"Gue kira lo penunggu pohon itu, tenyata cewek nyebelin yang gue liat disini." ucap seseorang, membuat raisa menghentikan tangis nya.
Raisa menolehkan kepalanya ke belakang, dan mendapati seorang cowok berambut pirang dengan beanie hitam yang menutupi kepalanya.
Cemall, cowok itu pun menghampiri raisa, kemudian duduk di samping nya.
"Ngapain lo disini?." tanya raisa dengan suara parau nya,karena habis menangis. "Bukannya ini jam nya KBM ya?."
"Bukan urusan lo." ucap cemall ketus dan dingin.
"Apa ini?." tanya raisa, saat cemall menyodorkan sapu tangan berwarna anu-abu ke arah nya.
"Lo ga bodoh. Jadi lo tau benda ini apa." jawab cemall, datar.
Raisa mengambil sapu tangan itu. "Thanks." kemudian, ia pun membersit hidung nya menggunakan sapu tangan pemberian cemall.
"Lo kenapa nangis? Gue kira tadi itu kunti." ujar cemall, tak berperasaan
Raisa mendelik ke arah cemall "itu, lambe mu di jaga mas." tegur raisa.
Cemall hanya melirik raisa sekilas dari ekor matanya. Kemudian menatap lurus ke arah danau buatan yang ada di hadapan mereka berdua
"Lo belum jawab pertanyaan gue." kata cemall, mengingatkan.
"Gue ga papa. Emang salah kalo gue nangis? Nangis kan fitrah nya manusia. Lagian loe sejak kapan sih jadi banyak tanya?."
Cemall tak menyahut, ia juga bingung kenapa hari ini ia banyak bicara menanyakan hal-hal yang tidak penting. Bukan kah dia orang nya tidak peduliaan? Lalu kenapa hari ini dia...
Cemall menggeleng. tidak ingin memikirkan itu lagi.
"Lo kenapa? Pusing?." tanya raisa ketika melihat cowo di sebelah nya itu, terus menggelengkan kepalanya.
"Hmm." hanya suara deheman lah yang keluar dari bibir cemall.
"Dihh... Mulai lagi, dingin nya mode on." cemberut raisa.
Cemall hanya memutar bola matanya jengah.
Keheningan pun melanda mereka berdua. Hingga suara seseorang memecahkan keheningan tersebut.
"Rai.."
Cemall dan raisa kompak menoleh ke arah sumber suara berada.
"Kakak cari kamu, eh taunya malah disini." ucap orang itu, di sela nafasnya yang tak beraturan.
"kakak lari kesini nya?." tanya raisa seraya bangkit menghampiri orang itu.
Abraham tersenyum kemudian mengangguk.
"issshh.. Kakak mah, kenapa nyari aku sampe sini sih. Aku juga nanti balik ke uks lagi kok." cerocos raisa. Membuat abraham tersenyum lebar.
"Malah senyum lagi, aku tuh khawatir tau nggak." kata raisa.
"Kakak ga papa. Kakak takut aja kamu kenapa-napa, jadi kakak susul kamu ke toilet eh kata temen sekelas kamu, dia ngeliat kamu pergi ke taman belakang, ya udah kakak susul aja kamu kesini." jelas abraham, sambil memejamkan matanya menikmati setiap elusan raisa di wajah nya.
"Kakak ga perlu ngelakuin itu." ucap raisa sedih, sambil menyeka keringat di wajah abraham.
Abraham tersenyum kemudian mengelus surai hitam raisa "makasih udah khawatir."
Raisa mengangguk "kalo gitu, ayo kita pergi." ajak raisa, yang di angguki abraham
Tatapan abraham kini tertuju pada cemall, yang tengah membaca buku sambil mendengarkan musik lewat headshet nya. Tampak sangat tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Guardian Boys
Teen FictionKenyataan nya hidup itu seperti air, mengalir begitu saja tanpa tau akan kemana air itu bermuara. Banyak lika-liku kehidupan, yang selalu membuat kita terombang-ambing, perasaan yang tak dapat di pahami, hingga permasalahan yang datang silih bergant...