.
Hayashi-kun...... Hayashi-kun...... Hayashi-kun......
Hatiku terus memanggil nama seseorang yang ada dihadapanku ini. Dan memastikan 'Apa ini benar Hayashi-kun?'. Dan hatiku menjawabnya dengan yakin 'Ya, karena masih tergambar jelas wajahnya dibenakku'. Aku menemukannya, di sekolah ini, di Tokyo.
"Hidungmu berdarah...." ujarnya merasa prihatin. Ia pun merogoh saku celananya dan mengeluarkan sehelai sapu tangan berwarna putih lalu memberikannnya padaku. "Pakai ini agar darahnya berhenti keluar....!".
Aku menerima sapu tangan yang ia berikan lewat uluran tangannya padaku. Dan menutup hidungku dengan sapu tangan miliknya agar darahnya berhenti keluar. Hayashi-kun menatap mataku, yang terus saja mengeluarkan air mata.
"Lukanya pasti sangat sakit, sampai membuatmu tak berhenti menangis!"
'Menagis karena luka ini....?'. Air mata yang menetes ini bukan karena rasa sakit, tapi ini adalah air mata bahagia karena aku bisa bertemu denganmu lagi. Bahkan kali ini kamu mengulurkan telapak tanganmu untukku juga membantuku untuk menghapus lukaku.
"Aku bantu untuk berdiri ya....". Ia mengambil tanganku dan perlahan membantuku untuk berdiri.
"Chotto-matte...!". Aku merasa benar-benar tidak kuat untuk berdiri.
Kanata-kun melihat kearah lututku yang juga terluka. Tiba-tiba.....
"Naiklah kepunggungku..... kita ke ruang kesehatan!" ujarnya seraya menyodorkan punggungnya kearahku.
Mataku terbelak, pupil mataku membesar. Aku sangat terkejut dengan apa yang Kanata-kun lakukan. Meskipun merasa sedikit malu dan tidak enak jika harus merepotkannya, aku sama sekali tidak bisa menolak niat baik Hayashi-kun untuk menolongku.
Perlahan aku mulai naik kepunggungnya. Aku mencium harum tubuhnya. Dan merasa hangat saat berada sedekat ini dengannya. Sungguh hal ini tak pernah terbayangkan olehku. Apakah ini mimpi?

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nanami

Kami pun pergi, berjalan melewati taman, menyusuri koridor menuju ruang kesehatan. Saat di taman dan bahkan sepanjang jalan yang kami lewati ini, semua pasang mata tertuju padaku dan Hayashi-kun. Kami menjadi pusat perhatian mereka saat ini. Mereka seolah tercengang melihat Kanata-kun yang menggendongku dipungguungnya. Tapi aku sama sekali tak mau peduli akan hal itu. Saat ini, dibenakku, hanya ada Hayashi-kun... yang selama ini kurindukan dan sekarang dia berada sedekat ini denganku. Jika bisa, aku ingin waktu terhenti sejenak tepat disaat ini.

Chiisana TenohiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang