13

859 86 6
                                    

Tiba tiba Gara yang penasaran dengan apa yang terjadi, ia memutuskan untuk bergabung dengan mereka.


"ada acara apa ni? " ujar Gara sambil menatap Firza dari atas hingga bawah.

"kok ribut, ga ngajak ngajak gua sih? " lanjut Gara sambil sejenak menaikkan sebelah alisnya menatap Yuki.

"Ki, lu gasalah milih temen kayak mereka? " tanya Firza gantian menatap Gara dari atas hingga bawah.

"paan maksud lu? " ujar Gara sambil mendekatkan dirinya pada Firza, dan sedikit mengangkat dagunya. Emosi.

"Ra, uda dong. Gaenak tau. Jaga sikap! "ucap Yuki sambil memegang lengan kanan Gara.


Gara melihat tangan Yuki yang menahan salah satu lengannya, kemudian ia mengurungkan niatnya untuk beradu fisik dengan Firza.

Melihat adanya peluang, Dengan sigap Firza menarik tangan Yuki. Dan membawa Yuki pergi dari sana.


"ishh.. Sialan tu anak" ucap Iqbal.

"kenapa ga lu kejar anjay?! Kenapa diem aja?! " tanya Gara.

"lah lu kenapa diem juga?! " tanya balik Iqbal.


.
.
.




"lu disini ternyata!! Hh hh " ucap Luthfi sambil ngos ngosan, karena ia sambil berlari menuju Iqbal dan Gara.

"ada apa sih emang? " tanya balik Iqbal.

"dicariin kepala sekolah!! Lu juga Ra, dicariin sama temen temen lu. Baik kan gua uda nyampein ini ke lu" ujar Luthfi.

"halah" balas Gara yang kemudian berjalan meninggalkan mereka.


Setelah terjadi adegan tatap tatapan sejenak, akhirnya Iqbal dan Luthfi juga meninggalkan tempat itu.








..








Dilain tempat, tepatnya di belakang gedung sekolah.

Dibelakang gedung sekolah terdapat danau dan juga lapangan basket mini. Sebenarnya itu bukan milik sekolah, namun pihak sekolah bersedia secara sukarela mengurus dan merawatnya. Agar terlihat lebih indah.


"apaan sih Za?? Kenapa lu bawa gua kesini ??" tanya Yuki kesal.

"lu ga kangen sama tempat ini? " Firza bertanya balik pada Yuki, namun dengan pandangan mata yang lurus menatap danau.

"gua mau balik kedepan! " ujar Yuki kemudian membalikkan tubuhnya, berniat untuk kembali bergabung dengan teman temannya.

"lu ga kangen sama gua? " tanya Firza, yang sukses membuat Yuki terdiam ditempat.

"kalo lu ga kangen tempat ini, its okay. setidaknya lu kangen sama gua" lanjut Firza, dan secara cepat Yuki kembali membalikkan tubuhnya.

"Firza. Gua liat lu baik baik aja. Jadi gua rasa itu uda cukup! "ujar Yuki

Sekarang giliran Firza yang membalikkan tubuhnya dan melangkah mendekati Yuki.

Hingga tepat selangkah didepan Yuki, Firza menghentikan langkahnya.

"jadi? Sekarang lu uda berubah? " tanya Firza menatap Yuki dengan sayu.

Sekilas Firza melihat ke arah leher Yuki, dan sesaat setelahnya ia mendengus kesal.

"lu buang kemana kalung pemberian gua? " tanya Firza


Refleks Yuki memegang lehernya. Dan ia mengingat kalau tadi pagi kalung itu sempat tersangkut di handuknya, jadi ia memutuskan untuk melepasnya dan meletakannya diatas nakas.

"lu ga bisa dikasih amanah ternyata" ucap Firza.

"bukan gitu, kalungnya ada dirumah. Gua lupa make lagi, soalnya tadi pagi kesangkut di handuk" jawab Yuki sambil tunduk.

"gua disini, tatap mata gua, jangan tunduk! "bentak Firza kesal.


Ini kali pertama Firza membentaknya dengan nada yang kelewat kesal. Hati Yuki seketika mencelos mendengarnya.

Yuki dengan mata yang berkaca kaca berusaha menatap mata Firza.

Hingga air mata itu jatuh, karena tak sanggup lagi terbendung.

Firza yang gusar hanya bisa membuang napasnya secara kasar, dan melangkah satu langkah lagi tepat di depan Yuki.


"sorry" ucap Firza sambil menghapus air mata Yuki yang mengalir di kedua pipi menggunakan Kedua Ibu jarinya.

"sorry" ucap Firza lagi.


Melihat Yuki yang kembali menunduk, Firza mengetahui betul. Bahwasannya saat ini, gadis yang berada tepat didepannya ini, sedang berusaha menahan agar air matanya tidak keluar lagi.

Firza mengangkat dagu Yuki menggunakan tangan kanannya.

Ntah apa sekarang yang menguasai hati dan pikiran Firza, hingga ia secara perlahan mendekatkan wajahnya pada Yuki.

Namun ketika jarak yang kurang dari 10 cm. Yuki membuang wajahnya kearah lain.

Melihat Yuki bersikap seperti itu padanya, jujur saja, Firza merasa sangat kecewa.


"ini ga bener Za. Ini salah. Kita ga boleh kayak gini" ucap Yuki sesaat setelah memundurkan dirinya beberapa langkah dari Firza.

"kenapa? Ada yang salah? Dimananya? " tanya Firza dengan penuh penekanan.

"kita sahabat, kita ga lebih dari itu" ujar Yuki, setelah mengatakan itu, Yuki merasa ada yang aneh padanya.

'dulu gua emang suka sama lu, tapi lu sukanya sama kembaran gua' batin Yuki

"ga ada yang namanya sahabat diantara cowo dan cewe. Gua yakin, lu pasti juga punya perasaan kan sama gua?? " ujar Firza.

Yuki beberapa kali menggeleng gelengkan kepalanya, untuk memberi jawabannya pada Firza.

"gua uda punya perasaan sama orang lain" ucap Yuki. Sebenarnya jawaban yang Yuki berikan saat ini hanyalah sebuah alasan, agar Firza berhenti bertanya.

"siapa dia? " tanya Firza

"itu gua! " ujar Iqbal yang baru saja datang.


Setelah melihat kearah Iqbal, Firza kembali membuang napasnya kasar.
Mungkin ia akan membenci Iqbal mulai dari sekarang.

"gua sampe bolos dari panggilan kepala sekolah, cuma buat nyariin lu" ujar Iqbal yang kini berdiri tepat di samping Yuki.



















Bolos ngajak author dong Bal :)

Halah :v

✅Love Scenario - M. IqbalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang