ABUN Part-3

207 25 7
                                    

Biar lebih menghayati, kuy didengerin lagunya
(Viera-Terlalu Lama)
Vote & Coment

Episode 3

12.30

Seminggu kemudian,

Bel tanda pelajaran telah usai pun berbunyi, seketika kelas menjadi ramai, lebih bernafas dari pada sebelumnya. Dari dua jam yang lalu kami mengikuti pelajaran Kimia dengan Bu Mischa, Ibu Mischa terkenal sangat killer, bahkan untuk menatap wajahnya di depan kelas kami harus sambil komat-kamit meminta perlindungan kepada Tuhan. Setiap mengikuti pelajaran itu, tiba-tiba kelas akan menjadi sangat tegang dan mistis, tanpa ada suara apapun seperti enggak ada kehidupan sama sekali. Sampai-sampai jika ada pulpen yang jatuh ke lantai, itu akan menimbulkan suara yang sangat keras, ibaratkan suara Bom Nuklir yang diledakkan secara slowmotion.

Bagi kami bel pulang itu adalah penyelamat dan penyambung nyawa yang sudah kami tungggu-tunggu semenit dari dimulainya pelajaran. Aku bergegas merapikan buku-buku pelajaranku, sekilas aku melihat ke arah Heliana yang masih duduk di bangkunya menulis surat cinta.

"Hel, kamu masih surat-suratan sama Rafka?"

"Iya, Nas." jawab Heliana dengan mata berbinar-binar.

"Udah seminggu? Belum tukaran nomor telepon?"

"Udah dong."

"Lalu ini apaan? Masih surat-suratan? Nggak capek?"

"Ini jimat Cinta Nas, chatan juga, surat juga, kamu nggak akan ngerti." jawabnya sambil melipat kertas lusuh itu, nggak lupa ia menggambar bunga-bunga dengan tinta warna-warni di lipatan kertas paling atas.

"Hahaha.... iyain deh, yang penting kamu bahagia." Aku merasa geli mendengar jawabannya.

"Nih, tolong selipin dong, aku malu nanti kelihatan Rafka." sambil menyodorkan kertas itu kearahku.

"Diselipin kemana?"

"Itu di bawah pot, awas jangan sampai kelihatan orang lain ya Nas."

"Kok pindah tempat? Nggak di pintu gudang lagi?"

"Semalam suratnya terebuka, sepertinya ada orang lain yang tau."

"Syukur-syukur guru, hmm... buk Mischa biar seru yakan? Hahhahah..." Aku tertawa.

"Iiiih, jelek banget doanyaaa...." Heliana menatapku kesal.

Setelah menunggu sekolah sedikit sepi dan menyelipkan surat cinta Heliana, kami pun segera turun, takut jika nanti ada yang mencurigai atau ada guru yang memergoki kami sedang menyelip-nyelipkan sebuah surat, akan menjadi sebuah masalah. Sebenarnya apa yang dilakukan Heliana ini sangat beresiko, jika sampai ketahuan pasti akan sangat memalukan, tapi kami tetap selalu bahagia melakukannya.

"Hel, itu Dandeleon kan?" tanyaku pada Heliana.

Saat menuruni anak tangga kami berpapasan dengan Leon dan lagi-lagi dia tersenyum ke arahku, senyum yang bagus.

"Yang kita lihat di foto denah kelas kemarin ya?"

"Iya, enggak salah orangkan?"

"Enggak deh, sepertinya memang itu orangnya, ganteng juga ya, Nas?"

"Lebih ganteng dari Rafka!" jawabku spontan.

"Kok banding-bandingin? Suka?" Heliana melirikku.

"Ih enggak, apaan sih."

"Hahahha....., Tapi ya Nas, aku jadi sedikit nyesal masuk SMA." tiba-tiba Heliana seperti memikirkan sesuatu.

"Kenapa gitu?" Aku mengerutkan dahi.

Angsana Berbunga Untuk NATUSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang