3

46 12 2
                                    

Katarina_294
Arisan

Rina menaruh piring dan juga gelas di ruang tamu. Tangannya dengan telaten mengatur makanan dan minuman yang sebentar lagi akan di habiskan oleh tamu yang akan datang. Macam macam jenis makanan dan minuman kini tersedia di hadapannya.

"Wah! Banyak juga..."

Sosok pria berambut pink itu kini menatap setiap piring itu dengan tatapan tak bisa di baca. Rina hanya tersenyum kecil.

"Ehehe, hari inikan arisan! Sekarang kan giliran rumahku~"

Pemuda berambut pink itu hanya tersenyum kecil. Tumben sekali istrinya ini rajin seperti ini. Biasanya juga, dia akan memesan makanan lewat pesan antar. Mungkin karena hari ini dia tak mau di bilang pemalas oleh teman teman arisannya nanti.

Ting tong!

Suara bel kini terdengar. Raut senang kini menghiasi wajah Rina. Kakinya kini melangkah perlahan menuju ke pintu. Merapikan sedikit penampilannya, akhirnya Rina membukakan pintu dan mendapati dua orang sosok yang dia tunggu.

"Rahma-san! Ciel-san! Kalian sudah datang? Silahkan masuk!"

Keduanya kini masuk kedalam. Rina menatap dua sosok yang lebih muda dengannya kini menatapnya dengan ramah, kecuali Ciel.

"Wah! Senang rasanya di undang olehmu!"

Rina hanya terkekeh pelan. Ia mempersilahkan keduanya duduk dan menyantap hidangan di depan mereka, sambil menunggu seorang lagi.

"Wah, sudah datang satu!"

Ramuda kini melangkah mendekati Rina. Rina hanya terkekeh pelan. Ramuda duduk di sebelah Rina.

"Apa yang akan kita lakukan?" Tanya Rahma.

"Tentu saja arisan. Ya, mungkin sambil menunggu kita bisa berbicara sejenak."

Rahma menganggukkan kepalanya pelan sambil mengulas senyum manis. Sedangkan Rina hanya tersenyum kecil.

"Bagaimana kabar kalian? Baik?"

"Ya! Kami baik. Bagaimana kabarmu?"

"Aku juga baik."

Beberapa menit bercakap cakap hingga akhirnya suara ketukan kembali terdengar. Mendengar hal itu, Rina berdiri lalu berjalan ke arah pintu. Tangannya menyibak rambutnya yang agak turun. Tangannya mulai membuka pintu, dan mendapati sosok gadis dengan sosok laki bermuka datar yang tengah berdiri di sampingnya.

"Velis? Ruki? Silahkan masuk!"

Keduanya pun masuk. Velis mengucapkan terima kasih kepada Rina yang di sambut dengan senyum hangat.

"Ayo duduk! Sebentar lagi arisannya akan di mulai!"

Keenam orang itu akhir ya duduk di tengah ruang tamu. Suara senda gurau pun juga menyertai bersama. Hingga akhirnya, Rina mengeluarkan botol kaca dengan tiga kertas di dalamnya. Tangannya mulai mengocok botol itu cepat, lalu mengambil secarik kertas di dalamnya.

"Yang dapat, adalah Rahma! Selamat!"

Seulas senyum menghiasi wajah Rahma. Rasa senang ikut menyertai. Rina dan Velis hanya tersenyum manis.

"Sebenarnya, ini untuk apa sih?"

Ciel bertanya acuh, membuat ketiga gadis itu menolehkan kepalanya kearah Ciel. Yang di tatap hanya membalas dengan tatapan risih.

"Apa? Aku hanya bertanya mengapa kita melakukan hal tak berguna seperti ini?"

Mendengar hal itu. Rahma hanya tersenyum kecil. Lalu mulai mencubit pipi pemuda yang lebih pendek darinya itu.

"Kau terlihat imut tau!"

"Itte!"

Tawa terdengar diantara ketiganya. Namun tidak untuk Ruki mau pun Ramuda. Keduanya hanya menggelengkan kepala maklum. Tidak aneh melihat para gadis gadis itu melakukan hal seperti itu. Sesi kedua, Rina kembali memasukkan kertas itu ke dalam botol kaca. Lalu mulai mengocoknya lagi. Kali ini, namanya sendiri yang terlihat.

"Wah namaku! Selamat untuk diriku sendiri! Maaf untuk Velis yang belum mendapatkan apa apa..."

Velis hanya menggelengkan kepalanya, sambil mengulas senyum.

"Tidak apa apa. Lagi pula minggu lalu aku sudah dapat bukan?" jawabnya.

"Hah, membosankan." Velis langsung memukul pelan tangan Ruki dengan sikunya. Ruki hanya menatap Velis dengan raut 'Apa?'. Setelah sesi arisan, kini mereka melakukan sesi kedua, yaitu bercakap cakap. Keenam orang itu kini membuat kelompok masing masing. Gadis dengan gadis. Laki laki dengan laki laki.

Ketiga gadis itu dengan santainya bercakap cakap, namun tidak dengan para pria.

"Menurutmu, bagaimana kekasihmu itu?"

Rina mulai membuka pembicaraan. Rahma dan Velis pun berpikir sejenak.

"Menurutku itu, Ciel itu sedikit cuek. Dia angkuh namun sangat manis. Di seperti seorang Tsun!"

"Ruki? Dia itu sadis, namun terkadang dia bisa menjadi manis! Kalau Ramuda?"

Rina terlihat berpikir sejenak, sambil melihat kearah Ramuda.

"Dia kekanak kanakkan. Selalu memanggilku dengan 'Rina-nee'. Tapi saat marah fia akan sangat berbeda. Tapi tak apa, aku menyayanginya."

Ketiganya terkekeh pelan. Dan melanjutkan percakapan yang lain. Sedangkan para laki laki? Mereka masih diam dan menatap satu sama lain. Hingga akhirnya suara tepuk tangan dari Ramuda terdengar.

"Menurut kalian, gadis kalian seperti apa?" ucapnya dengan tersenyum manis.

"Rahma itu tak bisa dia. Dia itu menyebalkan."

"Velis itu gadis yang menurutku susah di perintah. Dia juga menyebalkan. Kau?"

"Rina? Dia itu pencicilan, dan terkadang tidak tau malu. Tapi dia baik padaku!"

Ketiganya pun saling tatap. Pikiran mereka sama, 'Mereka senasib denganku.' Ya, untuk ketiga orang ini harus masih berjuang untuk menghadapi kekasihnya masing masing. Kini tak sadar, senja sudah datang. Melihat hal itu Rahma langsung berdiri.

"Sepertinya sudah mau malam. Lebih baik aku pulang dulu." Ucapnya sambil merangkul tangan Ciel.

"Aku juga. Lebih baik kami pulang!" Velis langsung menarik tangan Ruki keluar dari rumah Rina. Rina berjalan pelan kearah pintu sambil melambaikan tangannya.

"Hati hati!"

Rina menutup pintu pelan. Lalu menghela nafas. Akhirnya selesai juga...

"Jadi, hari ini kau ingin makan apa?"

Rina menoleh dan melihat Ramuda yang tersenyum manis kepadanya. Rina hanya membalasnya dengan senyum kecil.

"Mungkin, hari ini kita pesan saja."

"Baiklah! Aku ingin--"

Keduanya kini sibuk memilih makanan yang akan mereka pesan. Terkadang senda gurau pun di lontarkan oleh keduanya. Sangatlah menyenangkan untuk mereka.

'Lain kali, aku akan membuat arisan yang lebih meriah.' pikir Rina.

Tamat~

Buku kelucknutan camemb PE'aaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang