Ayato x Rie

92 21 5
                                    

'Tok tok tok' ketukan pintu terdengar beberapa kali.

Aku bangkit dan berjalan menuju pintu itu,

'Klek'

Aku membulatkan mataku begitu melihat siapa gerangan yang mengetuk pintu. "A-ayato-kun?" lelaki itu tersenyum yang membuat taringnya terlihat.

'Grep'

Ayato memelukku erat, "Nge-date yuk. Dah lama gak nge-date bareng kan?," bisiknya.

'Deg' jantungku berpacu cepat begitu merasakan telingaku dijilat olehnya. Aku segera memukul dadanya kencang, "Apaan sih," lalu berusaha melepaskan pelukan yang entah kenapa makin erat.

"Tinggal bilang 'iya' apa 'nggak' susah amat sih. Jadi kita mau kemana?" ucapannya sukses membuatku membeku.

Aku tak mengerti jalan pikirnya, setiap hari kami selalu bertemu kadang bermain sesekali, atau membuat kue. Tapi kenapa sekarang tingkahnya seperti kekasih yang ditinggalkan oleh kekasihnya berbulan-bulan?

"Ayo jawab," ujarnya lagi lalu melepas pelukannya dan menatapku.

Aku segera mengalihkan pandangan begitu merasakan pipiku yang sudah sangat panas melihat wajahnya dari dekat. "Taman bermain," lirih ku tiba-tiba.

"Oke. Kita akan kesana!" seruan Ayato ditambah ia yang memelukku tiba-tiba sukses membuat pipiku kembali merah seperti kepiting rebus.

Eh? Ayato melepas pelukannya dan menarik ku. "Kau harus memuaskan ore-sama ya?" Aku mengerjapkan mata beberapa saat kemudian mengangguk paksa.

Ayato terus menarik ku ke sana kemari tanpa memperdulikan diriku yang sudah lelah. Sampai kami berhenti di sebuah wahana Taman Hantu.

"Mau masuk kesana?" Aku menggeleng dengan cepat.

Kau bercanda? Masuk rumah hantu? Tidak itu tidak akan pernah ter-

-kyaaaa!!!!" seruan ku memotong isi pikiranku begitu Ayato menarikku paksa kedalam sana

Aku menelan ludah gugup, bibirku panas karena mengucapkan beberapa mantra agar hantu-hantu yang berada disini hilang atau semacamnya.

"Oi, Rie kenapa?" Ayato membalikkan tubuhku dan menatapku tajam.

Tanganku menunjuk sesuatu di belakang Ayato, sesuatu yang berbentuk aneh. "I-itu, apa?" Ayato berbalik dan langsung memelukku.

"Kyaaaa!" Aku berteriak begitu sesuatu itu memegang pundakku. Aku memejamkan mata erat tak ingin membukanya, aku takut sesuatu itu akan muncul lagi.

"Oi buka matamu. Atau ore-sama cium." Aku langsung membuka mataku begitu mendengar perkataan yang sangat nganu dimulut Ayato.

Ayato menatapku tajam, "Tadi apaan?"

Aku mengangkat bahu lemas. "Tidak tahu,"

Ayato kembali memelukku, "Kita pergi dari tempat ini," bisiknya lalu menyuruhku menutup mata.

Begitu membuka mataku lagi, aku terkejut. Dikarenakan sebuah taman bunga dengan aneka bunga berwarna-warni memenuhi indra penglihatanku, aku menoleh lalu tersenyum lebar menatap Ayato, "Disini tempat yang pas." ucapnya lalu membalikkan tubuhku.

Tatapannya mengunci pergerakanku. "Kau yang mulai atau ore-sama?" katanya.

"Rie?" panggilannya sukses membuatku sadar.

"Eh?"

'Hmph!' Ayato lalu menerjang ku. "Akh!" Aku berusaha menahan sakit begitu Ayato menancapkan taringnya.

Dari sini, aku bisa merasakan Ayato menyeringai, sebelum kembali menancapkan taringnya lagi, "Darah yang sedang mengalami ketakutan memang yang terbaik. Terlebih darahnya sangat manis." ucapnya.

Aku hanya bergumam dan memejamkan mataku menerima perlakuan Ayato.

"Besok nge-date lagi ya(?)"

Buku kelucknutan camemb PE'aaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang