Epilog

20 2 0
                                    

Epilog

13.20

Dua tahun kemudian,

Suara gemuruh dan tepukan tangan terdengar memenuhi ruangan ketika aku memasuki salah satu Hotel tempat dilangsungkannya acara Reuni Lintas Alumni SMA Bina Tunas Bangsa. Seseorang di atas panggung baru saja selesai menyanyikan beberapa lagu yang dipersembahkannya untuk para tamu yang hadir hari ini. Aku mengenalnya, seorang wanita yang pernah berasama Leon di resepsi pernikahan Rafka.

Aku bertemu teman-temanku ketika masih duduk di bangku SMA sepuluh tahun yang lalu. Enggak banyak yang berubah dari kami, hanya saja wajah-wajah remaja yang dulu menghiasi setiap sudut sekolah sekarang sudah tampak lebih dewasa, garis-garis di wajah juga mempertegas kalau kami telah lama meninggalkan masa itu.

Aku terus berjalan mengelilingi ruangan, menemui teman-temanku satu persatu, kami saling menyapa, bersalaman hingga berpelukan, segala jenis ekspresi melepas kerinduan. Tetapi pandanganku sesekali masih melihat ke arah gadis yang bernyanyi di atas pangggung tadi, Leon melingkarkan tangannya di pinggangku, mendekatkan wajahnya di telingaku.

"Jangan gitu banget liatin Ara." bisiknya lembut di telingaku.

"Ara?" tanyaku, "Gadis itu namanya Ara? Mantan pacar kamu di resepsi Rafka tiga tahun yang lalu kan?" mendengarnya Leon tertawa.

"Pacar? Ara itu adiknya Rafka, adik kelas kamu juga sewaktu SMA."

"Oooh, aku enggak tahu." Aku tertunduk malu. Leon semakin tertawa melihat ekspresiku.

"Sayang, kamu mau aku ambilkan apa?" tanyanya tersenyum.

"Kamu sudah lapar?" Aku bertanya kembali pada Leon dan ia mengangguk.

Kami pun berjalan menuju deretan panstop yang disusun rapi menghidangkan makanan andalan di hotel ini. tiba-tiba seseorang memanggilku.

"Natushaaaa....!"

"Hei, Siskaaaaa, Bagaimana kabar kamu?" Seketika itu aku langsung memeluknya, sejak tamat sekolah aku enggak pernah bertemu dengannya sekali pun.

"Aku sehat," jawabnya. "Selamat atas pernikahan kalian, aku dengar kalian melangsungkan pernikahan tiga tahun yang lalu ya?" Siska menjulurkan tangannya padaku dan Leon." Maaf aku enggak bisa hadir, soalnya waktu itu aku masih berada di luar negeri." sambungnya.

"Hahaha... iya enggak apa-apa, Terimakasih ya." jawabku.

Dari kejauhan seorang pria berjalan ke arah kami. Ia tersenyum dan aku mengenalinya, itu Sam. Sam juga hadir di acara ini, aku sempat bingung bagaimana Sam bisa ada di sini sedangkan ia bukan Alumni di sekolahku. Sam mendatangi kami.

"Bagaimana kamu ada di sini?" tanyaku setelah kami saling bertukar kabar.

Sam tiba-tiba menggenggam tangan Siska, "Menemani tunanganku." Sam tersenyum ke arah Siska.

Sejak setahun yang lalu Sam menjalin hubungan dengan Siska, mereka saling mengenal ketika masih sama-sama menjadi mahasiswa di Belanda. Siska melanjutkan pendidikannya di universitas yang sama dengan Sam. Aku teringat sesuatu, Sam pernah bercerita kalau ada seorang gadis yang menyukainya ketika disana. Sekarang aku baru tahu kalau wanita yang diceritakan Sam padaku saat itu adalah Siska.

"Tunangan?" Aku mengulangi perkataan Sam.

"Minggu depan kami akan menikah, Nas." Siska tersenyum.

Aku benar-benar sangat bahagia mendengarnya, aku mengucapkan selamat dan memeluk Siska sekali lagi. Aku melepaskan gelang pemberian Sam yang selama beberapa tahun ini masih menghias pergelangan tanganku. Aku memasangkannya di tangan Siska.

"Dulu Sam memberikan ini untukku dan Lea, sahabatku. Setelah Lea meninggal kedua gelang ini selalu menghiasi pergelangan tanganku, aku rasa ini akan lebih cantik jika kamu yang pakai, Sis." Aku tersenyum dan Sam menatapku.

"Ini cantik sekali." Siska menatap haru gelang itu.

"Ini gelang perjanjian jangan menangis dan jangan marah." Sam tertawa mendengarnya.

"Terima kasih, Natusha." Siska tersenyum menatapku dan aku mengangguk.

Heliana datang bergabung bersama kami, Sam dan Siska menyapa Heliana bertukar kabar.  ini benar-benar pemandangan yang sangat membahagiakan. Heliana juga telah menikah dengan seorang Dokter yang dikenalnya ketika dulu masih menjadi mahasiwi internship di Jakarta, sebulan yang lalu mereka melangsungkan pernikahannya di Singapore.

Sekarang aku baru menyadari, benar-benar tidak ada salahnya dari kita meyakini yang mengakar kuat di dalam hati. Mungkin tidak semua orang berhasil dengan cinta pertamanya tapi semua orang akan berhasil dengan keyakinan yang tersimpan rapi di dalam hati. Siska, Sam, Rafka, Heliana, Aku dan Leon. Kami menemukan cinta dari setiap keyakinan yang kami miliki, tidak perlu berjuang untuk mengungkapkan rasa jika nanti akhirnya hanya akan membatasi cinta dalam sebuah hubungan kekanak-kanakan, karena berjuang mempertahankan keyakinan di hati, Tuhan akan membalasnya lebih.

Selesai

Angsana Berbunga Untuk NATUSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang