ABUN Part-10

153 15 2
                                    

Kuy dengerin lagunya~
(Shandy Sandoro - Tak Pernah Padam)

Vote &Comment

Episode 10

13.00

"Happy Graduation Sam." Aku mengahampiri Sam saat ia berjalan di lobi Auditorium kampus.

"Terima kasih, Nas." Ia menatapku, "kamu menangis?" tanyanya.

"Enggak." Aku memalingkan wajah dan menghapus ujung mataku, menahan agar nggak ada air mata yang jatuh ke pipiku, kemudian aku segera mengangkat tanganku yang memakai gelang pemberian Sam. "Janji." jawabku dan Sam tersenyum.

"Kamu terlihat sangat cantik memakai toga ini, tapi topinya miring." Sam memperbaiki posisi topiku. "Happy Graduation, Natusha." Sam berusaha memaksakan senyumnya dan entah kenapa kata-kata itu terdengar menyakitkan bagiku saat ini.

"Kamu akan pergi, Sam?" tanyaku dan Sam mengangguk.

"Terima kasih karena sudah berjanji nggak menangis." Sam menatapku sekali lagi dan aku terdiam.

"Selamat untuk kelulusannya ke Belanda, Sam." suaraku terdengar sedikit berat.

"Terima Kasih, Nas." lagi-lagi hanya kata-kata itu saja yang ku dengar dari bibir Sam.

Dalam hatiku saat ini, ingin sekali aku mengatakan Sam tolong tetaplah disini, tapi entah kenapa susah sekali untukku mengatakannya.

"Sam...! Natusha......!" Lea berlari-lari ke arah kami.

"Kamu dari mana Le?" tanya Sam.

"Toilet." jawabnya ketus.

"Galak banget ih." Sam tersenyum.

"Hey, Bagaimana bisa kamu menerima tawaran beasiswa Magister keluar negeri tanpa memberitahu kami?" Lea mendaratkan sebuah tinjuan kecil ke arah dada Sam, aku juga melihat mata Lea saat itu juga berkaca-kaca.

"Oh itu, Maaf..." Sam menghela nafas, "sebenarnya aku nggak terlalu berniat, hanya mencoba iseng, nggak taunya diterima." jawab Sam sambil menyandarkan punggungnya di dinding.

"Mencoba iseng? Lalu Universitas mana yang mau bertindak bodoh jika menolakmu? Pasti diterimalah, gimana sih." Lea tampak kesal.

"Hahaha... jangan terlalu berlebihan Lea." Sam mengusap pipi Lea.

"Lalu kamu akan meninggalkan kami Sam? Meninggalkan temanmu yang nggak bisa diandalkan ini?" Lea menatapku.

"Hanya dua tahun dan aku akan pulang." jawabnya.

"Aku ingin sekali marah, tapi aku memakai gelang ini, boleh ku lepas sebentar supaya aku bisa memukulimu Sam?" Lea mengangkat tangannya.

"Udah berjanji nggak boleh melepaskan gelang itu." Sam tersenyum penuh kemenangan.

"Sam, aku pasti akan merindukanmu." Lea menatap Sam.

"Aku juga."

Saat itu aku tau kalau Sam juga memberikan Lea gelang yang sama denganku, hanya warnanya saja yang sedikit berbeda, Gelang yang dipakai Lea lebih berwarna pink, gelang itu sangat cantik berkilauan di kulit Lea yang putih. Gelang berjanji jangan marah untuk Lea, dan gelang berjanji jangan menangis untukku. Sebuah hadiah kenang-kenangan, kalau saja aku tau tujuan Sam memberikanku gelang ini, pasti aku enggak akan menerimanya.

Sam menjadi mahasiswa terbaik sekaligus penerima beasiswa Magister ke Belanda. ketika namanya disebutkan di acara wisuda tadi, tiba-tiba ada yang menghujam tepat di jantungku, ini perasaan yang sama dengan beberapa tahun yang lalu ketika aku mengetahui Leon pergi. Aku merasakan sesuatu yang sangat menyakitkan di hatiku. Suara gemuruh tepukan dan ucapan selamat dari semua orang yang hadir di ruangan itu, terdengar enggak membahagiakan bagiku. Aku tau sebagai sahabatnya seharusnya aku juga bahagia mendengarnya, ku paksakan bibirku tersenyum untuknya, Sam memang layak untuk mendapatkan itu semua.

Angsana Berbunga Untuk NATUSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang