Kenyataan yang baru disadari

1 0 0
                                    

Emiko duduk dikursi meja belajarnya. Ia terlihat begitu serius mengerjakan sesuatu. Sesekali ia senyum senyum sendiri menatap karyanya yang hampir selesai. Entah apa yang dibayangkannya.
Hingga yang dikerjakannya itu selesai dibuat. “Nee.. Onee-chan lihatlah ini! Baguskan?” Emiko yang duduk dikursi, membalikkan tubuhnya kerah Nanami yang sedang bersantai di tempat tidurnya. Ia terlihat bersemangat menunjukan hasil karyanya kepada Nanami yang berupa tulisan diatas sebuah kertas berukuran 30x30cm. Ia juga menghiasnya sedemikian rupa agar tulisannya terlihat menarik. Tulisan itu ia buat untuk menyemangati Kouji di pertandingan tennisnya lusa nanti. Nanami pun beranjak dari tempat tidurnya. Ia melihat hasil karya Emiko dengan seksama.
“Aku membuat ini untuk menyemangati pacarku nanti. Dia pasti akan senang!” seru Emiko yang juga beranjak dari kursinya sambil membayangkan ekspresi Kouji nanti saat melihat hasil karyanya itu. “Ngomong-ngomong onee-chan tidak membuat sesuatu untuk mendukung Kanata-niichan?”
Nanami menggelengkan kepalanya. “Iie… Kanata-kun kan bukan pacarku” jawabnya polos.
Emiko menepuk kepalanya dengan sebelah tangan. Ia nampak heran dengan jawaban kakaknya itu. “Memangnya harus jadi pacarnya dulu yah kalo mau buat sesuatu utnuk menyemangati seseorang? Enggak kan? Dan lagi pula Kanata-nichan itu sahabatmu kan? Jadi kurasa sudah seharusnya onee-chan mendukungnya”
“Hmm… iya sih tentu aja aku mendukung, Cuma caranya tidak seperti itu. Aku akan mendoakannya saja” jawab Nanami dengan percaya diri.
“Aku yakin lusa nanti saat Kanata-niichan bertanding banyak dari para pengagumnya yang kebanyakan perampuan bakalan datang menuhin bangku penonton untuk nyemangatin Kanata-niichan. Dan pasti banyak yang bawa tulisa-tulisan seperti ini buat nyemangatinnya sambil berteriak Hayashi-kun ganbatte yo….!” jelas Emiko sambil memperagakan apa yang ia katakan.
Semua yang Emiko katakan, seketika pula langsung terfikirkan dibenak Nanami.
“Apa Onee-chan akan kalah dari mereka?” tanya Emiko. Ia nampak begitu bersemangat mempengaruhi Nanami.
Melihatnya, Nanami hanya tersenyum menyeringai. “Aku tidak seperti itu. Aku tidak bisa seperti mereka, aku tidak punya keberanian dan sangat malu jika harus melakukannya didepan banyak orang. Aku memang pernah berteriak mendukung Kanata-kun, tapi hanya didepannya saja dan tidak didepan banyak orang”
“Aku tahu onee-chan begitu pemalu… hmmm”. Sejenak Emiko terdiam sambil memikirkan sesuatu. Tak lama. “Aaa.. aku tahu apa yang harus onee-chan lakukan untuk menyemangati Kanata-niichan” seru Emiko sambil senyum-senyum sendiri.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ia menatap tegang sekaligus malu-malu kearah kamera ponsel yang dipegang Emiko tepat dihadapannya. Sambil duduk di atas kursi, raut wajahnya terlihat begitu tegang dengan kedua tangan yang mengepal erat.
Emiko mulai menghitung dengan tanggannya.
“Ichi…ni…san….mulai!” seru Emiko.
Proses perekaman pun dimulai. Hingga beberapa detik, masih tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Nanami. Seharusnya ia mulai berbicara sejak detik pertama kamera mulai merekam dirinya.
“Cut…” seru Emiko. “Onee-chan…. ini sudah ke 4 kalinya kita merekam tapi Onee-chan sama sekali belum mengeluarkan sepatah katapun. Ayolah harusnya dari tadi kita udah selesai bikin videonya!”. Emiko mulai terlihat kesal dengan kakaknya itu.
Dengan kepala yang tertunduk Nanami meminta maaf pada adikknya itu. “Gommen…” pintanya lirih. Ia pun menegakkan kepalanya kembali. “Sejak awal kamu punya ide ini pun, aku ragu. Kamu tahu kan aku malu melakukannya. Apa tidak ada cara lain untuk mendukung Kanata-kun selain membuat video seperti ini untuk memberinya dukungan?”
“Menurutku membuat video untuk menyemangati Kanata-niichan ini adalah yang paling cocok untukmu. Aku kan tadi bilang, aku jamin ini akan berbeda dari yang lain. Jadi kumohon onee-chan harus percaya diri untuk membuat video ini. Dan aku jamin hasilnya akan bagus kalau onee-chan bisa bekerja sama dengan baik”
Dari raut wajahnya, Nanami masih merasa tidak yakin dirinya bisa melakukan hal yang dipinta Emiko. Namun melihat semangat Emiko untuk membantunya, Nanami berusaha untuk mencobanya kembali.  “Hmm, baiklah akan kucoba lagi… kali ini aku pasti bisa!”
Mendengarnya, semangaat Emiko muncul kembali.  “Nah gitu dong….. yosh kita mulai lagi!”

Chiisana TenohiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang