ku buka mata ku, aroma obat-obatan memyengat dan dinding putih memamdakan ini rumah sakit.
"Ternyata hanya mimpi." gumam ku lalu teringat jenazah ayah
Jam di dinding menunjukan pukul 07.00 wib. Lalu aku menelvon bik Minah mengabarkan berita duka ini.
Soal kak Fahry, biarlah aku hanya pasrah. Seperti yang aku katakan di mimpi tadi. Tak akan berharap banyak lagi, yang penting anak ku.
"Apa benar aku hamil."sambil mengelus perut ku
Ceklek..
Dokter masuk.
"Selamat pagi nyonya."kata dokter
"Pagi dok, kenapa saya bisa di sini?"
"Anda tadi pingsan nyonya, saya saran kan jangan terlalu berlarut dalam kesedihan. Kasihan bayi mu nyonya."
"Ja jadi aku benaran hamil dokter?" Aku kira hanya mimpi
Dokter hanya mengangguk dan tersenyum..
Dok bagaimana dengan jenazah ayah ku?
"Jenazah ayah anda sudah siap di kirim pulang, kami tinggal menunggu anda siuman."
"Baiklah dok, aku ingin pemakaman di percepat, agar ayah lebih cepat pula bahagia bersama bunda ku di sana?
Fahry
*****
Aku dan bik Minah pergi ke kediaman orang tua Lira, di sana sudah rame sekali orang-orang yang ingin melihat mertua ku untuk terakhir kali nya.Di dalam ku lihat Lira duduk di samping kepala ayah nya sambil mengusap-ngusap rambut ayah nya.
Bik Minah langsung menghampiri Lira dan memeluk nya, seketika Lira langsung menangis terisak di bahu bik Minah.
Ingin sekali rasanya mengganggantikan posisi bik Minah dengan bahu ku. Tapi tidak mungkin, pasti Lira masih salah paham pada ku. Keadaan juga tidak memungkin kan untuk menjelaskan semua nya.
Entah aku sudah gila atau apa, sedari tadi ku perhatikan wajah istri ku itu.
Cantik, hanya itu yang ada di benak ku. Atau aku yang selama ini tak pernah melihat nya.
Walau badan nya berisi tetapi tak menghilangkan kecantikan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Wasiat
Short StoryAndai aku tidak memiliki hutang budi pada ayah nya, aku tidak akan menikahi wanita gendut seperti dia. Tapi saat dia membawa anak ku yang dia kandung menghilang bersama nya. Hanya penyesalan yang aku rasakan telah memperlakukan nya dengan buruk. "Fa...